BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari ilmu psikologi. Psikologi itu sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa yunani yaitu “psyche”, berarti, jiwa atau daya hidup, sedangkan “logos” berarti ilmu. Jadi secara harafiah, “psychology” berarti ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan atau “Ilmu Jiwa “. Sedangkan menurut istilah, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, dimana jiwa termanifestasi dalam tingkah laku atau aktivitas- aktivitas baik motorik, kognitif, maupun emosi. Sedangkan istilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan konsep yang cukup rumit dan kompleks. Perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin memebesar melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Dalam psikologi perkembangan terdapat metode-metode umum dan khusus yang digunakan untuk mengetahui historis suatu perkembangan. Metode-metode pendekatan umum itu antara lain : pendekatan cross-sectional, pendekatan longitudinal, dan pendekatan cross-cultural (lintas-budaya). Masing-masing pendekatan tersebut, memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu.
Sedangkan metode pendekatan khusus yang digunakan dalam psikologi perkembangan pun terdiri dari berbagai jenis metode. Pada prinsipnya sama dengan penelitian dalam ilmu pengetahuan lainya, sehingga banyak cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dalam ilmu ini, antara lain : metode observasi, metode eksperimen, metode klinis, metode tes, metode pengumpulan data. Dalam makalah inilah akan ada pembahasan lebih mendalam tentang pendekatan dan metode dalam psikologi perkembangan. Dengan metode- metode pendektan itulah, seseorang bisa mendapatkan data, sehingga dapat melakukan analisa dan identifikasi suatu perkembangan maupun pertumbuhan dalam ruang lingkup psikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah Psikologi Perkembangan
Psikologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “psyche”, berarti, jiwa atau daya hidup, sedangkan “logos” berarti ilmu. Jadi secara harafiah, “psychology” berarti ilmu yang memepelajari tentang kejiwaan atau “Ilmu Jiwa “. Menurut para ahli psikologi, pengertian psikologi secara istilah adalah sebagai berikut :
1.Merupakan ilmu tentang kesadaran manusia.
2.Merupakan ilmu yang mempelajari prilaku dan proses mental.
3.Merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu ( meliputi perilaku motorik, kognitif, dan emosi ).
4.Merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa, dimana jiwa termanifestasi dalam tingkah laku atau aktivitas- aktivitas baik motorik, kognitif, maupun emosi[[1] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (2005).][1].
Pada tahun 1897, fisiolog (dokter) Wilhelm Wundt untuk pertama kalinya mengajukan gagasan memisahkan ilmu psikologi dari ilmu-ilmu induknya, yaitu ilmu filsafat dan ilmu faal. Keinginan kuat Wundt untuk menjadikan psikologi sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri didasarkan atas keyakinannya bahwa gejala-gejala psikis tidak dapat hanya diterangkan dari sudut proses-proses fisik. Menurutnya, bagi psikologi, fisiologi hanyalah merupakan ilmu pengetahuan penolong saja. Untuk itu, di kota Leipzig. Wundt mendirikan laboratorium sendiri untuk melakukan eksperimen-eksperimen dalam psikologi. Objek psikologi Wundt bukan lagi konsep-konsep abstrak seperti dalam ilmu filsafat, tetapi juga bukan reflex yang bersifat ilmu faal, melainkan tingkah laku yang bias dipelajari secara objektif.
Sejak zaman Wundt itulah, psikologi mulai dipandang sebagai ilmu berdiri sendiri. Objek materialnya adalah gejala-gejala tingkah laku manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang dapat diamati dan diukur secara langsung. Oleh sebab itu, dewasa ini psikologi didefinisikan sebagai “the scientific study of behaviour and mental processes”. Tingkah laku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh suatu organisme yang dapat diamati dan direkam, seperti berteriak, tersenyum, mengedipkan mata, berbicara dan bertanya. Sedangkan proses mental adalah pengalaman internal yang kita simpulkan dari tingkah laku, atau aktivitas organisme yang bersifat psikologis, seperti sensasi, persepsi, mimpi, pikiran fantasi, kepercayaan dan persaan.
Sedangkan pengertian perkembangan, Chaplin (2002)[[2] Desmita, Psikologi Perkembangan, Cetakan kelima (2009). Hal. 4][2] mengartikan perkembangan sebagai (1) Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir hingga mati, (2) Pertumbuhan, (3) Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke bagian-bagian fungsional., (4) Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Sementara itu, Reni Akbar Hawadi (2001)[[3] Hawadi dan Reni Akbar, Psikologi Perkembangan Anak :Mengenal Sifat, Bakat,dan Kemampuan Anak, (2001).][3] menafsirkan,”Perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kausalitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia yang diawali saat pembuahan dan berakhir dengan kematian”.
