Pendidik
Tanggung jawab pendidik
Rasulullah SAW bersabda (setiap kalian aalah pemimpin dan setiap peminpin dimintai pertanggung jawaban dari rakyatnya (yang dipimpinnya).
Barangkali termasuk tanggung jawab yang paling penting yang bergantung pada jaminan pendidik,
Adalah ketika diwakilkan kepadanya sekelompok anak-anak atau pemuda dan pendidikan mereka serta kelulusan mereka atas keutamaan dan kebaikan.
Dan karena inilah maka wajib atas pendidik untuk memelihara keridhaan Tuhannya.
Dan demikian itu dengan melaksanakan kewajiban yang merupakan amanah dan tanggung jawab yang berat atas paling bagusnya jalan dan paling sempurnanya jalan.
Maka itu adalah tanggung jawab menjadi beban pendidik terhadap para pengikutnya di hadapan Allah.
Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik.
Seorang pendidik tidak mungkin melaksanakan amanah tersebut
Kecuali ketika terdapat padanya sejumlah sifat-sifat mulia dan pemberian yang agung
Yang akan memudahkan cita-citanya.
Ikwanus shifa berkata (ketahuilah wahai saudara bahwa sesungguhnya keberuntungan
Adalah sesuai bagian seorang pengajar yang cerdas dan bagus tabiatnya, bagus akhlaknya, murni
Hati, penyinta pengajaran, pencari kebenaran, tidak fanatik kepada satu pendapat dari
Berbagai mazhab.
Ibnu sina menilai bahwa seorang pengajar anak-anak patut sebagai seorang yang:
1. Berakal
2. Beragama
3. Banyak melihat dengan latihan akhlaq
4. Cakap dengan meluluskan anak-anak
5. Berwibawa
6. Bersungguh-sungguh
7. Tidak sempit gagasan dan
8. Lembut
9. Pandai
10. Disegani
11. Bersih
12. Rapi
Ibnu aljama’ah mensyaratkan dalam seorang pendidik (berseri wajahnya dan menyebarkan
Salam dan memberi makan dan menahan marah dan mencegah menyakiti dari
Manusia dan bergaul dan memuliakan serta tidak minta di muliakan .
Dan sifat-sifat ini serta tingkah laku yang terpuji dianggap sebagian sifat-sifat
Rasulullah SAW, yaitu seorang yang sempurna dan pengajar pertama
Dimana ahklaqnya adalah Al-Qur’an beliau ridha dengan ridhonya dan marah dengan marahnya
Dan diantara sifat-sifat yang sungguh-sungguh Rasulullah
Tanamkan adalah tawadhu’ dan sabar dan keduanya termasuk sebagian sifat yang paling murni
Yang patut atas seorang pendidik untuk berhias dengannya. Sejarah menceritakan pelajaran tersebut.
Nabi Khidir as dalam ceritanya berserta Nabi Musa as mencontohkan tawadhu’ dan sabar.
Saat Nabi Musa bertanya padanya (apakah aku boleh mengikutimu agar engkau mengajariku
Dari jalan kebenaran? Nabi Khidir berkata: sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersamaku dengan sabar.! Wahai Musa, sesungguhnya aku atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia telah mengajarkannya padaku yang engkau tidak mengetahuinya. Dan engkau atas pengetahuan yang telah Allah ajarkan padamu yang tidak aku ketahui. Musa berkata Insya Allah engkau akan mendapatkan sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan ingkar pada perkara yang dilakukanmu.
Maka Khidir mengembalikan ilmunya seluruhnya milik Allah dan dia tidak meninggalkannya sesuatu dari ilmunya untuk dirinya dan tidak juga bagi tuannya. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu dan dia adalah makna yag menjadikannya mencari jalan dan istiqamah yang keduanya menghapuskan permusuhan dari orang yang berhubungan pada ilmu pengetahuan.
