tag:blogger.com,1999:blog-89647884424163845592024-03-22T05:45:23.356+07:00Blog orang pinggiranBelajar Blog, Ilmu dan PengalamanBlog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.comBlogger146125tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-18492420713768140742022-01-26T20:12:00.001+07:002022-01-26T20:12:51.767+07:00MENCARI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN<p><b> </b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://ibnurus.blogspot.com" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="225" data-original-width="300" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiYnHYVFGxskYwrx6a9CWXC7K2Ay__HGRGVcYUrf7d-JMUCZtlaF16qIU-vAhn-69W-irJ_C3bGP4pDMt9b22G9KzDzCjMaW9KpLNClx07AXucyp3R8_HJwfjaiHvRzqVWyRcyL1mf4tUWphOsTwuQFWNfqPsQicXHMc6TUO2cb0v-N3MYuLe06-X74=w200-h150" width="200" /></a></b></div><b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">Pendahuluan</span></b><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi
individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung
jawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak (berkarakter) mulia.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional
(Sisdiknas) menegaskan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta perabadan bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan manjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[1]</span></span></span></span></a> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Dari
fungsi dan tujuan di atas, ada dua hal penting yang harus diwujudkan Lembaga
Pendidikan, pertama, mengembangkan kemampuan, kedua, membentuk watak.
Pengembangan kemampuan berkaitan dengan </span><i style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">head, </i><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">sedangkan mengembangkan
watak kaitannya dengan </span><i style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">heart</i><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">. </span><i style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Outcome </i><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">pengembangan kemampuan
merujuk pada kualitas akademik, sedangkan </span><i style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">outcome </i><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">dari membentuk watak
adalah terwujudnya lulusan yang </span><i style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">khusnul khuluq.</i></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dari
rumusan tersebut terlihat bahwa Pendidikan nasional mengemban misi yang tidak
ringan, yaitu membangun manusia yang utuh dan paripurna yang memiliki
nilai-nilai karakter yang agung di samping juga harus memiliki fondasi keimanan
dan ketakwaan yang Tangguh. Oleh karena itu, Pendidikan menjadi <i>agent of
change </i>yang harus mampu melakukan perbaikan karakter bangsa. Dengan kata
lain, Pendidikan harus mampu mengemban misi pembentukan karakter (<i>character
building</i>) sehinga para peserta didik dan para lulusan Lembaga Pendidikan
dapat berpartisipasi dan mengisi pembangunan dengan baik dan berhasil tanpa
meninggalkan nilai-nilai karakter mulai. Dengan demikian bahwa tujuan akhir
dari Pendidikan adalah karakter, sehingga seluruh aktivitas pendiidkan
semestinya bermuara kepada pembentukan karakter. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Untuk
membangun manusia yang memiliki nilai-nilai karakter mulia, seperti dirumuskan
dalam tujuan pendiidkan nasional tersebut, dibutuhkan system Pendidikan yang
memiliki materi komprehensif (kafah) serta ditopang oleh pengelolaan dan
pelaksanaan yang benar. Terkait dengan ini, kurikulum yang menjadi saka guru
Pendidikan dinilai memiliki relevansi kuat<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>demi tujuan Pendidikan yang di targetkan. Dalam hal subtansi Pendidikan,
globalisasi juga menimbulkan perubahan penting. Dalam perspektif makro, kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi mempercepat proses demokratisasi dan equity
dalam pembelajaran. Karena itu, jika guru atau tenaga pengajar tetap ingin
memainkan peran sentral dalam proses pembelajaran, mereka harus melakukan
perubahan atau sedikitnya penyesuaian dalam paradigma, strategi, model
pendekatan, dan teknologi pembelajaran. Jika tidak, tenaga pengajar akan
kehilangan makna kehadiran dalam proses pembelajaran.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Salah satu upaya untuk
mewujudkan Pendidikan yang menghasilkan manusia bermartabat (berkarakter
mulai), para peserta didik harus dibekali dengan Pendidikan khusus yang membawa
misi pokok dalam pembinaan karakter mereka. Pendidikan seperti ini, dapat
memberi arah kepada para peserta didik setelah menerima berbagai ilmu maupun
pengetahuan dalam bidang studi masing-masing, sehingga mereka dapat
mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat dengan tetap berpatokan pada
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang universal. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Melalui
Pendidikan karakter diharapkan para generasi muda mampu memiliki pandangan
mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, keindahan, kebaikan,
dan keimanan. Bahkan dalam dunia Pendidikan dikenal dengan Delapan Belas nilai
karakter yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik, antara lain adalah:
religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab. Hal itu, dianggap penting karena salah satu factor
yang menentukan kemajuan kemajuan bangsa adalah memunculkan karakter diri
manusia hasil dari system Pendidikan di Indonesia.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pembahasaan
<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -7.05pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Pengertian
Pendidikan </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sebelum meninjau lebih
lanjut apa yang dimaksud dengan Pendidikan karakter, terlebih dahulu perlu
kiranya diterangkan dua istilah ini Pendidikan dan karakter. Secara etimologi
Pendidikan (paedagogie) berasal dari Bahasa Yunani, terdiri dari kata PAIS,
artinya anak, dan AGAIN diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu
bimbingan yang diberikan kepada anak. Secara definitive Pendidikan (padagogie)
diartikan oleh para tokoh Pendidikan, sebagai berikut: <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menurut Carter V Good
dalam Dictionary of Education, pendidikan mengandung pengertian sebagai suatu
proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang
berlaku dalam masyarakatnya dan proses sosial di mana seseorang dipengaruhi
oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin, sehingga ia dapat mencapai kecakapan
sosial dan mengembangkan pribadinya. Pengertian tersebut dapat dikatakan hampir
sama denga napa yang dikatakan Godfrey Thompson bahwa Pendidikan merupakan
pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang
tetap di dalam kebiasaan tingkah lakunya, pikirannya, dan sikapnya.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">SA. Bratanata dkk,
mengatakan bahwa Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung
maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam
perkembangannya mencapai kedewasaan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ki Hajar Dewantara
mengatakan bahwa mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mohammad Natsir Pendidikan
adalah suatu pimpinan jasmani dan rohani menuju kepada kesempurnaan dan
kelengkapan sifat-sifat kemanusian dengan arti sesungguhnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Hasan Langgulung
pendiidkan merupakan interaksi antara pengembangan potensi anak dan pewarisan
budaya antar generasi. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Endang Saefuddin
Anshari Pendidikan adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, asuhan) oleh
subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi
dan lain-lain sebagainya) dan raga objek didik, dengan bahan-bahan/materi didikan
tertentu pada jangka waktu tertentu dengan metode tertentu dan dengan alat
perlengkapan yang ada kearah tujuan didikan tertentu di sertai dengan evaluasi
sesuai dengan asas/dasar teori ajaran tertentu.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dari beragam definisi
di atas, pengertian Pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam tiga sudut pandang:
sempit, maha luas, dan luas terbatas. Dalam arti sempit, Pendidikan adalah
sekolah atau persekolahan (schooling), dalam arti maha luas, Pendidikan adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang menuju
kedewasaan, yang berlangsung di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja, baik
direncanakan atau tidak direncanakan. Sedangkan dalam arti luas terbatas,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta
didik menuju terbentuknya kepribadian utama yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah. Dengan demikian, Pendidikan pada hakekatnya suatu
kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya
agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung
terus menerus. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dari beberapa rumusan
di atas tentang mendidik, dapatlah disimpulkan bahwa pendiidkan adalah;
pengaruh, bantuan atau tuntutan yang diberikan oleh orang yang bertanggung
jawab kepada anak didik. Selanjutnya dalam setiap rumusan Nampak adanya dua
pengertian: tugas/fungsi mendidik dan intensi/tujuan mendidik. Dalam intensi
itulah kita dapatkan tugas pembentukan terhadap pribadi anak didik. Di samping
tugas pembentukan pribadi, Pendidikan masih mempunyai tugas lain ialah
menyerahkan kebudayaan kepada generasi berikutnya (generasi muda). Di dalam
penyerahan ini Nampak adanya sikap dari generasi muda itu: reseptif, selektif
dan continuous. Dengan adanya sikap-sikap inilah maka di dalam setiap
pergantian generasi selalu ada inovasi, selalu terdapat perubahan dan
perkembangan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Pengertian
Karakter. </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pengertian karakter secara
umum sering disamakan dengan istilah temperamen, tabiat, watak, atau akhlak,
yang mengandung definisi pada sesuatu yang menekankan unsur psikososial yang
dikaitkan dengan Pendidikan dan konteks lingkungan. Secara harfiah, karakter
artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Dalam
arti lain, karakter adalah sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi
pekerti, tabiat, dan pringai. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa karakter
mempunyai makna psikologis atau sifat kejiwaan karena terkait dengan aspek
kepribadian (<i>personality</i>), akhlak, tabiat, watak dan sifat kualitas yang
membedakan seseorang dari yang lain atau kekhasaan (<i>particular quality</i>)
yang dapat menjadikan seseorang terpercaya ada dari orang lain. Kertajaya sebagaimana
di kutip oleh Siswanto mengemukakan bahwa karakter adalah ciri khas yang
dimiliki oleh suatu benda atau individu.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn7" name="_ftnref7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menurut para tokoh
pengertian karakter secara terminology adalah: <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Samsuri, menyatakan
bahwa karakter sedikitnya memuat dua hal : values (nilai-nilai) dan
kepribadian. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Suyanto, menyatakan
bahwa karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun negara. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dirjen Dikti,
mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai
kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam
perilaku.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn8" name="_ftnref8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa karakter adalah sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -7.05pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Pengertian
Pendidikan Karakter. </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan karakter merupakan ihwal karakter, atau
Pendidikan yang mengajarkan hakikat karakter dalam ketiga ranah cipta, rasa,
dan karsa. Konsep Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona mengemukakan
Pendidikan karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu; mengetahui kebaikan (<i>knowing
the good</i>), mencintai kebaikan (<i>desiring the good</i>), dan melakukan
kebaikan (<i>doing the good</i>). Adapun menurut Frye, mendefinisikan
Pendidikan karakter sebagai <i>a national movement creating school that faster
ethical, responsible, and caring young people by modelling and teaching good
character through an empihasis on universal values that we all share. </i>(suatu
Gerakan nasional untuk menciptakan sekolah yang dapat membina anak-anak muda
beretika, bertanggung jawab, dan peduli melalui keteladanan dan pengajaran
karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal yang kita
sepakati Bersama). <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Jadi, Pendidikan karakter menurut Frye, harus menjadi
Gerakan nasional yang menjadikan sekolah sebagai agen untuk membudayakan
nilai-nilai karakter mulia melalui pembelajaran dan pemberian contoh (model). Selanjutnya
Frye menegaskan bahwa Pendidikan karakter merupakan usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang memahami, menjaga, dan berperilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai karakter mulai.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn9" name="_ftnref9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menurut Sudrajat, Pendidikan karakter seharusnya membawa
peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara
efektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn10" name="_ftnref10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menurut Megawangi, Pendidikan karakter sebagai sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Sedangkan menurut Syaiful Anam
Pendidikan karakter sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang
dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat beradab. Pendidikan bukan
sarana transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan lebih luas lagi, yakni sebagai
sarana pembudayaan dan penyaluran nilai dan dimensi dasar kemanusiaan yang
mecakup antara lain: afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan,
akhlak mulia, kognitif yang tercermin pada kapasitas piker dan daya
intelektualitas untuk mengali dan mengembangkan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan psikomotorik yang tercermin pada kemampuan
mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi
kinestetis.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn11" name="_ftnref11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
karakter sebagai suatu system penanaman nilai-nilai karakter yang baik kepada
semua yang terlibat dan sebagai warga sekolah sehingga mempunyai pengetahuan,
kesadaran, dan Tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan
karakter tidak bisa dibiarkan jalan begitu saja tanpa adanya upaya-upaya cerdas
dari para pihak yang bertanggung jawab (Pendidik) terhadap Pendidikan.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -7.05pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Peran
Pendidikan karakter </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Peran Pendidikan karakter adalah memberi pencerahan atas
konsep <i>free will</i> dengan menyeimbangkan konsep <i>determinism </i>dalam
praksis Pendidikan. Pendidikan harus memberi ruang yang luas kepada peserta
didik untuk bebas memilih. Pendidikan menekankan bahwa kebebasan itu satu paket
dengan tanggung jawab yang harus dipikulnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sementara itu manfaat Pendidikan karakter antara lain
adalah: <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menjadikan individu yang maju, mandiri, dan kokoh dalam
mengenggam prinsip.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menjadi benteng dalam memerangi berbagai perilaku berbahaya
dan gelap. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sebagai mempromosikan sikap prososial/nilai. Pendidikan
karakter mendorong nilai intelektual/akademik. Pendidikan karakter sebagai
upaya mempromosikan pengembangan pribadi holistic. Pendidikan karakter sebagai
pendorong tanggung jawab bagi semua warga sekolah yang berkelanjutan.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn12" name="_ftnref12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Tujuan
Pendidikan Karakter </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Proses dan tujuan
Pendidikan melalui pembelajaran tiada lain adalah adanya perubahan kualitas
tiga aspek Pendidikan, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini
menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran sebagai peningkatan wawasan, perilaku,
dan keterampilan, dengan berlandaskan empat pilar Pendidikan. Tujuan akhirnya
adalah terwujudnya insan yang berilmu dan berkarakter. Karakter yang diharapkan
tidak tercerabut dari budaya asli Indonesia sebagai perwujudan nasionalisme dan
sarat muatan agama (religious).<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn13" name="_ftnref13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">f.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Mencari
Model Pendidikan Karakter dan Upaya Mengefektifkannya </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tantangan paling
mendasar dalam pelaksanaan Pendidikan karakter adalah melahirkan
manusia-manusia yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam
tentang karakter, tetapi juga punya karakter. Berikut beberapa pemikiran yang
diprediksi agar Pendidikan karakter efektif untuk menghantarkan peserta didik
menjadi manusia berkarakter, dengan elaborasi bagaimana seharusnya Pendidikan
karakter berfungsi lebih strategis dalam membangun karakter bangsa, antara lain
sebagai berikut: <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pertama,
</span></i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
karakter adalah Pendidikan pola terpadu (<i>Intergrated Character Education</i>).