Perkembangan itu menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menunjukkan kedepan dan tidak dapat diulangi kembali.dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan – perubahan dalam suatu arah yang bersifat maju[[4] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Edisi Revisi)” Cet.ke-2 (2005), Hal. 1][4].
Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan factor-faktor umum yang memepengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam diri seseorang. Titik berat yang diberikan oleh para psikolog perkembangan adalah relasi antara kepribadian dan perkembangan. Hal ini disebabkan oleh pendapat sebagian besar para psikolog bahwa keseluruhan kepribadian itulah yang berkembang meskipun beberapa komponen dapat lebih menonjol perkembangan pada masa – masa tertentu daripada komponen yang lain, misalnya fungsi indra dan fungsi motorik menonjol pada tahun – tahun pertama. Dengan kata lain, psikologi perkembangan lebih tertarik pada struktur yang berbeda – beda yang tampak pada orang yang tengah berkembang itu. Ia tertarik antara struktur- struktur itu. Berhubung dengan itulah kadang-kadang dipakai istilah stadium yang berurutan, bila pembicaraan berkisar pada suatu komponen tertentu, misalnya perkembangan intelegensi. Kadang – kadang dipakai istilah fase bila pembicaraan berkisar pada hubunganya antara komponen – komponen dalam periode perkembangan tertentu.
Dengan begitu orang bicara mengenai masa-masa penghidupan, yang jelas dapat dibedakan antara masa anak-anak, masa remaja, masa dewasa hingga masa lanjut usia. Masa pemuda atau masa remaja kurang jelas batasnya dengan masa kanak-kanak maupun masa dewasa awal, meskipun memang ada cirri-ciri yang khas yang membedakan masa remaja dengan masa sebelumnya. Berhubung dengan sifat seseorang yang khas serta jalan perkembanganya yang khas pula, maka psikologi perkembangan juga dapat dipandang sebagai psikologi jalan hidup seseorang.
Desmita dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” menyimpulkan bahwa Perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin memebesar melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan cirri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap.
Aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk / tahap ke bentuk / tahap berikutnya, yang kian hari bertambah maju, mulai dari masa pembuahan hingga berakhir dengan kematian.
Ini menunjukkan sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan mengalami perubahan-perubahan yang progresif dan berkesinambungan. Selama masa kanak-kanak hingga menginjak remaja misalnya, ia mengalami perkembangan dalam struktur fisik dan mental, jasmani dan rohani sebagai cirri-ciri dalam memasuki jenjang kedewasaan. Demikian seterusnya, perubahan-perubahan dalam diri individu itu terus berlangsung tanpa henti, meskipun perkembangan semakin hari semakin pelan, setelah ia mencapai titik puncaknya.
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa psikologi perkembangan adalah:
1.Ilmu yang lebih mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan (perubahan) dalam diri seseorang yang menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan (Pendapat Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P dan Prof. Dr. Siti Rahayu dalam bukunya “Psikologi Perkembangan”).
2.Ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang mulai periode masa bayi, remaja, dewasa hingga lanjut usia (Pendapat Kartini Kartono dalam bukunya “Psikologi Anak”).
Untuk mengetahui suatu perkembangan atau pertumbuhan, harus dilakukan pendekatan-pendekatan dan metode-metode tertentu, dimaksudkan untuk memberikan pengertian tentang bagaimana para psikolog perkembangan melakukan tugas mereka dalam mendapatkan lebih banyak pengertian akan gejala perkembangan serta bagaimana cara mengatasi hambatan dalam proses perkembangan.
B.Metode Pendekatan Umum
Dalam buku Desmita (Psikologi Perkembangan) ada beberapa pendekatan dalam psikologi perkembangan yang bersifat pendekatan umum, yaitu:[[5] Desmita, op.cit. Hal. 60][5]
1.Metode Cross-sectional
Pendekatan Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap orang-orang atu kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Suatu studi kros-sektional yang umum dapat mencakup sekelompok anak berusia 5 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun; kelompok lain dapat mencakup kelompok anak remaja dan orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun. Kelompok-kelompok yang berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman variable terikat, sepeti IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang tua, perubahan hormone, dan lain-lain. Semua ini dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat. Dengan mengambil kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda ini akhirnyaakan dapat ditemukan gambaran mengenai proses perkembangan satu atau beberapa aspek kepribadian seseorang. Melalui pendekatan cross-sectional dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan factor yang khas atau yang kurang khas bagi kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan utama dalam pendekatan cross-sectional ini adalah bahwa para peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu individu bertumbuh. Adapun kelemahan pendekan ini adalah bahwa pendekatan ini tidak member informasi tentang bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas karakteristiknya. Naik turunya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.