Kisah Musa dan Khidir meletakkan dasar untuk memelihara arti tawadhu’ dan meninggalkan sombong dan mengukuhkan pengetahuan yang mencerdtaskan. Karena sesungguhnya Musa berdiri dan berpidato pada Bani Isroil, maka dia ditanya: siapakah manusia yang paling tahu?
Maka Musa berkata: akulah yang paling tahu, maka Allah menegurnya karena tidak mengembalikan ilmunya kepadaNya, maka Allah memberinya wahyu bahwa seorang hamba dari hmba-hambaku pada tempat berkumpulnya dua samudra lebih tahu darimu. Maka kisah bertemunya Musa dengan Khidir a.s dan permulaan perjalanan ilmiahnya yang diberkati yang mengandung banyak hikmah merupakan adab yang berlimpah dan diatasnya adalah tawadhu’ serta rendah hati bagi seorang pengajar.
Dan sungguh Rasulullah telah bersabda (tidaklah Allah menambah pada seseorang dengan ampunan, kecuali pada kemuliaan dan tidaklah seseorang tawadhu’ kepada Allah, kecuali Allah mengangkat drajatnya.). aisyah r.a mencontohkan tawadhu’ dalam ujian kebohongan yang dituduhkan padanya dari penjahat munafik memutar balikkannya, maka mempengaruhinya. Sesungguhnya Aisyah berkata (demi Allah, aku tidak menyangka bahwa sesungguhnya Allah akan menurunkan wahyu yang akan dibacakan dalam pembebasanku.
Dan karena keperluanku dalam diriku adalah lebih tercela daripada Allah harus berkata padaku dengan perkara yang akan dibacakan akan tetapi aku berharap supaya bermimpi Rasulullah SAW dalam tidur yang Allah akan membebaskanku dengan mimpi itu. Maka Allah menurunkan sesungguhnya orang-orang yang datang dengan kebohongan ) maka sungguh Aisyah berperilaku dengan adab Rasulullah
Beliau adalah pendidik yang meletakkan paling indahnya adab, paling eloknya adab, paling belasnya adab, dan paling pentingnya adab atas pertumbuhan kepribadian pada para sahabatnya serta mengajarkan mereka pada paling bagusnya adab.
Rasulullah duduk di antara punggung para sahabat tanpa beban dan tidak membedakan dirinya dari mereka dengan sesuatu di saat damai dan perang dan senang juga enggan, kecuali bersamanya dari berisik dan bergurau yang kelewatan, dan mengangkat suara yang keras. Rasulullah memenuhi hati majalisnya dengan hebat dan berwibawa. Rasulullah memandang mereka dengan pandangan tajam dan beliau mengelilingi (hati mereka, maka tidaklah mereka menyebutnya kecuali dengan cinta yang besar dan menakjubkan yang dari mereka miliki. Maka hati mereka dibuka agar berteman dengan cinta dan rasa mabuk berat untuk menghadapnya maka mereka sangat mabuk kepayang dan salah seorang dari mereka tidak meretakkannya dengan bid’ah
Rasulullah tidak menetapi kelurusan ini dan keindahan dalam pergaulannya saja. Beliau adalah seperti yang dikatakan Abdullah Bin Umar (dia tidaklah orang yang berbuat jahat dan tidaklah menjadi jahat).
Bahkan beliau adalah manusia yang paling bagus akhlaqnya atas pandangan Barro Bin ‘Aaib dan pastinya disamping itu beliau sangat berusaha atas keindahan lahirnya. Beliau berpandangan tajam, cerdas dan mengagumkan tidaklah ajaib karena lahiriyah Rasulullah sesuai dengan batinnya dan perbuatannya sepadan dengan perkataannya.
Karena sabdanya dan dialah yang bersabda (sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan dari kalian adalah yang paling bagus akhlaqnya).
Rasulullah sangat mengharuskan para sahabatnya untuk tetap berbuat baik dan harus dalam segala sesuatu. Rasulullah bersabda untuk mereka (sesungguhnya petunjuk yang baik dan menetapi jalan yang baik dan benar adalah bagian dari 25 bagian dari kenabian.