Pendidikan karakter sebaiknya tidak monolitik atau dikemas dalam satu pelajaran
tersendiri, tetapi diintegrasikan dengan semua kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler. Pendidikan karakter hendaknya menjadi inti dari semua program
pendiidkan atau mata pelajaran. Dengan pola terpadu, maka Pendidikan karakter
diharapkan menjadi perhatian dan tanggung jawab semau pendidik, apapun bidang
studi atau pelajarannya yang diajarkannya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kedua,
</span></i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
karakter adalah real life experience. Pendidikan karakter akan lebih efektif
jika dikemas dalam bentuk pengalaman langsung, melalui proses habituasi,
akulturasi, dan inkulturasi. Pendidikan karakter dengan model real life
experience, memerlukan program-program yang riil, yang berkaitan dengan
kehidupan nyata dan ditunjang oleh ilmu tingkah laku (‘ilm al-suluk, tahzib
al-ahlak, dan al-hikmat al-‘amaliyyat). <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ketiga,
</span></i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
karakter harus sistemik dan berkelanjutan (sustainable). Pendidikan karakter
sangat kompleks, sehingga memerlukan konsep yang jelas dan time freme yang
Panjang. Program-program Pendidikan karakter harus dipersiapkan secara sistemik
dan berkelanjutan, dengan prosedur, sasaran, dan target yang jelas dan terukur,
karena Pendidikan karakter bukan indoktrinasi dan bukan pula sekedar melatih
keterampilan. Pendidikan karakter adalah proses pembentukan perilaku dan
kebiasaan menjalani kehidupan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Keempat,
</span></i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
karakter menuntut keseimbangan tiga ranah; kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pendidikan karakter akan efektif apabila dalam pelaksanaannya ada keseimbangan
antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penekanan pada aspek kognitif
diperlukan, agar peserta didik dapat membuat pertimbangan moral (value
analysis), aspek afektif diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengklarifikasi nilai-nilai (clarifying values), dan aspek psikomotorik
diperlukan untuk memberikan pengalaman bertindak (experiencing actions), melalui
proses habituasi, agar mereka memiliki keberanian dan mendapat kesempatan untuk
melakukan Tindakan-tindakan moral. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kelima,
</span></i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
karakter adalah tugas dan tanggung jawab kolektif. Para ahli Pendidikan
cenderung sepakat bahwa koneksitas dan integrasi tiga lingkungan (formal,
nonformal, dan informal) tersebut dan sinergitas antara unsur-unsur yang
terlibat di dalamnya sangat menentukan efektifitas pelaksanaan Pendidikan. Pendidikan
karakter akan efektif apabila dalam pelaksanaannya ada kolektifitas antara
guru, orang tua, dan tokoh agama atau masyarakat. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Keenam,
</span></i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
karakter memerlukan daya dukung lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan
fisik dan sosial, media komunikasi, pelajaran yang diajarkan di sekolah dan
peran-peran khusus yang mendorong perilaku. Untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi pelaksanaan Pendidikan karakter, maka nilai-nilai yang terkait
dengan karakter positif harus menjadi basis penataan dan pengembangan tata
lingkungan di semua jalur, jenis, dan jenjang Pendidikan.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn14" name="_ftnref14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">g.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Implementasi
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran</b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Salah satu upaya untuk
mewujudkan Pendidikan yang menghasilkan manusia bermartabat (berakhlak mulia),
para peserta didik harus dibekali dengan Pendidikan khusus yang membawa misi
pokok dalam pembinaan karakter mereka. Pendidikan seperti ini dapat memberi
arah kepada para peserta didik setelah menerima berbagai ilmu maupun
pengetahuan dalam bidang studi (mata pelajaran) masing-masing sehingga mereka
dapat mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat dengan tetap berpatokan pada
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang universal. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Keluarnya Kurikulum
2013 lebih menegaskan lagi bahwa Pendidikan dilaksanakan di Indonesia adalah
Pendidikan karakter. Ini dapat dipahami mengingat dalam Kurikuum 2013 ini semua
proses Pendidikan atau pembelajaran suatu mata pelajaran yang ada dalam
struktur Kurikulum 2013 tersebut, harus menyertakan dua kompetensi pokok, yaitu
kompetensi spitural (K1) dan kompetensi sosial (K2), menurut Kurikulum 2013,
guru harus merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran
semua mata pelajaran lalu mengintegrasikan Pendidikan karakter di dalamnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pengintegrasian
Pendidikan karakter dalam pembelajaraan perlu adanya inovasi-inovasi baru
antara lain: <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan karakter
dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran, meliputi; pemuatan
nilai-nilai ke dalam subtansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang memfalisitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam
setiap aktivitas di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan karakter
juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan peserta didik. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan karakter
dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran semua urusan di sekolah yang melibatkan
semau warga sekolah.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn15" name="_ftnref15" style="mso-footnote-id: ftn15;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">h.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Pelaksanaan
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Adapun Langkah-langkah penerapan
Pendidikan karakter dalam pembelajaran agar supaya menjadi budaya sekolah
adalah: <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kesepakatan mengenai
karakter yang hendak dicapai dan ditargetkan sekolah. Karena tidak mungkin satu
sekolah dapat menerapkan ke-18 karakter yang ditetapakan oleh Kemendikbud. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Membangun pemahaman
bahwa sekolah ingin membudayakan karakter positif untuk seluruh warga sekolah
dan ini membutuhkan sebuah proses. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menyusun rencana
menyeluruh untuk mengintensifkan pengembangan dan pembelajaran mengenai
karakter yang hendak dicapai. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mengintegrasikan
karakter yang sudah dipilih ke dalam pembelajaran di seluruh Kurikulum secara
terus menerus. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Melalui suatu workshop,
para guru harus menentukan pendekatan/metode yang jelas terhadap mata pelajaran
yang dapat digunakan untuk menanamkan karakter yang sudah disepakati sekolah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sosialisasikan karakter
yang disepakati kepada seluruh warga sekolah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mengembangkan moto sekolah,
yang bertumpu pada karakter yang disepakati. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menentukan indicator
terhadap keberhasilan program ini. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Melakukan evaluasi
terhadap program ini, dan memberikan apresiasi bagi warga sekolah yang
menunjukkan perubahan kearah karakter yang dibudayakan.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn16" name="_ftnref16" style="mso-footnote-id: ftn16;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dalam perspektif
filsafat Pendidikan bahwa pengaruh Pendidikan dalam jiwa seseorang merupakan
pendorong kemampuan untuk berkembang. Sedangkan pendorong utama, adalah
potensi-potensi berupa bakat dan pengalaman yang terpendam pada diri seseorang
atau anak didik. Bagaimanapun baiknya rencana Pendidikan, hasil dan manfaat
bagi anak didik dan masyarakat tergantung kepada anak didik dan masyarakat itu
sendiri. Demikian pula dengan kecakapan dan bakat seseorang atau anak didik,
hanya dapat berkembang dengan baik apabila memperoleh kesempatan yang
sebaik-baiknya dalam Pendidikan. Pendidikan akan selalu berkaitan dengan
pola-pola tingkah laku kehidupan bermasyarakat. Karena orang yang hidup dan
bergaul di masyarakat selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
maka proses Pendidikan Karakter dan pengaruhnya akan tampak pada perkembangan
individu dan masyarakat.<a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftn17" name="_ftnref17" style="mso-footnote-id: ftn17;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Kesimpulan
</b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">pendiidkan adalah;
pengaruh, bantuan atau tuntutan yang diberikan oleh orang yang bertanggung
jawab kepada anak didik. Selanjutnya dalam setiap rumusan Nampak adanya dua
pengertian: tugas/fungsi mendidik dan intensi/tujuan mendidik. Dalam intensi
itulah kita dapatkan tugas pembentukan terhadap pribadi anak didik. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">karakter adalah sebagai
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesame manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan karakter
sebagai suatu system penanaman nilai-nilai karakter yang baik kepada semua yang
terlibat dan sebagai warga sekolah sehingga mempunyai pengetahuan, kesadaran,
dan Tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter tidak
bisa dibiarkan jalan begitu saja tanpa adanya upaya-upaya cerdas dari para
pihak yang bertanggung jawab (Pendidik) terhadap Pendidikan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan karakter
berfungsi lebih strategis dalam membangun karakter bangsa, antara lain sebagai
berikut: <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pertama,
</span></i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
karakter adalah Pendidikan pola terpadu (<i>Intergrated Character Education</i>).
<i>Kedua, </i>Pendidikan karakter adalah real life experience. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ketiga,
</span></i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
karakter harus sistemik dan berkelanjutan (sustainable). <i>Keempat, </i>Pendidikan
karakter menuntut keseimbangan tiga ranah; kognitif, afektif, dan psikomotorik.
<i>Kelima, </i>Pendidikan karakter adalah tugas dan tanggung jawab kolektif. <i>Keenam,
</i>Pendidikan karakter memerlukan daya dukung lingkungan fisik dan non fisik. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pengintegrasian
Pendidikan karakter dalam pembelajaraan perlu adanya inovasi-inovasi baru
antara lain: <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan karakter
dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran, Pendidikan
karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan peserta
didik. Pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran semua
urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></p>
<p class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: Arial;"><span style="mso-list: Ignore;">D.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Daftar
Rujukan </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Undang-undang R.I Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
sisdiknas, pasal 3</span></i><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">,
Bandung: Citra Umbara, 2011.</span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Azyumardi Azra, <i>Pendidikan Islam Tradisi dan
Modernisasi Di Tengah Tantangan Milenium III, </i>Jakarta: Prenadamedia Group,
2012.</span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Muhammad Anwar, <i>Filsafat Pendidikan, </i>Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015</span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, <i>Ilmu Pendiidkan, </i>Jakarta,
Rineka Cipta: 1991</span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Mohammad Kosim, <i>Pengantar Ilmu Pendidikan, </i>Surabaya,
Pena Salsabila: 2013</span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Siswanto, <i>Pendidikan Karakter Membangun Bangsa
Religius, </i>Surabaya: Pustaka Radja, 2016. </span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Barnawi & M. Arifin, <i>Strategi & Kebijakan
Pembelajaran Pendidikan Karakter, </i>Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015. </span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Marzuki, <i>Pendidikan Karakter Islam, </i>Jakarta:
Amzah, 2015. </span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Agusnaidi, <i>Sekolahku Ibadahku, </i>Surabaya:
Pustaka Media Guru, 2021. </span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Abd. Halim Soebahar, <i>Kebijakan Pendidikan Islam
Dari Ordonasi Guru Sampai UU Sisdiknas, </i>Surabaya: Pena Salsabila, 2012. </span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Retno Listyarti, <i>Pendidikan Karakter Dalam Metode
Aktif, Inovatif & Kreatif </i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jakarta: Erlangga, 2012. </span><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;"><o:p> </o:p></span></p>
<div style="mso-element: footnote-list;"><!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Undang-undang R.I Nomor 20 Tahun
2003 Tentang sisdiknas, pasal 3</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">, Bandung: Citra Umbara, 2011. Hlm. 6.<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn2" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Azyumardi Azra, <i>Pendidikan Islam
Tradisi dan Modernisasi Di Tengah Tantangan Milenium III, </i>Jakarta:
Prenadamedia Group, 2012. Hlm, 52. <o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn3" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Muhammad Anwar, <i>Filsafat
Pendidikan, </i>Jakarta: Prenadamedia Group, 2015. Hlm, 22<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn4" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, <i>Ilmu
Pendiidkan, </i>Jakarta, Rineka Cipta: 1991. Hlm, 69<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn5" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Mohammad Kosim, <i>Pengantar Ilmu
Pendidikan, </i>Surabaya, Pena Salsabila: 2013. Hlm, 24. <o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn6" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ibid, Pasal 1. Hlm, 2<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn7" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref7" name="_ftn7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Siswanto, <i>Pendidikan Karakter
Membangun Bangsa Religius, </i>Surabaya: Pustaka Radja, 2016. Hlm, 9<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn8" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref8" name="_ftn8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Barnawi & M. Arifin, <i>Strategi
& Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, </i>Jogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2015. Hlm, 21. <o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn9" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref9" name="_ftn9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Marzuki, <i>Pendidikan Karakter
Islam, </i>Jakarta: Amzah, 2015. Hlm, 23. <o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn10" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref10" name="_ftn10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ibid, hlm, 10 <o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn11" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref11" name="_ftn11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ibid, hlm, 24<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn12" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref12" name="_ftn12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Agusnaidi, <i>Sekolahku Ibadahku, </i>Surabaya:
Pustaka Media Guru, 2021. Hlm, 9<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn13" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref13" name="_ftn13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ibid. hlm, 29.<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn14" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref14" name="_ftn14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Abd. Halim Soebahar, <i>Kebijakan
Pendidikan Islam Dari Ordonasi Guru Sampai UU Sisdiknas, </i>Surabaya: Pena
Salsabila, 2012. Hlm, 248-256<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn15" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref15" name="_ftn15" style="mso-footnote-id: ftn15;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ibid. hlm, 115<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn16" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref16" name="_ftn16" style="mso-footnote-id: ftn16;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Retno Listyarti, <i>Pendidikan Karakter
Dalam Metode Aktif, Inovatif & Kreatif </i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jakarta: Erlangga, 2012. Hlm, 11<o:p></o:p></span></p>
</div>
<div id="ftn17" style="mso-element: footnote;">
<p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="file:///D:/Mencari%20model%20pendidikan%20karakter.docx#_ftnref17" name="_ftn17" style="mso-footnote-id: ftn17;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ibid. hlm, 23<o:p></o:p></span></p>
</div>
</div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-81620232005488211332021-12-04T21:49:00.135+07:002021-12-04T22:18:28.033+07:00IDEALISME INSPIRASI PEMBELAJARAN MENUJU REVOLUSI DIRI <div style="text-align: justify;"><b><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ3mDL47OGAVelNq4r_d-LTY9Mq10vUVxqF98IKILhqz6CvZho46DqQZxGDCohVH3pKrX_8DreSy1NKkBpeIHe9sz40h_BqXVuZoop-cqIIU9h6r_rgdnV3jwpPIc_auW15uNz3J8cx9Q/s1280/logo+blogger.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="909" data-original-width="1280" height="142" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ3mDL47OGAVelNq4r_d-LTY9Mq10vUVxqF98IKILhqz6CvZho46DqQZxGDCohVH3pKrX_8DreSy1NKkBpeIHe9sz40h_BqXVuZoop-cqIIU9h6r_rgdnV3jwpPIc_auW15uNz3J8cx9Q/w200-h142/logo+blogger.jpeg" width="200" /></a></div><br />A. PENDAHULUAN </b></div><div style="text-align: justify;">Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide. Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi. Secara kelembagaan institusional. Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa. Metode yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik, syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog, dan lain-lain. Kurikulum yang digunakan dalam aliran idealisme adalah pengembangan kemampuan berpikir, dan penyiapan keterampilan bekerja melalui pendidikan praktis. Evaluasi yang digunakan dalam aliran idealisme adalah dengan evaluasi esay. Dimana evaluasi esay ini sangat efektif dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengerjakan soal. Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia[1]. </div><div style="text-align: justify;">Pendidikan idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Sementara itu, manusia adalah mahkluk individu dan mahkluk social, dalam hubungannya dengan manusia sebagai mahkluk social, terkadang suatu maksud bahwa manusia tidak bisa terlepas dari individu lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup Bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. </div><div style="text-align: justify;">Dalam kehidupan seperti inilah terjadi interaksi, khususnya mengenai interaksi edukatif atau di kenal adanya istilah interaksi belajar mengajar. Dengan kata lain, interaksi edukatif adalah interaksi belajar mengajar.