2.Metode Longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti perkembangan sesorang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau selama masa remaja. Dengan pendekatan ini diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
Pendekatan ini pun mempunyai kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan pendekatan ini adalah :
a.Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
b.Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara pribadi maupu dalam kelompok.
c.Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang sama.
d.Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah :
a.Membutuhkan waktu yang yang lama dan biaya yang besar.
b.Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
c.Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang dilakukan, misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.
3.Metode Cross-cultural
Pendekatan cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini banyak digunakan untuk mengetahui perbedan-perbedaan atau persamaan-persamaan perkembangan anak pada latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini adalah karena dengan pendekatan ini akan diperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang proses perkembangan seseorang. Melalui pendekatan ini bisa dijelaskan hipotesa-hipotesa yang ada melalui faktor-faktor yang diperoleh, misalnya tentang besar kecilnya pengaruh dari faktor sosial, ekonomi, pola pengasuhan dan gaya hidup terhadap cirri-ciri kepribadian dan perkembangan-perkembangan kogniotif.
Pendekatan ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan, maupun tes pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data lainya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan perbedaanya. Dengan pendekatan ini suatu hipotesa mengenai tes, misalnya yang bebas-budaya (cultural-free) atau norma-norma yang dianggap universal (misalnya kemampuan berbicara) dapat dibuktikan kebenaranya. Demikian pula mengenai urutan-urutan dalam perkembangan pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan pendekatan lintas budaya ini.
Dengan demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai urutan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan latar belakang kebudayaan yang sangat berbeda.
C.Metode Pendekatan Khusus
Dalam buku “Psikologi Perkembangan” karya Desmita, terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul dalam psikologi perkembangan yang bersifat khusus, diantaranya :[[6] Desmita, op.cit. Hal. 65][6]
1.Metode Observasi
Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat dalam jangka waktu tertentu atau pada tahap perkembangan tertentu. Metode ini dibedakan menjadi dua :
a.Observasi Alami
Adalah pencatatan data mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari secara alamiah/wajar. Jadi para peneliti melakukan semua pencatatan terhadap kehidupan anak tanpa mengubah suasana atau mengontrolnya. Misalnya : observasi yang dilakukan terhadap kehidupan anak dari jam sekian hingga sekian, dan mencatat apa saja yang dilakukan.
b.Observasi Terkontrol
Dilakukan bilamana lingkungan tempat anak berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan peneliti, sehingga bermacam- macam reaksi tingkah laku anak diharapkan akan timbul. Misalnya seorang anak yang ingin diketahuai reaksi dan sikapnya terhadap lingkungan pergaulanya, akan diobservasi pada lingkungan sosial yang sudah direncanaka. Demikian juga untuk mengetahui sebab-sebab seorang anak yang agresif, ia dimasukkan kedalam ruangan main yang sudah disusun sedemikian rupa (misalnya ruangan yang ada bermacam boneka atau mainan) sehingga reaksi-reaksi dan perubahan-perubahan yang akan diperlihatkan anak timbul karena rangsangan khusus dari lingkunganya. Dengan demikian dalam observasi terkontrol ini dilakukan manipulasi terhadap tingkah laku tertentu. Observasi yang terkontrol ini bisa dilakukan terhadap sekelompok anak yang sama umurnya atau sama jenis kelaminya dan pada waktu tertentu.
Kedua jenis observasi ini bisa dilakukan dengan alat-alat modern serta dengan kuantifikasi secara statistic dan pengolahan-pengolahan dengan computer. Jenis observasi yang kedua dianggap lebih objektif dan hasilnya lebih akurat dari pada yang pertama. Karena itu observasi terkontrol dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan experimental dengan pendekatan dan metode yang sesuai dengan lapangan psikologi experimental. Misalnya untuk menyelidiki timbulnya phobia anak-anak terhadap anjing dapat dilakukan dengan observasi terkontrol dan dengan metode-metode yang ditinjau dari sudut experimental, seperti dengan membagi sekelompok anak sebagai kelompok pengontrol.
2.Metode Eksperimen
Adalah metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan melakukan kegiatan-kegiatan percobaan pada anak. Penggunaan metode ini dalam penelitian terhadap anak-anak tidaklah mudah, karena anak-anak sangat sugestible, mudah dipengaruhi, bertingkah laku semaunya, sering sulit diberikan pengertian, dan sukar diketahui dengan jelas apa yang dimaksudkan oleh anak itu. Dan biasanya diadakan percobaan ulang untuk mendapatkan hasil untuk dicocokkan dengan hasil yang pertama.