Tanggung jawab pendidik
Rasulullah SAW bersabda (setiap kalian aalah pemimpin dan setiap peminpin dimintai pertanggung jawaban dari rakyatnya (yang dipimpinnya).
Barangkali termasuk tanggung jawab yang paling penting yang bergantung pada jaminan pendidik,
Adalah ketika diwakilkan kepadanya sekelompok anak-anak atau pemuda dan pendidikan mereka serta kelulusan mereka atas keutamaan dan kebaikan.
Dan karena inilah maka wajib atas pendidik untuk memelihara keridhaan Tuhannya.
Dan demikian itu dengan melaksanakan kewajiban yang merupakan amanah dan tanggung jawab yang berat atas paling bagusnya jalan dan paling sempurnanya jalan.
Maka itu adalah tanggung jawab menjadi beban pendidik terhadap para pengikutnya di hadapan Allah.
Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik.
Seorang pendidik tidak mungkin melaksanakan amanah tersebut
Kecuali ketika terdapat padanya sejumlah sifat-sifat mulia dan pemberian yang agung
Yang akan memudahkan cita-citanya.
Ikwanus shifa berkata (ketahuilah wahai saudara bahwa sesungguhnya keberuntungan
Adalah sesuai bagian seorang pengajar yang cerdas dan bagus tabiatnya, bagus akhlaknya, murni
Hati, penyinta pengajaran, pencari kebenaran, tidak fanatik kepada satu pendapat dari
Berbagai mazhab.
Ibnu sina menilai bahwa seorang pengajar anak-anak patut sebagai seorang yang:
1. Berakal
2. Beragama
3. Banyak melihat dengan latihan akhlaq
4. Cakap dengan meluluskan anak-anak
5. Berwibawa
6. Bersungguh-sungguh
7. Tidak sempit gagasan dan
8. Lembut
9. Pandai
10. Disegani
11. Bersih
12. Rapi
Ibnu aljama’ah mensyaratkan dalam seorang pendidik (berseri wajahnya dan menyebarkan
Salam dan memberi makan dan menahan marah dan mencegah menyakiti dari
Manusia dan bergaul dan memuliakan serta tidak minta di muliakan .
Dan sifat-sifat ini serta tingkah laku yang terpuji dianggap sebagian sifat-sifat
Rasulullah SAW, yaitu seorang yang sempurna dan pengajar pertama
Dimana ahklaqnya adalah Al-Qur’an beliau ridha dengan ridhonya dan marah dengan marahnya
Dan diantara sifat-sifat yang sungguh-sungguh Rasulullah
Tanamkan adalah tawadhu’ dan sabar dan keduanya termasuk sebagian sifat yang paling murni
Yang patut atas seorang pendidik untuk berhias dengannya. Sejarah menceritakan pelajaran tersebut.
Nabi Khidir as dalam ceritanya berserta Nabi Musa as mencontohkan tawadhu’ dan sabar.
Saat Nabi Musa bertanya padanya (apakah aku boleh mengikutimu agar engkau mengajariku
Dari jalan kebenaran? Nabi Khidir berkata: sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersamaku dengan sabar.! Wahai Musa, sesungguhnya aku atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia telah mengajarkannya padaku yang engkau tidak mengetahuinya. Dan engkau atas pengetahuan yang telah Allah ajarkan padamu yang tidak aku ketahui. Musa berkata Insya Allah engkau akan mendapatkan sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan ingkar pada perkara yang dilakukanmu.
Maka Khidir mengembalikan ilmunya seluruhnya milik Allah dan dia tidak meninggalkannya sesuatu dari ilmunya untuk dirinya dan tidak juga bagi tuannya. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu dan dia adalah makna yag menjadikannya mencari jalan dan istiqamah yang keduanya menghapuskan permusuhan dari orang yang berhubungan pada ilmu pengetahuan.