Dalam konsep pembelajaran, pengajaran dapat dipahami sebagai suatu system, keseluruhan terdiri dari komponen-komponen yang berinteralasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karenanya, ada beberapa komponen yang dipenuhi dalam pembelajaran, di antaranya adalah: tujuan Pendidikan dan pengajaran, peserta didik, tenaga kependidikan, perencanaan pengajaran, strategi pembelajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Menurut pradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model-model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri[2]. </div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Sedangkan proses kegiatannya adalah Langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. </div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, inspirasi adalah hal penting yang senantiasa dicari. Tanpa inspirasi, idealisme pembelajaran akan mengalami kesulitan berjalan. Ada beragam cara yang dilakukan untuk menemukan inspirasi, mulai dari menyepi, merenung, membaca, berdiskusi, mengamati fenomena social, maupun berbagai cara lainnya. Bagi pendidik, inspirasi ini bisa dibangun dengan beberapa landasan, antara lain: komitmen, cinta, dan menajamkan visi, sebagaimana dikatakan oleh Dr. Aidh Abdullah al-Qarni menyatakan “barang siapa menginginkan kesuksesan, ia harus berusaha keras dan bersabar meniti setiap tangga menuju kesuksesan yang licin dan sarat dengan hambatan”. Dengan demikian, seorang pendidik akan senantiasa menjadi inspirasi yang memberikan banyak manfaat dan juga perubahan dalam hidup siswanya[3]. </div><div style="text-align: justify;">Adapun perpaduan antara karakter diri pendidik yang inspiratif dan kemampuan pendidik mendesain pembelajaran memang mampu menjadikan seorang pendidik sebagai pribadi yang inspiratif akan betul-betul berdampak pada peserta didiknya, dalam memiliki kemampuan dan penalaran yang baik. Oleh karena itu, diperlukan Langkah-langkah strategis dan juga memupuk beberapa potensi kreatif sebagai modal penting yang mampu mengubah inspirasi yang ada menjadi revolusi diri. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>B. PEMBAHASAN </b></div><div style="text-align: justify;"><b>a. Tokoh-tokoh Idealisme </b></div><div style="text-align: justify;">Plato (477 -347 Sb.M) Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Immanuel Kant (1724 -1804) Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman[4]. </div><div style="text-align: justify;">Pascal (1623-1662) Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan kedua menggunakan hati. Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami manusia. Maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat abstrak[5]. </div><div style="text-align: justify;">Esensi Aliran Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas. Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Ada pendapat lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea, yaitu gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan buah mental[6]. </div><div style="text-align: justify;">Aliran idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan. William T.Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme menyatakan Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. </div><div style="text-align: justify;">Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Pendidik dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai, personifikasi dari kenyataan anak didik. Sebagai seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Pendidik haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Pendidik haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh peserta didik. Pendidik menjadi teman dari para peserta didiknya[7]. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>b. Pengertian Pembelajaran. </b></div><div style="text-align: justify;">Pengertian pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada pertumbuhan aktivitas subjek didik laki-laki dan perempuan. Konsep tersebut sebagai suatu system, sehingga dalam system pembelajaran ini terdapat komponen-komponen anak didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur, serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Dengan kata lain, pembelajaran sebagai suatu system yang bertujuan, harus direncanakan oleh pendidik berdasarkan kurikulum yang berlaku[8]. </div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, proses pembelajaran berlangsung melalui lima alat indra, yaitu; Penglihatan (Visual), Pendengaran (Auditory), Pembauan (Olfactory), Rasa atau pengecap (Taste), dan Sentuhan (Tactile). Secara umum, pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Menurut ahli psikolongi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji mengapa, bilamana, dan bagaimana proses pembelajaran berlangsung sebagai suatu organisme yang mempunyai kapasitas untuk belajar[9]. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>c. Desain Pembelajaran.</b> </div><div style="text-align: justify;">Desain pembelajaran didefiniskan sebagai prosedur yang terorganisasi dimana tercakup Langkah-langkah dalam menganalisa, mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengadakan evaluasi. Twerlker, Urbach dan buck mendefinisikan desain pembelajaran (instructional design) sebagai cara yang sistematik untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi belajar dengan maksud mencapai tujuan tertentu. Lebih lanjut AT&T menyatakan pula bahwa sesain pembelajaran atau desian instruksional sebagai suatu konsep dalam Menyusun peristiwa dan kegiatan yang diperlukan untuk memberikan petunjuk kea rah pencapaian tujuan belajar tertentu[10].
Lebih lanjut, bahwa desain pembelajaran dapat di maknai sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai system, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. </div><div style="text-align: justify;">Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran skala makro dan mikro. Sebagai system, desain pembelajaran merupakan pengembangan system pembelajaran dan system pelaksanaannya serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Sebagai proses, desain pembelajaran adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran[11]. </div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara pendidik dan peserta didik. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, pendidik, atau dalam latar berbasis komunitas. </div><div style="text-align: justify;">Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa desain pembelajaran lebih memerhatikan pada pemahaman, improvisasi, dan penerapan metode-metode instruksional. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>d. Manfaat Desain Pembelajaran. </b></div><div style="text-align: justify;">Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar. Sebagai bahan penyusunan data agar terjadi kesimbangan kerja. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya[12]. </div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, komponen utama desain pembelajaran adalah; pembelajar, tujuan pembelajaran, analisis pembelajaran, strategi pembelajaran, bahan ajar, dan penilaian belajar.
Salah satu usaha penting yang dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar adalah mendesain pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan berusaha untuk membangun konsepsi baru bahwa belajar bukanlah sebagaimana yang selama ini dibayangkan. </div><div style="text-align: justify;">Menurut Hernowo, menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana rebut. Hal ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan dan kegembiran yang dangkal, kegembiraan di sini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penugasan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada si pembelajar. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>e. Model Pembelajaran. </b></div><div style="text-align: justify;">Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuliskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Model peembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik sangat beragam. Model-model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dalam kegiatan belajar mengajar tersebut antara lain: problem possing, CTL, PAKEM, Quatum Teaching, Resiprocal Teaching, Tutor sebaya dalam kelompok kecil, Problem Solving, Cooperative Learning, dan model pembelajaran Realistic Mathematics Education[13]. Sedangkan menurut Joyce (2000) mengemukakan ada empat rumpun model pembelajaran yakni; rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada kemampuan memecahkan berbagai persoalan sosial kemasyarakat, model pemorosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih berorientasi pada penugasaan disiplin ilmu, model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada pengembangan kepribadian peserta belajar, dan model behaviorism yakni model yang berorientasi pada perubahan prilaku. </div><div style="text-align: justify;">Menurut pendapat Dave Meier, ada beberapa komponen pembangun suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pertama, bangkitnya minat, Kedua, adanya keterlibatan penuh si pembelajar dalam mempelajari sesuatu. Ketiga, ihwal terciptanya makna. Keempat, ihwal pemahaman atas materi yang dipelajari. Kelima, tentang nilai yang membahagiakan. Kelima komponen ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara operatif, ada beberapa langkah yang ditawarkan Rose dan Nichols untuk menciptakan iklim pembelajaraan yang menyenangkan dan berhasil. Pertama, menciptakan lingkungan tanpa stress (relaks). Kedua, menjamin bahwa subjek pelajaran adalah relevan. Ketiga, menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif. Keempat, melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan. Kelima, menantang otak para siswa untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami subjek pelajaran. Keenam, mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode waspada dan relaks. </div><div style="text-align: justify;">Keenam Langkah di atas dimasukkan dalam program Cara Belajar Cepat (CBC) dengan enam Langkah dasar dengan singkatan “MASTER” Pertama, Motivating your mind (memotivasi pikiran). Kedua, Acquiring the Information (memperoleh informasi). Ketiga, Searching Out the Meaning (menyelidiki makna). Keempat, Triggering the Memory (memicu memori). Kelima, Exhibiting What You Know (memamerkan apa yang anda ketahui) dan Keenam, Reflecting How You’ve Learned (merefleksikan bagaimana anda belajar)[14]. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>f. Strategi Pembelajaran. </b></div><div style="text-align: justify;">Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam konteks pengajaran dengan strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum Tindakan pendidik-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran. Sifat umum pol aitu berarti bahwa macam-macam den sekuensi (urutan) Tindakan yang dimaksud Nampak digunakan/diperagakan pendidik-peserta didik pada berbagai ragam events pengajaran. Dengan kata lain, konsep strategi dalam konteks ini dimaksudkan untuk menunjuk pada karakteristik abstrak serangkaian Tindakan pendidik-peserta didik dalam events pengajaran[15]. </div><div style="text-align: justify;">Menurut Dick dan Carey mengatakan, strategi pembelajaran adalah semua komponen materi/paket pengajaran dan prosedur yang digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan termasuk seluruh komponen materi atau paket pengajaran dan pola pengajaran itu sendiri. Dengan memahami pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa strategi pembelajaran adalah siasat pendidik dalam mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara peserta didik dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. </div><div style="text-align: justify;">Menurut Slameto,bahwa strategi pembelajaran mencakup jawaban dan pertanyaan: </div><div style="text-align: justify;">a.Siapa melakukan apa dan menggunakan alat apa dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini menyangkut peranan sumber, penggunaan bahan, dan alat-alat bantu pembelajaran. </div><div style="text-align: justify;">b.Bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran yang telah didenfinisikan (hasil analisis) sehingga tugas tersebut dapat memberikan hasil yang optimal. Kegiatan ini menyangkut metode dan Teknik pembelajaran. </div><div style="text-align: justify;">c.Kapan dan di mana kegiatan pembelajaran dilaksanakan serta berapa lama kegitan tersebut dilaksanakan[16]. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>g. Jenis Strategi Pembelajaran. </b></div><div style="text-align: justify;">Aqib sebagaimana di kutip Yatim Riyanto mengelompokkan jenis strategi pembelajaran berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu:
Atas dasar pertimbangan proses pengelolaan pesan. Strategi deduktif dan strategi induktif. Atas dasar pertimbangan pihak pengelola pesan. Strategi ekspositorik dan strategi heuristis. Atas dasar pertimbangan pengaturan guru. Strategi seorang guru dan strategi pengajaran beregu (team teaching). Atas dasar pertimbangan jumlah siswa. Strategi kalsikal, strategi kelompok kecil dan strategi individu. Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa. Strategi tatap muka dan strategi pengajaran melalui media[17]. </div><div style="text-align: justify;">Inspirasi Pembelajaran Menuju Revolusi Diri. </div><div style="text-align: justify;">Untuk melakukan Langkah-langkah perubahan dan pengembangan inspirasi pembelajaran menuju revolusi diri bagi pendidik antara lain: Memahami Bakat. Menurut AN. Ubaedy bakat seperti layaknya gold mine (tambang emas) dari segi lokasi sepertinya tidak mudah dijangkau oleh masyarakat umum. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menemukan dan menjangkau lokasi tersebut. Demikian juga dengan bakat, ia sering berada di lokasi yang tersembunyi dalam diri manusia. Oleh karena, lokasinya tersembunyi itu, maka ia sulit ditemukan, kecuali dengan usaha secara serius untuk mencari, menggali, dan menemukannya. </div><div style="text-align: justify;">Adapun Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menemukan bakat adalah. Pertama, berusaha keras untuk menggali dan menemukan bakat terpendam yang ada dalam diri. Kedua, melakukan analisis terhadap potensi yang ada untuk dikembangkan. Ketiga, melakukan motivasi positif dalam diri. Keempat, mengetahui cara belajar yang cocok untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.
Memupuk Kreativitas. Kreativitas ini merupakan upaya membangun berbagai terobosan yang memungkinkan penguatan bagi pengembangan bakat yang telah tergali. </div><div style="text-align: justify;">Menurut Fritzpatrick, kreativitas sangat penting dalam kehidupan. Ia memberi penjelasan bahwa denga kreativitas, kita akan terdorong untuk mencoba bermacam cara dalam melakukan sesuatu. Untuk membangun sebuah kreativitas antara lain: pengetahuan yang luas, adanya sejumlah kualitas yang memungkinkan munculnya respon, adanya kemampuan membagi konsentrasi, dan adanya keinginan kuat untuk mencapai keseimbangan saat menghadapi persoalan. Bergaul dengan orang sukses, Praktik dan Menggapai Tangga Kesuksesan[18]. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>C. KESIMPULAN </b></div><div style="text-align: justify;">Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. </div><div style="text-align: justify;">Dalam konsep pembelajaran, pengajaran dapat dipahami sebagai suatu system, keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinteralasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perpaduan antara karakter diri pendidik yang inspiratif dan kemampuan pendidik mendesain pembelajaran memang mampu menjadikan seorang pendidik sebagai pribadi yang inspiratif akan betul-betul berdampak pada peserta didiknya, dalam memiliki kemampuan dan penalaran yang baik.
Inspirasi adalah hal penting yang senantiasa dicari. Tanpa inspirasi, idealisme pembelajaran akan mengalami kesulitan berjalan. </div><div style="text-align: justify;">Ada beragam cara yang dilakukan untuk menemukan inspirasi, mulai dari menyepi, merenung, membaca, berdiskusi, mengamati fenomena social, maupun berbagai cara lainnya. Bagi pendidik, inspirasi ini bisa dibangun dengan beberapa landasan, antara lain: komitmen, cinta, dan menajamkan visi,