3.Metode Klinis
Adalah suatu metode penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak dengan cara mengamat-amati, mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab. Cara ini diterapkan dalam rangka untuk memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa untuk selanjutnya, dapat diberikan pengobatan. Biasanya dilakukan melalui percakapan, pemberian tugas, bermain. Umumnya metode ini digunakan di rumah sakit bagi pasiennya yang dilakukan oleh para psikiater.
4.Metode Tes
Adalah metode yang digunakan untuk mengadakan pengukuran tertentu terhadap objeknya. Tes merupakan instrument penelitian yang penting dalam psikologi kontenporer, yang digunakan untuk mengukur segala jenis kemampuan, minat, sikap dan hasil kerja. Dalam hal ini, para peneliti biasanya menggunakan tes-tes psikologi yang sudah distandarisasi. Tes terstandar memiliki dua cirri penting. Pertama, para pakar psikologi biasanya menjumlahkan semua skor individu untuk menghasilkan satu skor tunggal, atau serangkaian skor, yang mencerminkan sesuatu tentang individu. Kedua,para pakar psikologi membandingkan skor individu dengan skor sejumlah besar kelompok yang sama untuk menentukan bagaimana individu menjawab dalam kaitnya dengan orang lain.
5.Metode Pengumpulan Data
Ini dapat dikerjakan dengan mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan karya/kegemaran anak-anak, antara lain: Surat-surat,catatan harian(diary, karangan, perangko, lukisan, foto, dll. Dari bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat untuk dipelajari dan selamjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan.[[7] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh. op. cit.][7]
D.Aliran-aliran Psikologi
1.Strukturalisme
Psikologi muncul dan berkembang mulai tahun 1879 yaitu setelah didirikan laboratorium psikologi yang pertama di Leipzig oleh Wilhem Wundt yang dikenal sebagai bapak pendiri psikologi. Dalam laboratorium ini Wundt mempelajari dan meneliti jiwa lebih langsung dari filosof-filosof dan meniru kemajuan yang telah dicapai dalam ilmu pengetahuan lainnya. Dengan menggunakan metode introspeksi secara eksperimental mencoba melakukan penelitian yang dilakukan secara analisa elementer untuk menentukan pengalaman kesadaran dengan menganalisa ke dalam unsur-unsurnya. Terbentuknya aliran ini didasari pada pendapat bahwa psikologi sudah seharusnya mempelajari jiwa dari segi unsur-unsurnya dimana jiwa tersebut tersusun. Helmhotz yang telah melatih Wundt dalam penelitian psikologi secara eksperimen dari Inggris.
Selain Wundt tokoh strukturalisme adalah Titchener, yang telah membawa paham strukturalisme Wundt dan menyebarkan paham tersebut di Amerika Serikat. Paham dan pandangan psikologi Wundt jug dikembangkan oleh murid-muridnya seperti Mc. Keen Cattel, Hugo Munsterberg dan psikiater Kraeplin seperti yang telah diuraikan dalam sejarah.
2.Fungsionalisme
Seorang tokoh psikologi Amerika dan pelopor aliran fungsionalisme yaitu Wiliam James (1842-1910), telah beranggapan bahwa pendapat Wundt dan pendapatnya telah keliru dan sesat apabila mengambil sasaran penelitian / percobaan psikologinya untuk menemukan struktur dari pada pengalaman kesadaran manusia. James berpendapat pengalaman kesadaran itu hakekatnya adalah suatu peristiwa atau proses bukan diuraikan unsur-unsurnya. Aliran ini juga merumuskan jiwa adalah pemelihara kelangsungan hidup sesorang dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Aliran fungsionalisme memandangnya secara dinamis yaitu sebagai proses mental yang terjadi dalam suatu aktivitas psikologi tujuan dan fungsi. Tokoh-tokoh yaitu John Dewey (1859-1952), James Mc Kenn Cattel (1866-1944), E.L. Trondike (1874-1949), dan R.S.Woodworth (1969-1962).
3.Behaviorisme
Perkembangan aliran behaviorisme termasuk gerakan/alairan psikologi yang kuat dan berpengaruh. Tokoh pendirinya adalah John B. Waston (1878-1958). Aliran ini menghimbau agar psikologi tidak memusatkan perhatiannya untuk mempelajari gejala-gejala kesadaran atau dibawah sadar, tetapi sesuai dengan tugasnya psikologi harus berupaya meramalkan apa yang sebenarnya yang mennjadi sasaran / tujuan tingkah laku dan berusaha bagaimana agar orang dapat mengendalikan tingkah laku tersebut, tepatnya ilmu pasti. Tokoh psikologi B. F. Skinner menyatakan “lingkungan merupakan kunci penyebab terjadinya tingkah laku.” Untuk dapat memahami tingkah laku manusia kita harus perhatikan lingkungan individu terhadap individu sebelum dan sesudah ia memberikan respon.
