Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Sabtu, 26 Maret 2016

Pendidikan Karakter di Tinjau Dari Perspektif Islam

Pendahuluan

Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh orang tua adalah menanamkan Nilai-nilai moral kepada anak-anak kita. Nilai-nilai moral yang ditanamkan akan membentuk karakter (akhlak mulia) yang merupakan pondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera.

Oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.

Pengertian

Pendidikan Karakter adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi).

Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu:

Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis.

Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan.

Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:

pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
kedua, kemandirian dan tanggungjawab;
ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis;
keempat, hormat dan santun;
kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
keenam, percaya diri dan pekerja keras;
ketujuh, kepemimpinan dan keadilan;
kedelapan, baik dan rendah hati, dan;
kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

.B. Dasar-dasar Pendidikan Karakter

Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter atau akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin karakter mulia akan terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki akidah dan syariah yang benar.

Sebagai contoh, orang yang beriman kepada Allah secara benar, ia akan selalu meningat Allah dan mengikuti seluruh perintahnya serta menjauhi seluruh larangannya. Dengan demikian, ia akan menjadi orang yang bertaqwa yang selalu berbuat baik dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Begitu juga, orang yang beriman kepada Malaikat, kitab, utusan Allah, hari akhir dan takdir Allah secara benar akan menjadikan sikap dan perilakunya terarah dan terkendali sehingga ia benar-benar mewujudkan akhlak atau karakter yang baik dalam kehidupannya.

Hal yang sama juga terjadi dalam hal pelaksanaan syariah. Seorang muslim yang melaksanakan Sholat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan selalu merasa beruntung dalam hidupnya sehingga memiliki hati yang tenang, berbuat yang benar, serta terhindar dari perbuatan keji dan mungkar seperti yang ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an (QS. Al-Mu’minum, 23:1-2, dan QS. Al-‘Ankabut, 29:45) yang berbunyi:

ô‰s% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ tûïÏ%©!$# öNèd ’Îû öNÍkÍEŸx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,

ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7ø‹s9Î) šÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4‘sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çŽt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ
45. bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Keharusan menjunjung tingi karakter mulia (akhlak karimah) lebih di pertegas lagi oleh Nabi Muhammad SAW dengan pernyataan yang menghubungkan akhlak dengan kualitas kemauan, bobot amal, dan jaminan masuk surga. Berikut ini Hadits yang dirwayatkan dari Abdullah bin Amar, Rasulullah bersabda:
خياركم أحاسنكم أخلاقا
Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya. (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi).

Dalam Hadits Nabi juga besabda:
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا
Orang-orang yang beriman yang paling sempurna iman mereka adalah yang paling baik akhlaknya. (HR. Abu Dawud dan Abu Hurairah)

Dalam Hadits yang lai diceritakan oleh Abdullah bin Amar, ketika sedang bersama orang-orang di sekitarnya. Beliau bertanya:
ألا أحدثكم بأحبّكم إليّ وأقربكم منّي مجلسا يوم القيامة ثلاث مرّات يقولها قال بلى يا رسول الله قال فقال أحسنكم أخلاقا
Maukah kalian aku beritahu orang yang paling cinta kepadaku di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat? Nabi mengatakannya tiga kali lalu Abdullah bin Amar berkata, Kami menjawab. Ya wahai Rasulullah. Abdullah meneruskan, Nabi lalu mengatakan Ia adalah orang yang terbaik akhlaknya di antara kalian. (HR. Ahmad).

Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa karakter dalam perspektif Islam bukan hanya hasil pemikiran dan tidak berarti lepas dari realitas kehidupan tetapi merupakan persoalan yang terkait dengan akal, ruh, hati, jiwa, realitas, dan tujuan yang digariskan oleh akhlak Qur’aniah. (Ainain, 1985:186). Disinilah pendidikan karakter mempunyai peran penting dan strategis bagi manusia dalam rangka melakukan proses internalisasi dan pengamalan nilai-nilai karakter mulia di masyarakat.

Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah
Berdasrkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal ini berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam rangka membentuk karakter anak bangsa. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.

Pendidikan karakter dapat diintergrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengolalaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai.

Lebih jauh, penerapan pendidika karakter di sekolah dapat dilakukan melalui empat strategi yaitu:
Strategi inklusif, yakni menginsertkan pendidikan karakter kedalam semua mata pelajaran dan dalam proses pembelajaran.
Strategi budaya, strategi dapat dilakukan oleh semua sivitas akademika sekolah untuk menerapkan pendidikan karakter sebagai budaya sekolah.
Strategi eksplorasi diri, yaitu melatih peserta didik mengali karakter yang dimiliki selama ini secara obkjektif.
Strategi penilaian teman sejawat, dapat dilakukan oleh antar siswa satu kelas secara objektif. Artinya, guru memberi kewenangan kepada siswanya untuk memberikan penilaian kepada teman mereka sendiri secara objektif.

Dengan demikian, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, pendidikan karakter mengajarkan anak berpikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami.

Penutup

Pendidikan diartikan sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama,lingkungan,maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter atau akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin karakter mulia akan terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki akidah dan syariah yang benar.

penerapan pendidika karakter di sekolah dapat dilakukan melalui empat strategi yaitu:
Strategi inklusif, yakni menginsertkan pendidikan karakter kedalam semua mata pelajaran dan dalam proses pembelajaran.
Strategi budaya, strategi dapat dilakukan oleh semua sivitas akademika sekolah untuk menerapkan pendidikan karakter sebagai budaya sekolah.
Strategi eksplorasi diri, yaitu melatih peserta didik mengali karakter yang dimiliki selama ini secara obkjektif.
Strategi penilaian teman sejawat, dapat dilakukan oleh antar siswa satu kelas secara objektif. Artinya, guru memberi kewenangan kepada siswanya untuk memberikan penilaian kepada teman mereka sendiri secara objektif.

Daftar Rujukan
Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004.
Siswanto, Pendidikan Agama Islam Aplikasi dan Pengembangannya di Sekolah, Surabaya: Pena Salsabila, 2015. Hlm. 60
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, Jakarta: Amzah, 2015. Hlm. 23
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Blog Archive