Untuk melakukan Langkah-langkah perubahan dan pengembangan inspirasi pembelajaran menuju revolusi diri bagi pendidikan antara lain: Memahami Bakat. Memupuk Kreativitas. Bergaul dengan orang sukses, Praktik dan Menggapai Tangga Kesuksesan </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b> D. DAFTAR PUSTAKA </b></div><div style="text-align: justify;">Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. </div><div style="text-align: justify;">Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. </div><div style="text-align: justify;">Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015. </div><div style="text-align: justify;">Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013. </div><div style="text-align: justify;">Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002 </div><div style="text-align: justify;">Siswanto, Perencanaan dan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Ar-Raziq, 2016. </div><div style="text-align: justify;">Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2012 </div><div style="text-align: justify;">Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Prenadamedia Group, 2009. </div><div style="text-align: justify;">Achmad Muhlis, Pembelajaran Bahasa Arab, Surabaya: Pena Salsabila, 2013. </div><div style="text-align: justify;">Buna’I, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Pena Salsabila, 2015. </div><div style="text-align: justify;">[1] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002 </div><div style="text-align: justify;">[2] Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. Hlm. 14 </div><div style="text-align: justify;">[3] Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. Hlm, 171 </div><div style="text-align: justify;">[4] Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015. Hlm, 7 </div><div style="text-align: justify;">[5] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013. Hlm, 120 </div><div style="text-align: justify;">[6] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003. Hlm, 364 </div><div style="text-align: justify;">[7] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002 </div><div style="text-align: justify;">[8] Siswanto, Perencanaan dan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Ar-Raziq, 2016. Hlm, 2 </div><div style="text-align: justify;">[9] Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2012 </div><div style="text-align: justify;">[10] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Prenadamedia Group, 2009. Hlm. 20 </div><div style="text-align: justify;">[11] Ibid. hlm, 11 </div><div style="text-align: justify;">[12] Ibid. hlm, 12 </div><div style="text-align: justify;">[13] Achmad Muhlis, Pembelajaran Bahasa Arab, Surabaya: Pena Salsabila, 2013. Hlm, 13 </div><div style="text-align: justify;">[14] Ibid, hlm, 180-186 </div><div style="text-align: justify;">[15] Buna’I, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Pena Salsabila, 2015. Hlm, 2
[16] Ibid. hlm, 132 </div><div style="text-align: justify;">[17] Ibid. hlm, 136-137 </div><div style="text-align: justify;">[18] Ibid, hlm, 228</div><br />Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-46590420039649815072020-03-13T21:41:00.004+07:002020-05-08T21:47:34.454+07:00MEMBANGUN IKLIM PEMBELAJARAN YANG INSPRIRATIF<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">A.Latar Belakang </div>
<div style="text-align: justify;">
Guru inspriratif tidak hanya melahirkan daya tarik dan spirit perubahan terhadap diri siswanya dari aspek dan pribadinya semata, tetapi iya juga harus mampu mendesain iklim dan suasana pembelajaran yang juga inspriratif, akan semakin memperkukuh karakter dan sifat inspriratif yang ada pada diri guru. Perpaduan keduanya, yaitu karakter diri guru dan suasana pembelajaran, akan menjadikan demensi inspriratif semakin menemukan momentum untuk mengkristal dan membangun energi perubahan positif dalam diri setiap siswa. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalm konteks semcam ini, penciptaan iklim pembelajaran yang inspriratif penting untuk dilakukan. Ada beberapa aspek ang dapat dikembangkan oleh seorang guru sehingga mampu menciptakan suasana pembelajaran yang inspriratif. Penciptaan suasana pembelajaran yang inspriratif sangat penting artinya, untuk semakin mengukuhkan dan mendukung kekuatan inspriratif yang bersumber dari diri pribadi guru. Dua aspek ini pribadi guru dan suasana pembelajaran pada gilirannya akan mampu mengakumulasikan potensi dalam diri para siswanya untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. Modal inilah yang pada gilirannya dapat dilejitkan untuk melakukan perubahan menuju kearah pencapaian cita-cita hidup. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, para siswa mampu menjadi siswa dengan prestasi belajar yang memuaskan. Tujuan atau cita-cita jangka panjangnya adalah bagaimana menjadi pribadi yang sukses dalam makna yang luas, sukses hidup, keluarga, profesi, sosial, dan kemasyarakatan .</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<a href="http://ibnurus.blogspot.com/2019/04/peranan-model-indigeonus-lidership.html" target="_blank">PERANAN MODEL INDIGEONUS LIDERSHIP DALAM KEPEMIMPINAN</a></blockquote>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
B.Rumusan masalah </div>
<div style="text-align: justify;">
1.Bagaimana strategi guru dalam <b>membangun iklim pembelajaran yang inspriratif<b></b></b>? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
C.Pembahasan </div>
<div style="text-align: justify;">
a.Pengertian Strategi Guru </div>
<div style="text-align: justify;">
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama, dalam konteks pengajaran dengan strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru dan peserta didik dalam maniprestasi aktivitas pengajaran. Sifat umum pola itu berarti bahwa macam-macam dan sekuensi tindakan yang dimaksud nampak digunakan/dipragakan guru dan peserta didik pada berbagai ragam, events pengajaran. Dengan kata lain, konsep strategi dalam konteks ini dimaksudkan untuk menunjuk pada karakteristik abstrak serangkaian tindakan guru peserta didik dalam events pengajaran . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
b.Langkah-langkah Guru dalam Membangun Iklim Pembelajaran yang Inspriratif. </div>
<div style="text-align: justify;">
1.Membuat model-model desain pembelajaran </div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum, model desain pembelajarn dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model berorientasi kelas, biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah menggunakan model ASSURE, yaitu merupakan suatu model formulasi untuk kegiatan belajar mengajar, model ini terdiri atas enam langkah kegiatan antara lain: analyze learners,States Cbjectives, Select methods, media, and material, Utilize media and materials, Require participation, Evaluate and revise. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran dan multimedia pembelajaran atau modul. Contoh modelnya adalah model HANNAFIN AND PECK, ialah model desian pengajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu; fase analisis keperluan, fase desian, dan fase pengembangan dan implementasi. Sedangkan model berorientasi sistem yaitu model desian pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem kurikulum sekolah,dll. Contohnya adalah model ADDIE, model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yaitu; Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation. Selanjutnya model Prosedural contohnya adalah model J.E. KEMP, adalah desain pengembangan pembelajran dengan menggunakan model ini berpijak pada empat unsur dasar perencanaan pembelajaran yang merupakan wujud jawaban atas pertanyaan: untuk siapa program itu dirancang? Kemampuan apa yang ingin anda pelajari? Bagaimana isi pelajaran atau keterampilan dapat dipelajari?bagaimana anda menentukan tingkat penguasaan pelajaran yang dica? Keempat unsur dasar tersebut adalah (peserta didik, tujuan, metode, dan evaluasi) merupakan acuan setiap kegiatan perencangan pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistem .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.Perhatian dan Motivasi</div>
<div style="text-align: justify;">
Guru sejak merencanakan kegiatan pembelajaran sudah memikirkan perilakunya terhadap siswa sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan motivasi siswa dan tidak berhenti pada rencana pembelajarannya. Adapun implikasinya adalah: menggunakan metode secara variasi, menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing, memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3.Empati kepada siswa </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam membangun iklim pembelajaran yang inspriratif guru berempati kuat pada siswanya, dalam keadaan apapun. Dalam konteks hubungan guru dan siswa, empati bermakna afeksi fisikal atau parsialitas guru terhadap siswanya. Afeksi fisikal bermakna penampakan fisik atau aura guru terkait langsung atau tidak langsung dengan fenomena yang dihadapi oleh siswanya. Kata parsialitas bermakna guru mengarsir atau menyentuhkan diri pada sisi siswanya, dalam konteks akademik dan pedagogis. Empati dikonsepsikan sebagai kemampuan guru dalam membaca siswa. Secara harfiah, empati bermakna kemampuan seorang guru merasakan emosi siswa atau pribadi-pribadi di luar dirinya, khususnya komunitas sekolah . </div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Kindsvatter, Wilen, dan Ishler membangun iklim pembelajaran yang efektif dan inspriratif adalah pembelajaran yang melalui prosedur sebagai berikut: me-review pelajaran yang lalu, menyajikan pengetahuan atau keterampilan baru, memberikan pelatihan aplikasi konsep, memberi umpan balik atau koreksi, memberi latihan mandiri, melakukan review mingguan dan bulanan. Sedangkan ciri-ciri yang melekat pada guru menurut Davis dan Thomas adalah: Pertama; mempunyai pengetahuan yang terkait iklim belajar di kelas yang mencakup; 1. Memiliki keterampilan interpersonal khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan terhadap peserta didik, dan ketulusan, 2. Menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik, 3. Mempu menerima, mengakui, dan memerhatikan peserta didik secara ikhlas, 4. Menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, 5. Mampu menciptakan atmosfer untuk tumbuhnya kerja sama kohesivitas dalam dan antar kelompok peserta didik, dll.... Kedua kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang mencakup; 1. Kemampuan menghadapi dan menanggapi peserta didik yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan perhatian, dan mampu memberikan transisi subtansi bahan ajar dalam proses pembelajaran, 2. Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua peserta didik. Ketiga, mempunyai kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feed back) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri atas; 1. Mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap peserta didik yang lamban dalam belajar, 2. Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang memuaskan, 3. Mampu memberikan bantuan profesional kepada peserta didik jika diperlukan. Keempat, mempunyai kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, yang mencakup; 1. Mampu maneapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif, 2. Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran, 3. Mampu memanfaatkan perencanaan guru secara berkelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pembelajaran yang relevan . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4.Membuat pembelajaran yang menyenangkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu usaha penting yang dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar adalah mendesain pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan berusaha untuk membangun konsepsi baru bahwa belajar bukanlah sebagaimana yang selama ini dibayangkan. Menurut Hermowo dengan mengutip pendapat Dave Meier, menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Dari rumusan Meier ini, ada beberapa komponen pembangun suasana pembelajaran yang menyenangkan: Pertama, bangkitnya minat. Secara sederhana, minat sering dipadankan dengan “gairah” atau “keinginan yang menggebu-gebu. Maka jelas bahwa seorang guru atau siswa akan menjadi gembira karena di dalam dirinya memang ada keinginan mengajarkan atau mempelajari suatu materi pelajaran. Kedua, adanya keterlibatan penuh si pembelajar dalam mempelajari sesuatu. Ketiga, ihwal terciptanya makna. Makna lebih berkaitan erat dengan masing-masing pribadi. Makna terkadang muncul secara sangat kuat dalam konteks yang personal. Kata yang mungkin paling dekat dan mudah di pahami berkaitan dengan makna adalah terbitnya sesuatu yang memang “mengesankan”. Sesuatu yang mengesankan, atau inspriratif, biasanya akan menghadirkan makna. Jadi, apabila pembelajaran tidak menimbulkan kesan mendalam terhadap para pembelajar, maka mustahil ada makna. Keempat, ihwal pemahaman atas meteri yang dipelajari. Apabila minat seorang siswa dapat ditumbuhkan ketika mempelajari sesuatu, lantas dia dapat terlibat secara aktif dan penuh dalam membahas materi-materi yang dipelajarinya, dan ujung-ujungnya dia terkesan dengan sebuah pembelajaran yang diikutinya, tentulah pemahaman akan materi yang dipelajarinya dapat muncul secara sangat kuat. Kelima, tentang nilai yang membahagiakan. Bahagia adalah keadaan yang bebas dari tekanan, ketakutan, dan ancaman. Rasa bahagia yang dapat muncul dalam diri siswa sebagai seorang pembelajar bisa saja terjadi karena dia merasa mendapatkan makna ketika mempelajari sesuatu .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
D.Penutup </div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun Langkah-langkah Guru dalam Membangun Iklim Pembelajaran yang Inspriratif adalah: Membuat model-model desain pembelajaran, Perhatian dan Motivasi, Empati kepada siswa, dan Membuat pembelajaran yang menyenangkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
DAFTAR RUJUKAN. </div>
<div style="text-align: justify;">
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspriratif memperdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. </div>
<div style="text-align: justify;">
Buna’i, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Pena Salsabila, 2015. </div>
<div style="text-align: justify;">
Siswanto, Perencanaan dan Desain Pembelajaran Pendidkan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Ar-Raziq, 2016. </div>
<div style="text-align: justify;">
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Prenadamedia Grup, 2009. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru Dari PraJabatan, Induksi, ke Profesional Madani, Jakarta: Prenadamedia Grup, 2011. </div>
<div style="text-align: justify;">
Barnawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional,Instrumen Pembinaan, Peningkatan, & Penilaian, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.</div>
</div>
Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-60042887122682028592019-04-06T09:50:00.001+07:002019-04-06T09:50:10.843+07:00PERANAN MODEL INDIGEONUS LIDERSHIP DALAM KEPEMIMPINAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A.Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Sebelum membahas lebih lanjut tentang apa itu kepemimpinan dan bagaimana menjadi pemimpin yang efektif, kita perlu tahu apa arti dari kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan telah menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak jaman dahulu. Sejak saat itu para ahli telah menawarkan 350 definisi tentang kepemimpinan. Salah seorang ahli menyimpulkan bahwa “ kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling mudah di observasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk dipahami (richard L. Daft, 1999). Mendefinisikan bahwa kepemimpinan merupakan suatu masalah yang kompleks dan sulit, karena sifat dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.</div><div style="text-align: justify;">B.Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">3.Apa saja pendekatan mengenai kepemimpina?</div><div style="text-align: justify;">C.Tujuan Masalah</div><div style="text-align: justify;">1.Menjelaskan mengenai pendekatan kepemimpinan.</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/04/peranan-menejemen-dalam-organisasi.html" target="_blank">PERANAN MENEJEMEN DALAM ORGANISASI</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A.Definisi Kepemimpinan</div><div style="text-align: justify;">Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task-related activities of group members. </div><div style="text-align: justify;">Sedangkan menurut Joseph C. Rost., 1993, kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. </div><div style="text-align: justify;">B.Jenis Kepemimpinan</div><div style="text-align: justify;">a.Kepemimpinan Situasional</div><div style="text-align: justify;">Dalam jenis kepemimpinan ini dipercayakan bahwa faktor yang paling utama untuk mnentukan gaya kepemimpinan adalah situasinya. Pimpinan maupun pengikutnya menyesuaika diri dengan situasi. Terdapat sekedar penyesuaian diri oleh pengikut dengan pemimpinnya, dan sebaliknya. Penelitian Frederick E. Fieldler mengenai kepemimpinan banyak memberikan sumbangan, bagi pandangan kepemimpinan ini . Menentukan daya guna kepemimpinan:</div><div style="text-align: justify;">a.Hubungan kepemimpinan atau banyak kepercayaan yang dipunyai para pengikut kepada pemimpinnya.</div><div style="text-align: justify;">b.Seberapa jauh pekerjaan-pekerjaan para pengikut dijadikan struktur tugas atau pekrjaan rutin.</div><div style="text-align: justify;">c.Seberapa jauh kekuasaan merupakan bagian tak dipisahkan dari posisi kepemimpinan. </div><div style="text-align: justify;">b.Kepemimpinan Prilaku Pribadi</div><div style="text-align: justify;">Sebagai yang ditunjukkan oleh namanya, prilaku pemimpin itu diberi penekanan dalam jenis kepemimpinan iu sendiri penekanan dalam jenis kepemimpinan ini. “personal behavior leader” adalah orang yang luwes, menggunakan dalam setiap keadaan tindakan yang dianggap tepat sambil selalu mengingat kemampuan-kemampuan, banyaknya pengawasan yang diperlukan, dan apakah pemimpin itu ingin menentukan isunya. </div><div style="text-align: justify;">c.