4.Gestalt psychology
Aliran ini merupakan suatu protes terhadap pandangan strukturalisme. Pemikiran tentang gestalt ini ditemukan oleh MaX Werthiemer (1880-1943) seorang psikolog Jerman. Gestalt berarti bentuk, pola keseluruhan, dasarnya adalah unit (kesatuan) sedangkan alatnya yang dijadikan dasar adalah persepsi (pengamatan/ penalaran). Para psikologi ini kebanyakan perhatian/studinya ditujukan kepada prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan proses pengamatan. Pemuka yang lain adalah Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1886-1967).
5.Psychanalytic psychology
Aliran ini muncul pada tahun 1900 dan aliran ini muncul pandangan psikologi yang dikembangkan melalui dasar-dasar tinjauan klinis-psikiatris oleh aliran psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud seorang Psikiater Australia. Pengobatan dilakukan melalui kejadian-kejadian yang dialami pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, disinilah teori kepribadian dan suatu pendekatan psikoterapi dikarenakan mental manusia itu berbeda.
6.Humanistic psychology
Aliran humanisme sebagai bantahan dan kurangnya aliran behaviorisme dan psikoanalisa. Aliran humanisme ini pada dasarnya mengakui bahwa pengalaman dan masa lalu itu mempengaruhi kepribadian, tetapi harus diakui pentingnya kedudukan “free will” yaitu dasar kemauan bebas manusia untuk membuat keputusan bagi dirinya untuk menentukan dirinya sendiri. Aliran ini tidak menggunakan eksperimen dilaboratorium seperti penelitian dengan mengawasi tingkah laku dan perkembangan pada binatang akan tetapi humanisme lebih menekankan pentingnya peran faktor subjektif seperti : gambaran dari seseorang, penilaian diri dan kerangka sasaran atau cita-cita ideal.
Keenam aliran yang telah diuraikan diatas menjadi konsep yang selalu digunakan para psikologi sampai saat ini untuk meneliti/mengamati jiwa manusia. Para psikolog saat ini tidak menganut aliran karena mereka mengembangkan dan mengguanakan teori psikologi yang lebih objektif dari aliran tersebut, saling melengkapi, dan saling menyempurnakan satu sama lain[[8] http://bambangwahyono.wordpress.com/aliran-psiklologi.html Diakses Tanggal 24-09-2014 (11.30 WIB)][8].
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Beraneka ragam cara yang dilakukan oleh para psikolog umtuk mengetahui tahap-tahap dalam proses perkembangan. Pada metode pendekatan yang bersifat umum terdiri dari : cross-sectional, longitudinal, dan cross-cultural. Sedangkan metode-metode pendekatan yang bersifat lebih khusus terdiri dari : metode observasi, eksperimen, klinis, tes dan pengumpulan data.
Dalam metode pendekatan psikologi perkembangan, metode pendekatan yang lebih umum memberikan pengertian akan keseluruhan proses perkembangan atau beberapa aspeknya. Sedangkan beberapa metode pendekatan khusus dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak pengertian akan gejala perkembangan, beberapa metode yang lain lagi memberikan pengetian bagaimana caranya mengatasi hambatan dalam proses perkembangan. Para peneliti melakukan berbagai pendekatan dengan metode tertentu untuk mendapatkan analisa dari suatu gejala yang terjadi dalam suatu proses perkembangan. Pada pemakaian metode yang terpadu menambah kemungkinan untuk memperoleh pengertian mengenai hubungan gejala perkembangan satu dengan yang lain, baik mengenai tingkah laku, pendapat maupun kondisi tertentu dalam proses perkembangan seseorang.
Maka dari itu, kita harus bisa mengetahui tahab yang dilakukan seorang peneliti untuk mendapatkan data. Sehingga, bila suatu saat nanti kita dihadapkan pada lingkungan yang menuntut kita untuk terjun pada analisa dunia perkembangan, kita mengetahui berbagai hal yang bersangkutan dengan perkembangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh, 2005, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta
Akbar, Reni dan Hawadi, 2001, Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: Grasindo.
Desmita, 2009, Psikologi Perkembangan Cetakan kelima, Bandung: Rosdakarya
Walgito, Bimo, 1997, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi .
0 komentar:
Posting Komentar