Kisah Musa dan Khidir meletakkan dasar untuk memelihara arti tawadhu’ dan meninggalkan sombong dan mengukuhkan pengetahuan yang mencerdtaskan. Karena sesungguhnya Musa berdiri dan berpidato pada Bani Isroil, maka dia ditanya: siapakah manusia yang paling tahu?
Maka Musa berkata: akulah yang paling tahu, maka Allah menegurnya karena tidak mengembalikan ilmunya kepadaNya, maka Allah memberinya wahyu bahwa seorang hamba dari hmba-hambaku pada tempat berkumpulnya dua samudra lebih tahu darimu. Maka kisah bertemunya Musa dengan Khidir a.s dan permulaan perjalanan ilmiahnya yang diberkati yang mengandung banyak hikmah merupakan adab yang berlimpah dan diatasnya adalah tawadhu’ serta rendah hati bagi seorang pengajar.
Dan sungguh Rasulullah telah bersabda (tidaklah Allah menambah pada seseorang dengan ampunan, kecuali pada kemuliaan dan tidaklah seseorang tawadhu’ kepada Allah, kecuali Allah mengangkat drajatnya.). aisyah r.a mencontohkan tawadhu’ dalam ujian kebohongan yang dituduhkan padanya dari penjahat munafik memutar balikkannya, maka mempengaruhinya. Sesungguhnya Aisyah berkata (demi Allah, aku tidak menyangka bahwa sesungguhnya Allah akan menurunkan wahyu yang akan dibacakan dalam pembebasanku.
Dan karena keperluanku dalam diriku adalah lebih tercela daripada Allah harus berkata padaku dengan perkara yang akan dibacakan akan tetapi aku berharap supaya bermimpi Rasulullah SAW dalam tidur yang Allah akan membebaskanku dengan mimpi itu. Maka Allah menurunkan sesungguhnya orang-orang yang datang dengan kebohongan ) maka sungguh Aisyah berperilaku dengan adab Rasulullah
Beliau adalah pendidik yang meletakkan paling indahnya adab, paling eloknya adab, paling belasnya adab, dan paling pentingnya adab atas pertumbuhan kepribadian pada para sahabatnya serta mengajarkan mereka pada paling bagusnya adab.
Rasulullah duduk di antara punggung para sahabat tanpa beban dan tidak membedakan dirinya dari mereka dengan sesuatu di saat damai dan perang dan senang juga enggan, kecuali bersamanya dari berisik dan bergurau yang kelewatan, dan mengangkat suara yang keras. Rasulullah memenuhi hati majalisnya dengan hebat dan berwibawa. Rasulullah memandang mereka dengan pandangan tajam dan beliau mengelilingi (hati mereka, maka tidaklah mereka menyebutnya kecuali dengan cinta yang besar dan menakjubkan yang dari mereka miliki. Maka hati mereka dibuka agar berteman dengan cinta dan rasa mabuk berat untuk menghadapnya maka mereka sangat mabuk kepayang dan salah seorang dari mereka tidak meretakkannya dengan bid’ah
Rasulullah tidak menetapi kelurusan ini dan keindahan dalam pergaulannya saja. Beliau adalah seperti yang dikatakan Abdullah Bin Umar (dia tidaklah orang yang berbuat jahat dan tidaklah menjadi jahat).
Bahkan beliau adalah manusia yang paling bagus akhlaqnya atas pandangan Barro Bin ‘Aaib dan pastinya disamping itu beliau sangat berusaha atas keindahan lahirnya. Beliau berpandangan tajam, cerdas dan mengagumkan tidaklah ajaib karena lahiriyah Rasulullah sesuai dengan batinnya dan perbuatannya sepadan dengan perkataannya.
Karena sabdanya dan dialah yang bersabda (sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan dari kalian adalah yang paling bagus akhlaqnya).
Rasulullah sangat mengharuskan para sahabatnya untuk tetap berbuat baik dan harus dalam segala sesuatu. Rasulullah bersabda untuk mereka (sesungguhnya petunjuk yang baik dan menetapi jalan yang baik dan benar adalah bagian dari 25 bagian dari kenabian.
0 komentar:
Posting Komentar