“Work centered” atau “Worker-centered leadrship” kepemimpinan terpusat pada pekerjaan atau pekerjaannya, jenis kepemimpinan ini sangat erat hubungannya dengan “situational type” yang sudah dibicarakan lebih dahulu. Orang yang berbeda menanggapi dengan cara yang berbeda pula jenis kepemimpinan yang berbeda. </div><div style="text-align: justify;">d.Personal Leadership kepemimpinan Pribadi. Motivasi dan petunjuk iberikan dengan kontak pribadi dengan pribadi. Terdapat suatu hubungan yang dekat antara pemimiin dengan setiap anggota kelompok. </div><div style="text-align: justify;">e.Kepemimipin demokrasi. Jenis ini memberi penekanan pada partisipasi dan penggunaan pikiran-pikiran oleh anggota-angota kelompok, yang karena itu harus diberi penerangan yang baik mengenai pokok-pokok yang dibahas. </div><div style="text-align: justify;">f.Kepimimpinan otoritas. Pemimipin dasar disini adalah, bahwa kepemmipinan it dipunyai oleh si pemimpin sejauh ia mempunyi kekuasaan. </div><div style="text-align: justify;">g.Kepemimipinan paternalistik. Terdapat suatu pengaruh kebapakan antara pemimipn dan kelompok. Maksudnya ialah melindungi dan menusu kesenangan dan kesejahteraan pengikut-pengikutnya. Paternalisme sesuai benar untuk keadaan-keadaan tertentu, tetapi ia dapat mneghambat berkemangnya kepercayaan kepada diri sendiri dari anggota-anggota kelompok. </div><div style="text-align: justify;">h.Indigeonus lidership. Kepemimipinan asli. Pemimipin-pemimipin asli yang berbeda dapat ditemukan untuk tujuan-tujuan yang berbeda dalam kelompok yang sama. </div><div style="text-align: justify;">C.Pendekatan Mengenai Kepemimpinan</div><div style="text-align: justify;">1.Pendekatan Personal Mengenai Kepemimpinan</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan personal menegnai kepemimpinan berangkat dari sebuah pertanyaan sederhana; siapakah pemimpin itu ? apakah menjadi pemimpin itu dilahirkan atau dapat dipelajari ? apakah yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin ? pendekatan personal mencoba melihat pemimpin dari sisi personal atau karakteristik figur dari seorang pemimpin. </div><div style="text-align: justify;">Pembahasan dibagi menjadi dua, mengenai pemimpin dan bukan pemimpin, serta pemimpin efektif dan pemimpin yang tidak efektif.</div><div style="text-align: justify;">Pemimpin dan bukan pemimipin. Berbagai pandangan dapat kita temukan ketika barang kali kita pernah mendengar bahwa pemimin itu harus cerdas, pintar, besifat terbuka, memiliki kepercayaan diri dan lebih tinggi misalnya. Pada kenyataanya masih menimbulkan prokontra, terlebih pada kenyataan bahwa banyak pemimpin yang tidak memiliki kriteria tersebut, namun dia diakui sebagai pemimpin oleh masyarakat. </div><div style="text-align: justify;">Pemimipin efektif dan tidak efektif pendekatan ini mencoba melihat bahwa karakteristik pemimipin bukan sekedar dilihat dari sisi fisik saja, tetapi juga dari kemampuannya untuk mencapai yujuan dari sebuah organisasi. </div><div style="text-align: justify;">2.Pendekatan prilaku mengenai kepemimpinan </div><div style="text-align: justify;">Pendekatan prilaku lebih memfokuskan kepada tindakan yang dilakukan oleh pemimpin, seperti bagaimana mereka melakukan delegasi, bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang-orang serta bagaimana mereka memotivasi para pegawai, dan seterusnya. Prilaku, tidak seperti faktor personal, dapat dipelajari sehingga mereka yang mendapatkan pendidikan atau pelatihan yang memadai mengenai kepemimipinan akan mampu menjadi pemimipin yang efektif. </div><div style="text-align: justify;">Para teoritis yang melakukan pendekatan prilaku mengenai pemimpin pada dasarnya memfokuskan pada dua aspek dari prilaku kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan. </div><div style="text-align: justify;">3.Pendekatan kontingensi mengenai kepemimpinan </div><div style="text-align: justify;">Para peneliti melakukan identifikasi situasi-situasi yang mendorong suatu gaya kepemimpinan tertentu yang dilakukan. Pendekatan kepemimpinan yang mempertimbangkan situasi yang dihadapi inilah yang dinamakan sebagai pendekatan kontingensi dalam kepemimpinan, dimana secara sederhana pendekatan ini memandang bahwa gaya manajemen atau kepemimpinan yang akan memberikan kontribusi positif bagi organisasi yang sangat beragam dan sangat ditentukan oleh keragaman situasi dan keadaan yang dihadapi oleh organisasi dari waktu ke waktu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A.Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">1.Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka.</div><div style="text-align: justify;">2.Jenis kepemimpinan :</div><div style="text-align: justify;">a.Kepemimpinan situasional.</div><div style="text-align: justify;">b.Kepemimpinan perilaku pribadi.</div><div style="text-align: justify;">c.Work centered atau worker-centered leadeship.</div><div style="text-align: justify;">d.Personal leadership.</div><div style="text-align: justify;">e.Kepemimpinan demokrasi.</div><div style="text-align: justify;">f.Kepemimpinan otoritas.</div><div style="text-align: justify;">g.Kepemimpinan paternalistik.</div><div style="text-align: justify;">h.Kepemimpinan asli.</div><div style="text-align: justify;">3.Pendekatan mengenai kepemimpinan:</div><div style="text-align: justify;">a.Pendekatan pesonal mengenai kepemimpinan.</div><div style="text-align: justify;">b.Pendekatan prilaku mengenai kepemimpinan.</div><div style="text-align: justify;">c.Pendekatan kontingensi mengenai kepemimpinan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Nashar, Dasar-Dasar Manajemen, Surabaya: Pena Salsabia, 2013.</div><div style="text-align: justify;">Safaria Triantoro, Kepemimpinan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.</div><div style="text-align: justify;">Terry George R., Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2015</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-61064507416844412292019-04-06T09:35:00.003+07:002019-04-06T09:35:43.017+07:00PERANAN MENEJEMEN DALAM ORGANISASI <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAULUAN</div><div style="text-align: justify;">A.Latar Belakang </div><div style="text-align: justify;">Menejemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yamg melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang kearah tujuan organisasional atau maksud yang nyata. Menejemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” pengolahan, sedang pelaksanaannya disebut manejer atau pengelola. Menejemen memiliki tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Ia berusaha untuk mencapai hasil-hasil tertentu, yang biasanya diungkapkan dengan istilah “objectives” atau hal-hal yang nyata. </div><div style="text-align: justify;">Sebagai ilmu, menejemen memiliki kerangka teori dan krangka pikir yang teruji, terutama berhubungan dengan tori mnenejemen ilmiah, organisasi klasik, dan teori prilaku organisasi. </div><div style="text-align: justify;">B.Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">1.Bagaimana Peranan Menejemen Dalam Organisasi ?</div><div style="text-align: justify;">C.Tujuan</div><div style="text-align: justify;">1.Mengetahui bagaimana peranan menejemen dalam organanisasi</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/02/budaya-organisasi.html" target="_blank">BUDAYA ORGANISASI</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">1.Pengertian Organisasi Dan Sifat-Sifat Organisasi</div><div style="text-align: justify;">1.Pengertian organisasi</div><div style="text-align: justify;">Kata organisasi berasal dari bahasa inggris organization, yang bentuk invinitifnya adalah to organise. Kata tersebut berasal dari kata yunani, organon yang berarti sebagian atau susunan dalam binatang atau tumbuh-tumbuhan yang dipergunakan untuk melakukan beberapa tugas khusus, seperti hati, ginjal, dan sebagainya. Adapun kata organon diartikan juga dengan alat, sedangkan kata to organise diberi arti menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan atau sama lain, yang tiap-tiap bagian mempunyai satu tugas khusus dan atau berhubungan dengan keseluruhan. Pendapat lain mengenai organisasi adalah alat, bagian, anggota atau badan. </div><div style="text-align: justify;">Menurut Griffin (2002) organisasi adalah a group of people working together in a structured and coordinated fashion to achive a set of goals. Organisasi adalah kelompok orang yang bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Atau dengan bahasa lain, penulis mendefinisikan sebagai sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut dalam kerja sama. </div><div style="text-align: justify;">Menurut Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya “The Executive Functions” mengemukakan bahwa i define organization asa a system of cooperatives of two more persons artinya bahwa organisasi adalah sistem kerja sama antara dua orang atau lebih. </div><div style="text-align: justify;">Sugandha mengatakan bahwa organisasi adalah kumpulan manusia yang mempunyai kepentingan yang sama, yang karena keterbatasan sumber yang mereka miliki, mereka mengikatkan diri dalam kerja sama pembagian tugas yang jelas dalam mencapai tujuan guna meraih kepentingan masing-masing. </div><div style="text-align: justify;">Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa organisasi merupakan sistem yang terpadu, yang di dalamnya terdapat subsistem dan komponen-komponen yang saling berhubungan. Setiap hubungan yang terjadi merupakan kerja sama di antara subsistem yang ada, sehinnga ada yang saling ketergantungan yng kuat secara internal dan hubungan yang terpadu secara eksternal. Hubungan eksternal itu merupakan bagian dari kenyataan organisasi yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan elemen lainnya yang mendukung tercapainya tujuan organisasi. </div><div style="text-align: justify;">Berbagai organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda, tergantung pada jenis organisasinya. Organisasi politik misalnya dapat memiliki tujuan untuk menyalurkan aspirasi rakyat melalui aturan kelembagaan politik tertentu. Di sisi lain, organisasi sosial dapat memiliki tujuan yang berbeda dengan organisasi politik, akan tetapi organisasi sosial bertujuan untuk menjawab aspirasi rakyat melalui kegiatan tertentu yang secara nyata dapat dirasakan oleh masyarakat, misalnya melalui pemberian sumbangan, pelatuhan-pelatihan dan lain sebagainya. </div><div style="text-align: justify;">Sedangkan organisasi bisnis adalah sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan untuk meraih profit dalam kegiatan bisnisnya, sehingga mereka berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerjasama dalam organisasi tersebut. </div><div style="text-align: justify;">2.Sifat-sifat organisasi</div><div style="text-align: justify;">a.Organisasi Formal</div><div style="text-align: justify;">Ciri-ciri organisasi formal adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">1.Seluruh anggota organisasi diikat oleh suatu persyaratan formal sebagai bukti keanggotaannya. Misalnya, negara sebagai organisasi formal yang seluruh warga negara diikat oleh persyaratan formal yang harus dimiliki, yakni kartu tanda anda penduduk, kartu keluarga, dan sejenisnya. Demikian puala, dalam organisasi formal lainnya dalam bentuk ormas atau partai politik yang seluruh anggotanya harus memiliki kartu keanggotaan bahwa ia benar-benar terdaftar dan diakui sebagai anggota yang sah, misalnya kartu anggota Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), dan Persatuan Umat Islam. </div><div style="text-align: justify;">2.Kedudukan, jabatan, dan pangkat yang terdapat dalam organisasi dibuat secara hierarkis dan piramida yang menunjukkan tugas, kedudukan, tanggung jawab, dan wewenang yang berbeda-beda.</div><div style="text-align: justify;">3.Setiap anggota yang memiliki jabatan tertentu secara otomatis memiliki wewenang dan tanggung jawab yang membawahi jabatan anggota dibawahnya. Dengan demikian, hak memerintah berada bersamaan dengan hak diperintah, hak melarang bersamaan dengan hak untuk tidak mengerjakan kegiatan tertentu.</div><div style="text-align: justify;">4.Hak dan kewajiban melekat sepenuhnya pada anggota organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.</div><div style="text-align: justify;">5.Pelaksanaan kegiatan diatur menurut jabatannya masing-masing tetapi setiap fungsi jabatan dengan tugasnya saling berhubungan dan melakukan kerja sama.</div><div style="text-align: justify;">6.Seluruh kegiatan direncanakan secara musyawarah mufakat dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.</div><div style="text-align: justify;">7.Hubungan kerja sama dilakukan menurut tingkatan jabatan struktural yang jelas yang berimplikasi secara langsung kepada perbedaan penggajian dan tunjangan masing-masing anggota organisasi.</div><div style="text-align: justify;">8.Adanya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang merupakan sistem kinerja organisasi. </div><div style="text-align: justify;">b.Organisasi Informal</div><div style="text-align: justify;">Sifat organisasi informal melekat pada organisasi informal, sebagaimana negara mengharuskan adanya KTP bagi warga negara. Pembuatan KTP berkaitan dengan organisasi-organisasi formal di dalam pemerintahan, misalnya kantor kecamatan, kantor desa, kantor RW hingga kantor RT, semua itu tidak dapat dilaksanakan jika tidak organisasi informal, yaitu keluarga. Meskipun di dalam keluarga terdapat kepala keluarga, ibu rumah tangga, anak-anak dan kerabat, keluarga bukan merupakan organisasi formal. Demikian pula, organisasi yang bergerak dalam pendidikan, yakni sekolah formal. Tidak akan ada sekolah formal yang berlaku. Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan negara lain, misalnya dengan Malaysia, Jepang, Thailand, Amerika Serikat dan sebagainya. Kerja sama tersebut dikatakan sebagai kerja sama eksternal yang skopnya dapat dikatakan sebagai kerja sama internasional. </div><div style="text-align: justify;">2.Bentuk-bentuk Organisasi</div><div style="text-align: justify;">Dilihat dari pola hubungan kerja, wewenang, dan tanggung jawab para anggota organisasi, organisasi dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">1.Organisasi Garis (line organization)</div><div style="text-align: justify;">Organisasi garis adalah suatu bentuk organisasi yang memandang dan menerapkan sumber wewenang tunggal. Segala keputusan /kebijaksanaan dan tanggung jawab berada pada satu tangan, yaitu berada pada kepala eksekutif (chie fexecutif). </div><div style="text-align: justify;">Dalam organisasi garis, bawahan hanya mengenal satu pimpinan dan menerapkan system satu komando dan kekuasaan absolute pada pimpinan pusat. Pimpinan organisasi memiliki pengaruh yang sangat kuat kepada bawahannya. Penciptanya adalah Henry Fayol dari prancis. Bentuk organisasi ini sering juga disebut bentuk organisasi militer karena digunakan pada zaman dahulu dikalangan militer. </div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian ciri-ciri dari organisasi garis ini adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">a)Organisasinya kecil </div><div style="text-align: justify;">b)Jumlah anggota yang sedikit</div><div style="text-align: justify;">c)Pemilik merupakan pimpinan organisasi atau pemegang saham utama</div><div style="text-align: justify;">d)Asas kesatuan komando yang dominan </div><div style="text-align: justify;">e)Disiplin ketat </div><div style="text-align: justify;">f)System pengawasan yang ketat</div><div style="text-align: justify;">g)Koordinasi antar pegawai sangat sederhana dan mudah dilakukan </div><div style="text-align: justify;">h)Hubungan antar anggota yang sangat dekat dan satu lapis atau searah ,bahkan dapat dilakukan antar pribadi secara tatap muka </div><div style="text-align: justify;">i)Penggunaan alat-alat sederhana </div><div style="text-align: justify;">j)Produk yang dihasilkan homogen. </div><div style="text-align: justify;">Kelebihan organisasi garis yang menonjol, yaitu mudah pengelolaanya, disiplin yang kuat, dan selalu berada dalam satu komando yang berada di tangan seorang pimpinan. Sedangkan keburukan organisasi garis, yaitu ketergantungan yang kuat kepada satu pimpinan sehingga apabila pimpinan mengalami perihal buruk, dampak dampak buruknya langsung berimbas pada organisasi, tidak ada upaya pengembangan para pengawai, jenis pekerjaan yang monoton, ada kecenderungan pemimpin bertindak otoriter, sulit mengembangkan perusahaan karena keahlian pegawai relatif sama. </div><div style="text-align: justify;">2.Organisasi Lini dan Staf (line and staff )</div><div style="text-align: justify;">Bentuk organisasi ini pada umumnya dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit, serta jumlah karyawannya banyak. Penciptanya Harrington Emerson. Pada bentuk organisasi garis dan staf, terdapa satu atau lebih tenaga staf. Staf, yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu yang tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidangnya kepada pejabar pemimpin di dalam organisasi tersebut. </div><div style="text-align: justify;">Ciri-ciri organisasi lini dan staf adalah:</div><div style="text-align: justify;">a.komando dari tingkat yang paling atas hingga tingkat yang paling bawah atau dari tingkat pusat ketinggkat daerah.</div><div style="text-align: justify;">b.Staf mempunyai wewenang fungsional, memberikan bantuan/advis/petunjuk, baik berupa pikiran, tenaga kerja, prasarana yang sanggup serta mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok organisasi. Pimipnan (kepala) mempunyai mempunyai wewenang komando. Dengan ciri-ciri tersebut, organisasi yang berbentuk lini dan staf memiliki kebaikan tersendiri, diantaranya adalah:</div><div style="text-align: justify;">a.Dapat digunakan oleh organisasi yang besar</div><div style="text-align: justify;">b.Seluruh staf memiliki keahlian yang pasti yang semakin mengakuratkan pengambilan keputusan</div><div style="text-align: justify;">c.Kedisiplinan staf dapat dipegang teguh</div><div style="text-align: justify;">d.Adanya pengembangan karier staf sesuai dengan keahliannya. </div><div style="text-align: justify;">Keburukan organisasi lini dan staf adalah:</div><div style="text-align: justify;">a.Terlalu banyak staf dengan keahliannya masing-masing menimbulkan persaingan karier yang kurang sehat</div><div style="text-align: justify;">b.Pengawasan terhadap staf yang cukup menyulitkan dan adanya tindakan kolusi antarstaf demi kepentingan pribadi</div><div style="text-align: justify;">c.Solidaritas antarstaf rendah dan hubungan yang serba formalistic</div><div style="text-align: justify;">d.Biokrasi terkadang sangat rumit dan terkesan berbelit-belit</div><div style="text-align: justify;">e.Efektivitas dan efisiensi kerja kurang terjamin </div><div style="text-align: justify;">f.Biaya ekonomi tinggi dalam menggaji staf dan memberi tunjangan</div><div style="text-align: justify;">g.Koordinasi yang sukar dilakukan secara komprehensif. </div><div style="text-align: justify;">3.Organisasi Fungsional </div><div style="text-align: justify;">Organisasi fungsional pertama kali diciptakan oleh Taylor. Ciri penting dari organisasi fungsional adalah pimpinan yang tidak memiliki bawahan yang “jelas”. Setiap atasan dapat melakukan instruksi kepada semua bawahan sepanjang sesuai wewenang dan tanggung jawabnya dan yang paling penting masih berada dibawah naungan organisasi yang dimaksudkan. </div><div style="text-align: justify;">Kebaikan organisasi fungsional adalah:</div><div style="text-align: justify;">a.Spesialisasi karyawan maksimal </div><div style="text-align: justify;">b.Solidaritas antarpengawai sangat tinggi</div><div style="text-align: justify;">c.Disiplin pengawai yang tinggi</div><div style="text-align: justify;">d.Tanggung jawab atas fungsinya terjamin </div><div style="text-align: justify;">e.Bidang pekerjaan khusus diduduki oleh seorang ahli yang memungkinkan bekerja atas dasar keahlian dan potensi serta cita-citanya. </div><div style="text-align: justify;">Keburukan organisasi fungsional adalah:</div><div style="text-align: justify;">a.Terlalu kaku dengan spesialisasi para pekerja</div><div style="text-align: justify;">b.Kesulitan melakukan penelusuran area pekerjaan </div><div style="text-align: justify;">c.Koordinasi kurang menyeluruh </div><div style="text-align: justify;">d.Dapat menyebabkan dispersobalisasi </div><div style="text-align: justify;">e.Keahlian memimpin kurang dapat dijamin</div><div style="text-align: justify;">f.Sulit melaksanakan kegiatan tang berasal dari satu komando. </div><div style="text-align: justify;">4.Organisasi Bentuk Panitia(commitee)</div><div style="text-align: justify;">Organisasi yang bersifat sementara dan khusus dibentuk dalam melaksanakan kegiatan tertentu. Akan tetapi, ada pula organisasi yang selamanya menggunakan bentuk kepanitiaan dengan ciri-ciri sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">a.Pimpinan berbentuk kolektif</div><div style="text-align: justify;">b.Terdiri atas beberapa orang </div><div style="text-align: justify;">c.Pengambilan keputusan selalu didasarkan pada musyawarah dan mengutamakan kuorum</div><div style="text-align: justify;">d.Kegiatan merupakan tanggung jawab bersama </div><div style="text-align: justify;">Kebaikan organisasi bentuk panitia adalah:</div><div style="text-align: justify;">a.Solidaritas yang kuat antarpegawai</div><div style="text-align: justify;">b.Konsolidasi wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang kuat</div><div style="text-align: justify;">c.Selalu mengambil keputusan berdasarkan musyawarah</div><div style="text-align: justify;">d.Keterpaduan informasi yang kuat yang berasal dari seluruh pengawai </div><div style="text-align: justify;">Keburukan organisasi bentuk panitia adalah:</div><div style="text-align: justify;">a.Sering terjadi penumpukan pekerjaan di bagian tertentu</div><div style="text-align: justify;">b.Adanya lepas tanggung jawab</div><div style="text-align: justify;">c.Adanya saling tuding pelaksanaan tugas</div><div style="text-align: justify;">d.Adanya saling tolak melaksanakan tugas</div><div style="text-align: justify;">e.Bubar tanpa pertanggungjawaban yang formal</div><div style="text-align: justify;">f.Adanya tirani minoritas, yaitu panitia terpecah dari orang-orang senior dengan yunior, yang kemudian tanpa wewenang yang jelas, yunior memikul beban yang lebih berat dibandingkan yang senior. </div><div style="text-align: justify;">3.Peranan Manajemen Dalam Organisasi</div><div style="text-align: justify;">Menejemen di perlukan sebagai upaya agar kegiatan bisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka menejemen harus dijelaskan berdasarkan fungsi-fungsinya atau dikenal sebagai fungsi-fungsi menejemen. Fungsi menejemen sebagaimana diterangkan oleh Nicles, McHoughand Hough terdiri dari 4 fungsi ysitu:</div><div style="text-align: justify;">1.Perencanaan atau planing yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecendrungan di masa yang akan datang penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di antara kecendrungan dunia bisnis sekarang misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang ramah lingkungan, bagaimana merancangorganisasi bisnis yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya. </div><div style="text-align: justify;">2.Pengorganisasian atau organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi. </div><div style="text-align: justify;">3.Pengimplementasian atau direction, yaitu proses implementasi rogram agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi. </div><div style="text-align: justify;">4.Pengendalian atau pengawasan atau controling yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan eluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A.Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">1. Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerjasama dalam rangka pencapain suatu tujuan yang sudah ditentukan. Sifat organisasi ada dua yaitu organisasi formal dan organisasi informal.</div><div style="text-align: justify;">2. Bentuk-bentuk organisasi</div><div style="text-align: justify;">a) Organisasi garis</div><div style="text-align: justify;">b) Organisasi lini dan staf</div><div style="text-align: justify;">c) Organisasi fungsional</div><div style="text-align: justify;">d) Organisasi bentuk panitia</div><div style="text-align: justify;">3. Perana manajemem dalam Organisasi</div><div style="text-align: justify;">a) Perencanaan atau planing</div><div style="text-align: justify;">b) Pengorganisasian atau organizing</div><div style="text-align: justify;">c) Pengimplementasian atau direction</div><div style="text-align: justify;">d) Pengendalian atau controling</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Athoillah, Anton. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Pustaka Setia, 2010. </div><div style="text-align: justify;">Manullang. Dasar-Dasr Manajemen. Jogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012.</div><div style="text-align: justify;">Nashar. Dasar-Dasar Manajemen. Surabaya: Pena Salsabila, 2013</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-24614001820014225732019-03-29T22:52:00.006+07:002019-03-29T22:53:15.038+07:00STRATEGI MANAJEMEN PEMASARAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A. LATAR BELAKANG</div><div style="text-align: justify;">Setiap produsen selalu berusaha melalui produk yang dihasilkannya dapatlah tujuan dan sasaran perusahaannya tercapai. Produk yang dihasilkannya dapat terjual atau dibeli oleh konsumen akhir dengan tingkat harga yang memberikan keuntungan perusahaan jangka panjang. Melalui produk yang dapat dijualnya, perusahaan dapat menjamin kehidupannya atau menjaga kestabilan usahanya dan berkembang. Dalam rangka inilah setiap produsen harus memikirkan kegiatan pemasaran produknya, jauh sebelum produk ini dihasilkan sampai produk tersebut dikonsumsikan oleh si konsumen.</div><div style="text-align: justify;">Untuk mencapai tujuannya, setiap perusahaan mengarahkan kegiatan usahanya untuk menghasilkan produk yang dapat memberikan kepuasan konsumen, sehingga dalam jangka panjang perusahaan mendapatkan keuntungan yang diharapkannya. Melalui produk yang di hasilkannya, perusahaan menciptakan dan membina langganan. Oleh karena itu, keberhasilan suatu perusahaan di tentukan oleh keberhasilan usaha pemasaran dai produk yang di hasilkannya. Keberhasilan ini ditentukan oleh ketepatan produk yang di hasilkannya dalam memberikan kepuasan dari sasaran konsumen yang ditentukannya. Dengan kata lain, usaha-usaha pemasaran hauslah di arahkan pada konsumen yang ingin dituju sebagai sasaran pasarnya. Dalam hal ini maka usaha pemasaran yang menunjang keberhasilan perusahaan haruslah di dasarkan pada konsep pemasaran yang tepat untuk dapat menentukan strategi pasar dan strategi pemasaran yang mengarah kepada sasaran pasar yang dituju. Untuk pembahasan yang lebih terarah, terlebih dahulu perlu di batasi pengertian emasaran. Selanjutnya perlu di tinjau perkambangan pemikiran tentang pemasaran dan fungsi-fungsi pemasaran serta cakupan ruang-lingkup dari manajemen pemasaran. </div><div style="text-align: justify;">B.RUMUSAN MASALAH</div><div style="text-align: justify;">1. Apa yang dimaksud dengan manajemen pemasaran?</div><div style="text-align: justify;">2. Bagaimana sejarah perkembangan manajemen pemasaran?</div><div style="text-align: justify;">3. Apa ruang lingkup manajemen pemasaran?</div><div style="text-align: justify;">4. Bagaimana strategi pemasaannya?</div><div style="text-align: justify;">C. TUJUAN</div><div style="text-align: justify;">1. Mengetahui pengertian manajemen pemasaran</div><div style="text-align: justify;">2. Mengetahui sejarah perkembangan manajemen pemasaran</div><div style="text-align: justify;">3. Mengetahui ruang lingkup manajemen pemasaran</div><div style="text-align: justify;">4. Mengetahui strategi pemasaran</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/03/sejarah-berdirinya-dinasti-umayyah.html" target="_blank">SEJARAH BERDIRINYA DINASTI UMAYYAH</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A. Pengertian Pemasaran</div><div style="text-align: justify;">Timbulnya penafsiran yang tidak tepat ini terutama disebabkan karena masih banyaknya diantara kita yang belum mengetahui dengan tepat definisi tentang pemasaran tersebut. Bagi seorang manajer took serba ada, pemasaran diartikannya sebagai kegiatan pengeceran (retailing) atau penjajakan (merchandising). </div><div style="text-align: justify;">Ada dua penafsiran Tentang pemasaran, yaitu penafsiran yang sempit tentang pemasaran ini terlihat pula dari American MarketingAssocition 1960, yang menyatakan pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen. Disamping penafsiran ini terdapat pula pandangan yang lebih luas, yang menyatakan pemasaran merupakan proses kegiatan yang mulai jauh sebelum barang-barang/bahan-bahan masuk dalam proses produksi. Dalam hal ini banyak keputusan pemasaran yang harus dibuat jauh sebelum produk itu dihasilkan, seperti keputusan mengenai produk yang dibuat, pasarnya, harga, dan promosinya. Sebagai contoh, keputusan pemasaran tersebut dapat berupa produk apa yang harus diproduksi, apakah produk itu harus dirancang, apakah perlu dikemas, dan merek apa yang akan digunakan untuk produk itu. </div><div style="text-align: justify;">Pemasaran telah didefinisakan dalam berbagai pengertian diantaranya menurut American Marketing Association. Pengertian yang seperti ini hampir sama dengan kegiatan distribusi, sehingga gagal menunjukkann asas-asas pemasaran, terutama dalam menentukan barang atau jasa apa yang akan dihasilkan. Hal ini terutama disebabkan karena pengertian pemasaran di atas tidak menunjukkan kegiatan usaha yang khusus terdapat dalam pemasaran. </div><div style="text-align: justify;">Pengertian lain menyatakan pemasaran sebagai usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan komunikasi yang tepat. Pengertian atau definisi ini memberikan suatu gagasan kegiatan tertentu yang dilakukan oleh para tenaga pemasaran. Akan tetapi, pengertian ini ternyata gagal menentukan kegiatan pemasaran secara luas, yang mencakup tidak hanya barang dan jasa yang terbatas. Oleh karena itu, terdapat pengertian atau definisi lain yang lebih luas tentang pemasaran, yaitu sebagai usaha untuk menciptakan dan menyerahkan suatu standar kehidupan. Pengertian ini berbeda dengan yang sebelumnya, karena penekanannya pada pandangan makro atau sosial dari pemasaran. Oleh karena itu pengertian ini tidak memberikan dasar yang jelas dan kurang universalnya pemasaran. </div><div style="text-align: justify;">Disamping pengertian yang telah disebutkan di atas, terdapat pengertian yang sering digunakan dalam pembahasan tentang pemasaran, terutama nanti akan digunakan dalam tulisan ini. Pengertian tersebut menyatakan pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Berdasarkn pengertian ini, pembahasan tentang pemasaran dapat lebih jelas dan terbatas dalam pembatasan yang tegas, terkait dengan kegiatan pemasaran yang berlaku universal.</div><div style="text-align: justify;">B. Perkembangan Manajemen Pemasaran</div><div style="text-align: justify;">Kegiatan pemasaran sebenarnya berkembang sejak adanya kebutuhan manusia itu melalui pertukaran. Perkembangan peradaban manusia menimbulkan perkembangan penggunaan alat pertukaran. Dengan adanya pertkembangan tersebut mulailah dikenal transaksi jual-beli. Pada masa itu pemasaran barulah merupakan kegiatan transaksi jual-beli di mana seluruh barang-barang yang dihasilkan atau diproduksikan dengan mudah dan dapat terjual. Masalah yang diutamakan pada saat itu bagaimana menghasilkan suatu barang. Hal ini terutama disebabkan barang apapun yang dihasilkan akan dapat terjual. Oleh karena itu, orientasi pemikiran manajemen pada saat itu adalah orientasi produksi. </div><div style="text-align: justify;">Kegiatan pemasaran yang dilakukan pada saat itu terutama ditekankan pada kegiatan penyaluran. Dalam masa itu timbul persaingan antara produsen didalam menyampaikan produknya ke tangan konsumen. Adanya persaingan ini menimbulkan mulai dikenalnya kegiatan promosi disamping kegiatan distribusi atau penyaluran. Orientasi pemikiran manajemen pada masa itu telah berkembang dari orientasi produksi menjadi orientasi penjualan. </div><div style="text-align: justify;">Dari perkembangan pengkajian kegiatan pemasaran, terlihat bahwa pemasaran mulai timbul dan lahir serta tumbuh dalam suatu masyarakat dengan suatu sistem ekonomi yang terbatas, dimana masyarakat yang ada mencukupi kebutuhannya dari hasil produksinya sendiri, yang berkembang menjadi masyarakat dengan system ekonomi social, dimana terdapat pembagian kerja (devision of labour), serta adanya industralisasi dan urbanisasi penduduk. Perkembangan pemasaran yang timbul akibat dari proses evolusi sistem ekonomi. </div><div style="text-align: justify;">Tahap pekembangan selanjutnya, produsen mulai menghasilkan barang-barang dalam jumlah yang besar untuk menghadapi pesanan berikutnya. Dalam hal ini mulai dilakukan pembagian kerja lebih jauh, para pengusaha mengembangkan usahanya dalam rangka untuk menjual tambahan produk hasilnya. Pengusaha atau pedagan yang bertindak sebagai perantara antara produsen dan konsumen, yang sering disebut sebagai pedagang perantara. Untuk memungkinkan komunikasi dengan produsen dan konsumen serta kemungkinan dilaksanakan kegiatan pembelian dan penjualan, berbagai kelompok berusaha untuk berkumpul secara geografi, sehingga mulai timbullah pusat-pusat perdagangan (trading centers). Sejalan dengan ini mulailah dilaksanakan pembangunan ekonomi di berbagai negara. Demikian, terdapatlah kemajuan dalam bidang ekonomi yang merupakan pelicin dalam perkembangan kegiatan pemasaran umumnya dan manajemen pemasaran khususnya. </div><div style="text-align: justify;">Perkembangan pemasaran modern mulai terdapat sejak timbulnya revolusi industri di negara-negara Barat. Timbulnya persaingan merupakan produk tambahan dari timbulnya revolusi industri, disamping tumbuh dan berkembangan pusat-pusat urbanisasi atau perkotaan dan berkurangnya penduduk dipedesaan. Dalam hal ini terdapat pergeseran kegiatan operasi pengerjaan tangan dalam rumah tangga pada umumnya menjadi kegiatan maksimal dalam industri atau pabrik. Kegiatan pemasaran pada saat itu terasa semakin meningkat, terutama disebabkan pertumbuhan perusahaan industry yang demikian pesat, ebenarnya diakibatkan oleh adanya permintaan pasar yang melebihi penawaran dari produk yang tersedia pada saat itu. </div><div style="text-align: justify;">Perkembangan terakhir, pemasaran dilihat dari penarapan ilmu manajemen, yang mencakup proses pengambilan keputusan yang didasarkan atas konsep pemasaran dan proses manajemen yang mencakup analisa, perencanaan, pelaksanaan kebijakan, strategi dan taktik, dan pengendalian. Dengan pendekatan manajerial inilah, mulai dikenalnya manajemen secara umum, dimana terdapat fungsi-fungsi manajemen. Dalam hal inilah mulai dikembangkannya konsep pemasaran dalam falsafah dan sistem pemasaran dengan intinya adalah strategi pemasaran terpadu (Marketing Mix Strategy). </div><div style="text-align: justify;">C. Ruang Lingkup Manajemen Pemasaran </div><div style="text-align: justify;">Dengan batasan pengertian mengenai manajemen pemasaran seperti diatas, maka akan tercakup ruang lingkup yang sangat luas. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa manajemen pemasaran mencakup seluruh filsafat, konsep, tugas, dan proses manajemen pemasaran. Pada umumnya ruang lingkup manajemen pemasaran meliputi:</div><div style="text-align: justify;">a. Filsafat Manajemen Pemasaran, yang mencakup konsep dari proses pemasaran serta tugas-tugas manajemen pemasaran. </div><div style="text-align: justify;">b. Faktor lingkungan pemasaran merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan pimpinan perusahaan. </div><div style="text-align: justify;">c. Analisis pasar, yang mencakup ciri-ciri dari masing-masing jenis pasar, analisis produk, analisis konsumen, analisis persaingan dan analisis kesempatan pasar.</div><div style="text-align: justify;">d. Pemilihan sasaran (target) pasar, yang mencakup dimensi pasar konsumen, perilaku konsumen, segmentasi pasar dan kriteria yang digunakan, peramalan potensi sasaran pasar, dan penentuan wilayah pasar/penjualan.</div><div style="text-align: justify;">e. Perencanaan pemasaran perusahaan, yang mencakup perencanaan strategi jangka panjang pemasaran perusahaan (marketing corporate planning), perencanaan operasional pemasaran perusahaan, penyusunan anggaran pemasaran dan proses penyusunan rencana pemasaran perusahaan. </div><div style="text-align: justify;">f. Kebijakan dan strategi pemasaran terpadu (marketing mix strategy), yang mencakup pemilihan strategi orientasi pasar, pengembangan acuan pemasaran (marketing mix) untuk strategi pemasaran dan penyusunan kebijakan, strategi dan taktik pemasaran secara terpadu.</div><div style="text-align: justify;">g. Kebijakan dan strategi produk, yang mencakup strategi pengembangan produk, strategi produk baru, strategi lini produk, dan strategi acuan produk (product mix).</div><div style="text-align: justify;">h. Kebijakan dan strategi harga, yang mencakup strategi tingkat harga, strategi potongan harga, strategi syarat pembayaran, dan strategi penetapan harga.</div><div style="text-align: justify;">i. Kebijakan dan strategi penyaluran, yang mencakup strategi saluran distribusi dan strategi distribusi fisik.</div><div style="text-align: justify;">j. Kebijakan dan strategi promosi, yang mencakupstrategi advertensi, strategi promosi penjualan (sales promotion), strategi personal seling, dan strategi publisitas serta komunikasi pemasaran.</div><div style="text-align: justify;">k. Organissi pemasaran, yang mencakup tujuan perusahaan dan tujuan bidang pemasaran, struktur organisasi pemasaran, proses dan iklim perilaku organisasi pemasaran.</div><div style="text-align: justify;">l. Sistem informasi pemasaran, yang mencakup ruang lingkup informasi pemasaran, riset pemasaran, pengelolaan, dan penyusunan sistem informasi pemasaran.</div><div style="text-align: justify;">m. Manajemen penjualan, yang mencakup manajemen tenaga penjual, penglolaan wilayah penjualan, dan penyusunan rencana dan anggaran penjualan.</div><div style="text-align: justify;">n. Pengendalian pemasaran, yang mencakup analisis dan evaluasi kegiatan pemasaran baik dalam jangka waktu (tahun) maupun tahap operasional jangka pendek.</div><div style="text-align: justify;">o. Pemasaran internasional yang mencakup pemasaran ekspor (export marketing), pola-pola pemasaran internasional dan pemasaran dari perusahaan multinasional. </div><div style="text-align: justify;">D. Strategi Pemasaran</div><div style="text-align: justify;">Adapun strategi pemasaran ada empat yaitu:</div><div style="text-align: justify;">a. Strategi umum dan menyeluruh pemasaran</div><div style="text-align: justify;">Ada enam tahap dalam proses pemasaran, yaitu analisis peluang/kesempatan pasar, pemilihan sasaran pasar, strategi peningkatan posisi persaingan, pengembangan sistem pemasaran, pengembangan rencana pemasaran serta penerapan rencana dan pengendalian penerapannya. </div><div style="text-align: justify;">Tahap pertama yang dilakukan adalah menganalisis kesempatan/peluang pasar yang dapat dimanfaatkan dalam usaha yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Kesempatan/peluang pasar ini harus dipertimbangkan dan diseleksi untuk memilih mana yang relevan dengan tujuan perusahaan. </div><div style="text-align: justify;">Tahap kedua adalah penentuan sasaran pasar, yang akan dilayani oleh perusahaan. Untuk melayani seluruh pasar yang ada, karena setiap pasar terdiri dari kelompok konsumen yang berbeda, kebutuhan, keinginan serta kebiasaan dan reaksi yang berbeda. Oleh karena itu, untuk dapat melayani kebutuhan dan keinginan konsumen dari pasarnya sesuai dengan kemampuan perusahaan, maka perusahaan perlu menentukan segmentasi pasar dan menetapkan segmentasi pasar yang mana yang akan dilayani sebagai sasaran pasar. </div><div style="text-align: justify;">Tahap ketiga dari proses pemasaran ini adalah menilai kedudukan dan menetapkan strategi peningkatan posisi atau kedudukan perusahaan dalam persaingan pada sasaran pasar yang dilayani. Dalam tahap ini perusahaan harus mempunyai pandangan atau keputusan mengenai produk (barang atau jasa) apa yang akan ditawarkan kepada sasaran pasar, dalam hubungannya dalam bidang usaha perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya. </div><div style="text-align: justify;">Tahap keempat adalah mengembangkan sistem pemasaran. Yang dimaksudkan dengan mengembangkan sistem pemasaran dalam hal ini adalah tugas untuk mengembangkan organisasi pemasaran, sistem informasi pemasaran, sistem perencanaan, dan pengendalian pemasaran yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan dalam melayani sasaran pasar. </div><div style="text-align: justify;">Tahap kelima adalah mengembangkan rencana pemasaran. usaha pengembangan ini diperlakukan karena keberhasilan perusahaan terletak pada kualitas rencana pemasaran yang bersifat jangka panjang dan jangka pendek untuk mencapai sasaran pasar. Komponen dari rencana pemasaran terdiri dari: analisis situasi pasar, tujuan dan sasaran pemasaran dan strategi pemasaran, program pelaksanaannya dan anggaran pemasaran. </div><div style="text-align: justify;">Tahap keenam menerapkan atau melaksanakan rencana pemasaran yang telah disusun dan mengendalikannya. Penerapan atau pelaksanaan rencana harus mempertimbangkan situasi dan kondisi pada saat itu, sehingga perlu mempunyai taktik yang dijalankan, dan untuk keberhasilannya taktik yang dijalankan dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah pemasaran lainnya. </div><div style="text-align: justify;">Strategi pemasaran menyeluruh perusahaan tercermin dalam rencana strategi pemasaran perusahaan (corporate marketing plan) yang disusun. Rencana strategi pemasaran perusahaan adalah rencana pemasaran jangka panjang yang bersifat menyeluruh dan strategis, yang merumuskan berbagai strategi dan program pokok di bidang pemasaran perusahaan, yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan pada jangka waktu tertentu dalam jangka panjang di masa depan.</div><div style="text-align: justify;">b. Strategi penetrasi pasar</div><div style="text-align: justify;">Strategi penetrasi pasar adalah suatu strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualannya atas produk dan pasar yang telah tersedia melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih agresif. Secara umum, penetrasi pasar dapat dibedakan atas tiga bentuk, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1) Perusahaan dapat mencoba untuk merangsang konsumen agar mereka meningkatkan pembeliannya. Sebagai contoh, jika seorang konsumen lebih sering membeli rokok dan lebih banyak menghisapnya pada setiap kali pemakaian, maka dia akan membeli rokok lebih banyak.</div><div style="text-align: justify;">2) Perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarik atau mempengaruhi konsumen saingan. Sarana yang digunakan tidak berbeda dengan yang telah diuraikan pada butir satu di atas. Perbedaannya hanya pada sasaran atau target yang hendak dicapai, yaitu pada konsumen saingan, sedangkan pada butir satu di atas adalah pada konsumen perusahaan sendiri.</div><div style="text-align: justify;">3) Perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarik yang bukan pemakaian (nonuser) atau calon konsumen yang berada dalam lingkungan pasarnya. </div><div style="text-align: justify;">Dalam usaha ini perusahaan dapat mengatur kegiatan pemasarannya dalam bentuk salah satu dari strategi sebagai berikut: </div><div style="text-align: justify;">a) Strategi Rapid Skimming</div><div style="text-align: justify;">Strategi ini hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa asumsi diantaranya, sebagian besar potensi pasar yang belum mengenal produk, calon konsumen yang telah mengenal produk akan tertarik untuk memiliki produk tersebut dan memiliki kesanggupan untuk membayar harga yang diminta, dan perusahaan menghadapi persaingan yang potensial dan bertujuan untuk membangun preferensi merek (brand preference). </div><div style="text-align: justify;">b) Strategi slow skimming</div><div style="text-align: justify;">Strategi ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi diantaranya, luas pasar secara relatif terbatas, sebagian besar pasar telah mengenal produk itu, calon konsumen bersedia membayar harga yang diminta, dan kemungkinan ancaman para pesaing kecil.</div><div style="text-align: justify;">c) Strategi Rapid Penetration</div><div style="text-align: justify;">Strategi ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi diantaranya, luas pasar relatif cukup besar, umumnya pasar itu belum mengenal produk, calon konsumen umumnya peka terhadap harga, kemungkinan ancaman para pesaingan cukup besar, dan biaya produksi per unit cenderung menurun dengan bertambahnya jumlah produksi dan pengalaman kerja.</div><div style="text-align: justify;">d) Strategi slow Penetration</div><div style="text-align: justify;">Strategi ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi diantaranya, luas pasar relative cukup besar, umumnya pasar itu sangat mengenal produk tersebut, umumnya pasar itu sangat sensitif terhadap harga (price sensitive), kemungkinan ada ancaman dari para pesaing. </div><div style="text-align: justify;">c. Strategi acuan/bauran pemasaran (marketing mix)</div><div style="text-align: justify;">Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah strattegi acuan/bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menajikan penawaran produk paa segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksipara pembeli atau pembeli. </div><div style="text-align: justify;">Dalam strategi acuan/bauran pemasaran yang menetapkan komposisi terbaik dari keempat komponen atau variabel pemasaran. Keempat komponen strategi pemasaran ini diantaranya:</div><div style="text-align: justify;">1. Strategi produk</div><div style="text-align: justify;">Tujuan utama strategi produk adalah untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju dengan meningkatkan kemampuan bersaing atau mengatasi persaingan. Oleh karena itu, strategi produk sebenarnya merupakan strategi pemasaran, ssehingga gagasan atau ide untuk melaksanakannya harus datang dari bagian atau bidang pemasaran. </div><div style="text-align: justify;">2. Strategi harga</div><div style="text-align: justify;">Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsure lainnya hanya unsur biaya saja. Adapun tujuan penetapan harga, yaitu: memperoleh laba yang maksimum, mendapatkan share pasar, memerah pasar (market skimming), mencapai tingkat hasil penerimaan penjualan maksimum, mencapai keuntungan yang ditargetkan, mempromosikan produk.</div><div style="text-align: justify;">3. Strategi penyaluran/distribusi</div><div style="text-align: justify;">Bentuk pola saluran distribusi dapat dibedakan atas:</div><div style="text-align: justify;">1) Saluran langsung, yaitu: produsen - konsumen</div><div style="text-align: justify;">2) Saluaran tidak langsung, yaitu dapat berupa:</div><div style="text-align: justify;"> Produsen - pengeceran-konsumen</div><div style="text-align: justify;"> Produsen- pedagan besar/menengah-pengecer-konsumen</div><div style="text-align: justify;"> Produsen- pedagan besar- pedagan menengah - pengecer -konsumen.</div><div style="text-align: justify;">Saluran distribusi diperlukan oleh setiap perusahaan, karena produsen menghasilkan produk dengan memberikan kegunaan bentuk (formutility) bagi konsumen setelah sampai ketangannya, sedangkan lembaga penyalur membentuk atau memberikan kegunaan waktu, tempat, dan emikiran dari produk itu. </div><div style="text-align: justify;">4. Strategi promosi</div><div style="text-align: justify;">Kombinasi dari unsur-unsur promosi ini dikenal dengan sebutan acuan/bauran promosi (promotional mix), yang terdiri dari advertensi, personal selling, promosi penjualan (sales promotion), dan publisitas. Saluran yang mempengaruhi strategi promosi ada dua diantaranya:</div><div style="text-align: justify;">1) Saluran perorangan(personal channels) terdiri dari:</div><div style="text-align: justify;"> Saluran advokat (advocate chenneks),seperti</div><div style="text-align: justify;"> ramoniaga(sales men) dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"> Saluran tenaga ahli (expert channels), seperti dokter, konsultan, dan sebagainya. </div><div style="text-align: justify;"> Saluran lingkungan sosial (social channel), seperti teman, tetangga dan sebagainya. </div><div style="text-align: justify;">2) Saluran yang bukan perorangan (nonpersonal) terdiri dari:</div><div style="text-align: justify;"> Media massa dan selektif (mass and selective media), seperti Koran, radio, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"> Penciptaan suasana (atmospheres), yaitu penciptaan iklim agar orang mempunyai persepsi yang baik terhadap perusahaan, dan </div><div style="text-align: justify;"> Kejadian tertentu (events), seperti pembukaan secara besar-besaran, price deals dan sebagainya. </div><div style="text-align: justify;">d. Strategi siklus kehidupan usaha/daur hidup produk (product life cycle)</div><div style="text-align: justify;">Tahapan yang terdapat dalam siklus kehidupan usaha produk, terdiri dari tahapan pengenalan (introduction), tahapan pengembangan (growth), tahapan pematangan (maturity), dan tahapan penuaan atau penurunan (desline). </div><div style="text-align: justify;">Dengan adanya perbedaan kondisi masing- masing tahapan, strategi pemasaran yang dijalankan hendaknya berbeda pula, agar tujuan dan sasaran perusahaan di bidang pemasaran dapat dicapai. Jadi, strategi pemasaran suatu produk hendaklah disesuaikan dengan kondisi masing-masing tahapan siklus kehidupan usaha dari produk tersebut. </div><div style="text-align: justify;">Strategi pemasaran yang menyangkut produk, meliputi penampilan, desain, pengemasan, mutu, ukuran, bentuk, dan pelayanan.dalam hal ini, strategi yang sering dilakukan adalah pengembangan produk, penciptaan produk baru dan defirsivikasi produk. </div><div style="text-align: justify;">Strategi pemasaran yang menyangkut harga, meliputi penentuan tingkat harga, pemberian potongan, dan penentuan syarat-syarat pembayaran. </div><div style="text-align: justify;">Dari uraian di atas dapat dinyatakan, setiap produk umumnya mengalami siklus kehidupan usaha. Untuk memungkin keberhasilan usaha pemasaran suatu produk dalam tingkat persaingan yang semakin tajam, maka perlu ditetapkan strategi pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran tersebut hendaklah mempertimbangkan pada tahapan mana siklus kehidupan usaha dari produk itu berada saat ini, agar strategi itu dapat efektif untuk pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan. Dengan mengetahui pada tahapan mana produk yang kita pasarkan berada, maka dapat diharapkan strategi pemasaran yang ditetapkan lebih terarah dalam pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan kita. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUPAN</div><div style="text-align: justify;">A. KESIMPULAN </div><div style="text-align: justify;">Ada dua penafsiran entang pemasaran, yaitu penafsiran yang sempit tentang pemasaran ini terlihat pula dari American MarketingAssocition 1960, yang menyatakan pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen. Disamping penafsiran ini terdapat pula pandangan yang lebih luas, yang menyatakan pemasaran merupakan proses kegiatan yang mulia jauh sebelum barang-barang/bahan-bahan masuk dalam proses produksi. Dalam hal ini banyak keputusan pemasaran yang harus dibuat jauh sebelum produk itu dihasilkan, seperti keputusan mengenai produk yang dibuat, pasarnya, harga, dan promosinya. Sebagai contoh, keputusan pemasaran tersebut dapat berupa produk apa yang harus diproduksi, apakah produk itu harus dirancang, apakah perlu dikemas, dan merek apa yang akan digunakan untuk produk itu. </div><div style="text-align: justify;">Kegiatan pemasaran sebenarnya berkembang sejak adanya kebutuhan manusia itu melalui pertukaran. Perkembangan peradaban manusia menimbulkan perkembangan penggunaan alat pertukaran. Dengan adanya pertkembangan tersebut mulailah dikenal transaksi jual-beli. Pada masa itu pemasaran barulah merupakan kegiatan transaksi jual-beli di mana seluruh barang-barang yang dihasilkan atau diproduksikan dengan mudah dan dapat terjual. Masalah yang diutamakan pada saat itu bagaimana menghasilkan suatu barang. Hal ini terutama disebabkan barang apapun yang dihasilkan akan dapat terjual. Oleh karena itu, orientasi pemikiran manajemen pada saat itu adalah orientasi produksi. </div><div style="text-align: justify;">Ruang lingkup manajemen pemasaran, filsafat manajemen pemasaran, faktor lingkungan pemasaran, analisis pasar, pemilihan sasaran pasar, perencanaan pemasaran perusahaan, kebijakan dan strategi pemasaran terpadu, kebijakan dan strategi produk, dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;">Adapun strategi pemasaran yaitu, strategi umum dan menyeluruh pemasaran, strategi penetrasi pasar, strategi acuan/bauran pemasaran (marketing mix), strategi siklus kehidupan usaha/daur hidup produk (product life cycle).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Assauri Sofjan Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT. GrafindoPersada. 2013)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-37761285216041665462019-03-29T22:35:00.003+07:002019-03-29T22:35:36.470+07:00SEJARAH BERDIRINYA DINASTI UMAYYAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A. Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Menurut Sidi Gazalba sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai mkahluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah berlalu itu. </div><div style="text-align: justify;">Kajian sejarah masih terlalu luas lingkupnya sehingga menunutut suatu pembatasan. Oleh karena itu, sejarah haruslah diartikan sebagai tindakan manusia dalam jangka waktu tertentu pada masa lampau yang dilakukan di tempat daerah tertentu. Dengan demikian, muncullah kajian sejarah suku bangsa tertentu, di tempat tertent, atau pada zaman tertentu, seperti sejarah bangsa Eropa, sejarah Yunani, sejarah Islam, sejarah Islam abad pertengahan, sejarah Islam di Spanyol. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Umayyah?</div><div style="text-align: justify;">2. Bagaimana masa-masa kejayaan Dinasti Umayyah?</div><div style="text-align: justify;">3. Bagaimana masa-masa kehancuran Dinasti Umayyah?</div><div style="text-align: justify;">C. Tujuan</div><div style="text-align: justify;">1. Menambah wawasan mengenai sejarah Dinasti Umayyah</div><div style="text-align: justify;">2. Mengetahui masa-masa kejayaan Dinasti Umayyah</div><div style="text-align: justify;">3. Mengetahui masa-masa kehancuran Dinasti Umayyah</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/03/pembaharuan-pada-masa-kerajaan-turki.html" target="_blank">PEMBAHARUAN PADA MASA KERAJAAN TURKI USMANI</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">1. Sejarah Peradaban Dinasti Umayyah</div><div style="text-align: justify;">Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu beruntung dalam merebutkan kekuasaan dan kedudukan. Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Sufyan bin Harb. Muawiyyah di samping sebagai pendiri daulah bani Abasiyah juga sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia memindakan ibu kota kekuasaan islam dari Khufah ke Demastus. Muawiyyah dipandang sebagai pembangun dinasti yang oleh sebagian besar sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilan memperoleh legalitas atau kekuasaannya dalam perang saudara siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih dari itu muawiyyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan islam, karena dialah yang mula-mula mengubah pimpinan negara dari seseorang yang dipilih rakyat atau demokrasi menjadi kekuasaan yang diwariskan turun-menurun (monarchi heredity). Muawiyyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya dikarenakan kemenangan diplomasi di siffin dan terbunuhnya khalifah Ali. Melainkan sejak semula ia memiliki basis rasional yang solid bagi landasan pembangunan poitik di masa depan. Pertama, adalah dukungan yang kuat dari rakyat Suriyah dan dari kalangan Bani Umayyah sendiri. Penduduk Suriyah yang yang lama diperintah oleh Muawiyyah memiliki pasukan yang kokoh, terlatih dan disiplin di garis depan dalam peperangan melawan Romawi. Muawiyyah melaksanakan perubahan-perubahan besar dan menonjol di dalam pemerintahan negeri itu. Angkatan daratnya kuat dan efisien. Dia dapat mengandalkan pasukan orang-orang Siria yang taat dan setia, yang tetap berdiri disampingnya dalam keadaan yang paling berbahaya sekalipun. Dengan bantuan orang-orang Siria yang setia, Muawiyyah mendirikan pemerintahn yang stabil menurut garis-garis pemerintahan Bizantium. Kedua, sebagai seorang administrator, Muawiyyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Tiga orang patutlah mendapat perhatian khusus, yaitu Amr bin Ash, Mugirah bin Syu’bah, dan Ziyad bin Abihi, ketiga pembantu Muawiyyah merupakan politikus yang sangat mengagumkan dikalangan muslim Arab. Akses mereka sangat kuat dalam membina perpolitikan Muawiyyah. Ketiga, Muawiyyah memiliki kemampuan sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Mekah zaman dahul. Seorang manusia hilm seperti Muawiyyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan imiditasi. Masa Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyyah bin Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad. </div><div style="text-align: justify;">2. Masa Kemajuan Dinasti Bani Umayyah</div><div style="text-align: justify;">Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai satu era agresif, dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman kedua Khalafaur Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika utar, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagai daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang termasuk Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia. Menurut Prof. Ahmad Syalabi, penaklukan militer di zaman Umayyah mencangkup tiga front penting, yaitu sebagai berikut, pertama, front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibu kota Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di laut tengah. Kedua, wilayah Afrika Utara. Penaklukan ini sampai ke Samudra Atlantik dan menyebrang ke Gunung Thariq hingga ke Spanyol. Ketiga, wilayah timur. Penaklukan ini sampai ke sebelah timur Irak. Kemudian, meluas ke wilayah Turkistan di utara serta ke wilayah Sindh di bagian selatan. Ekspansi bani umayyah dalam rangka memeperluas wilayah kekuasaan merupakan lanjutan dari ekspansi yang dilakukan oleh para pemimpin islam sebelumnya. Di sebelah timur, Muawiyyah berhasil menaklukan Tunis, Khurasan sampai ke tanah Oxus serta Afganistan sampai Kabul, dan angkatan laut Muawiyyah menyerang Konstantinopel. Ekspansi ini kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd. Al-Malik. Ia berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Fergana, Samarkand, dan bahkan sampai ke India dengan menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abd. Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat ekspendisi meliter dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, Benua Eropa yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapa ditundukkan, Tariq bin Ziyad pemimipin pasukan islam, dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan Benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibratar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Selain perluasan wilyah dalam kemajuan bidang peradaban, Dinasti Muawiyyah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai bidang. Menurut Jurji Zaidan beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">• Pengembagan bahasa Arab Para penguasa Dinasti Umayyah telah menjadikan islam sebagai negara, kemudian dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa Arab dalam wilayah kerajaan islam. Upaya tersebut dilakukan dengan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalaM tata usaha dan pemerintahan. </div><div style="text-align: justify;">• Marbat kota pusat kegiatan ilmu Dinasti Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan kegiatan ilmu dan kebudayaan itu dinamakan Mardab, kota satelit dari Damaskus. </div><div style="text-align: justify;">• Ilmu qiraat Ilmu qiraat adalah ilmu seni baca alquran. Dinasti Umayyah mengembangluaskan sehingga menjadi ilmu syariat yang sangat penting. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair (w. 120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w.127 H). </div><div style="text-align: justify;">• Ilmu tafsir Untuk memahami alquran sebagai kitab suci diperlukan interprestasi pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan alquran dikalangan umat islam bertambah. Pada masa perintisan ilmu tafsir, ulama yang membukukan ilmu tafsir yaitu Mujahid (w.104 H). </div><div style="text-align: justify;">• Ilmu hadis Dalam hal ini mengumpulkan hadis menyelidiki asal usulnya sehingga akhirnya menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakn ilmu hadis. Diantara para ahli hadis yang termasyhur pada masa Dinasti Umayyah adalah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H). </div><div style="text-align: justify;">• Ilmu fiqh Setelah islam memjadi daulah, para penguasa membutuhkan peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah. Mereka kembali kepada alquran dan hadis dan mengeluarkan syariat dari kedua sumber tersebut untuk mengatur pemerintahan dan memimpin rakyat. Pada zaman ini ilmu fiqh telah menjadi suatu cabang syariat yang berdiri sendiri. </div><div style="text-align: justify;">3. Masa Kehancuran Dinasti Bani Umayyah</div><div style="text-align: justify;">Meskipun kejayaan telah diraih oleh bani umayyah ternyata tidak bertahan lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dari luar. Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, yaitu sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">1. Sistem penggantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan penggantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana. </div><div style="text-align: justify;">2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa syi’ah dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyidi masa petengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah. </div><div style="text-align: justify;">3. Pada kekuasaan Bani Umayyah, petengahan etnis antara Suku Arabia (Bani Qais) dan Arab selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum islam semakin runcing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan umtuk mengalang persatuan dan kesatua. Di samping itu, sebagian besar golongan timur lainya merasa tidak puas karena status Mawali untuk menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan Bangsa Arab yang diperhatikan pada masa Bani Umayyah. </div><div style="text-align: justify;">4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabakan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaran tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, sebagian besar golongan awam kecewa karena perhatian penguasa perkembangan agam asangat kurang. </div><div style="text-align: justify;">5. Penyebab langsung tergulingnya Dinasti Umayyah adalah muncul kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Hasyim dan golongan syi’ah, dan kaum Mawali yang meras dikelas duakan oleh pemerintah Bani Umayyah </div><div style="text-align: justify;">Beberapa penyebab tersebut muncul dan menumpuk menjadi satu, sehingga akhira mengakibatkan keruntuhan Dinasti Umayyah, disusul dengan berdirinya kekuasaan orang-orang Bani Abbasiyah yang mengejar-ngejar dan membunuh setiap orang dari Bani Umayyah yang dijumpainya. Demikianlah, Dinasti Umayyah asca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Umayyah diruntuhakn oleh Dinasti Bani Abasyiah pada masa khlaifah Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada tahun 127H/744M. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A. Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">1. Sejarh peradaban Dinasti Umayyah Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Masa Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyyah bin Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad.</div><div style="text-align: justify;">2. Masa kejayaan Dinasti Umayyah Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal dengan perluasan wilayah. Banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika utar, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagai daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang termasuk Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia. Selain dalam perluasan wilyah juga dalam bidang bahasa Arab, dalam bidang pendidikan, dan ilmu agama seperti, ilmu hadis, ilmu qiraat, ilmu tafsir, ilmu hadis dan ilmu fiqh.</div><div style="text-align: justify;">3. Masa kehancuran Dinasti Umayyah Beberapa faktor penyebab hancurnya Dinasti Umayyah yaitu diantarnya pergantian khlaifah dari sistem demokrasi di ubah menurut garis keturunan. Selain itu berbagai konflik politik dari kaum syi’ah dan juga khawarij. Lemahnya pemerintahan Dinasti Umayyah juga salah satu penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah. Selain itu penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang mendapat dukungan dari syi’ah dan Hasyim. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSAKA</div><div style="text-align: justify;">Munir Amin, Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.</div><div style="text-align: justify;">Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008. </div><div style="text-align: justify;">Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-80486211327311559642019-03-29T22:18:00.004+07:002019-03-29T22:18:58.011+07:00PEMBAHARUAN PADA MASA KERAJAAN TURKI USMANI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">1.1 Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Pada tahun 1037 M Turki dapat menguasai kekhalifahan Abassiyah. Akan tetapi, akhirnya lumpuh oleh bangsa Mongol, kecuali bangsa Turki yang dipimpin oleh Ertughril, yang selanjutnya menjelma menjadi Turki Usmani. Puncak kemegahannya dari tahun 1520-1566 M, dibawah pemerintahan Sulaiman I. Namun, akhirnya juga lumpuh pada abad ke-19. Tetapi, berkat ketekunan para pembaharu dan para tokoh-tokoh, negara itu dapat bangkit kembali dengan mengadakan beberapa frase pembaharuan pada masa Sultan Mahmud II, Tanzimat, Usman Muda, dan Turki Muda.</div><div style="text-align: justify;">1.2 Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">1. Bagaimanakah asal mula Kerajaan Dinasti Usmani?</div><div style="text-align: justify;">2. Apa saja perkembangan yang dilakukan pada masa Kerajaan Turki Usmani?</div><div style="text-align: justify;">3. Apa saja pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan pada masa Kerajaan Turki Usmani?</div><div style="text-align: justify;">4. Apakah yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani Mengalami Kemunduran?</div><div style="text-align: justify;">1.3 Tujuan</div><div style="text-align: justify;">1. Mangetahui asal mula Kerajaan Dinasti Usmani.</div><div style="text-align: justify;">2. Mengetahui perkembangan islam pada masa Kerajaan Turki Usmani.</div><div style="text-align: justify;">3. Mengetahui pembaharuan yang dilakukan Kerajaan Turki Usmani.</div><div style="text-align: justify;">4. Mengetahui Penyebab kemunduran Kerajaan Turki Usmani </div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/03/hubungan-epistemologi-dengan-ilmu-logika.html" target="_blank">HUBUNGAN EPISTEMOLOGI DENGAN ILMU LOGIKA</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">2.1Asal Mula Kerajaan Turki Usmani</div><div style="text-align: justify;">Kerajaan Turki Usmani muncul di pentas sejarah Islam pada periode pertengahan. Masa kemajuan Dinasti ini dihitung dari mulai digerakkannya ekspansi ke wilayah baru yang belum ditundukkan oleh pendahulu mereka. keberhasilan mereka dalam memperluas wilayah kekuasaan serta terjadinya peristiwa-peristiwa penting merupakan suatu indikasi yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kemajuan tersebut. Pendiri kerajaan Turki adalah bangsa Turki dari kabilah Qayigh Oghus, anak suku Turk yang mendiami sebelah barat gurun Gobi, atau daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina, yang dipimpin oleh Sulaiman. Dia mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa mongol yang menyerang dunia Islam yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Khawarizm pada tahun 1219-1220 M. Sulaiman dan anggota sukunya lari ke arah Barat dan meminta perlindungan kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir Dinasti Khawarizm di Transoxiana. Jalaluddin menyuruh Sulaiman agar pergi ke arah Barat (Asia Kecil). Kemudian mereka menetap di sana dan pindah ke Syam dalam rangka menghindari serangan mongol. Dalam usahanya pindah ke Syam itu, pemimpin orang-orang Turki mendapat kecelakaan. Mereka hanyut di sungai Efrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar pada tahun 1228 M. [1]</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya mereka terbagi menjadi 2 kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri asalnya dan yang kedua meneruskan perjalanannya ke Asia kecil. Kelompok kedua ini berjumlah 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh Ertugril (Erthogrol) ibn Sulaiman. Mereka mengabdkan dirinya dirinya kepada Sultan Alauddin II dari Dinasti Saljuk Rum yang pusat pemerintahannya di Kuniya, Anatolia Asia Kecil. Pada saat itu, Sultan Alauddin II sedang menghadapi bahaya peperangan dari bangsa Romawi yang mempunyai kekuasaan di Romawi Timur (Byzantium). Dengan bantuan dari bangsa Turki pimpinan Erthogrol, Sultan Alauddin II dapat mencapai kemenangan. Atas jasa baik tersebut Sultan menghadiahkan sebidang tanah yang perbatasan dengan Bizantium. [2]</div><div style="text-align: justify;">Pada tahun 1288 M, Erthogrol meninggal dunia dan meninggalkan putranya yang bernama Usman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. usman inilah yang ditunjuk oleh Erthogrol untuk meneruskan kepemimpinannya dan disetujui serta didukung oleh Sultan Saljuk pada saat itu. Nama Usman inilah yang nanti diambil sebagai nama untuk Kerajaan Turki Usmani. Usman ini pula yang dianggap sebagai pendiri Dinasti Usmani. Sebagaimana ayahnya, Usman banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II. Kemenangan-kemenangan dalam setiap pertempuran dan peperangan diraih oleh Usman.</div><div style="text-align: justify;">2.2 Perkembangan Kerajaan Turki Usmani</div><div style="text-align: justify;">Dengan jatuhnya jazirah Arab, maka imperium Turki Usmani mempunyai wilayah yang luas sekali, terbentang dari Budapest di pinggir sungai Thauna, sampai ke Aswan dekat hulu sungai Nil, dan dari sungai efrat serta pedalaman Iran, sampai Bab el-Mandeb di selatan jazirah Arab. [3] Selama masa kesultanan Turki Usmani (1299-1942 M), sekitar 625 tahun berkuasa tidak kurang dari 38 Sultan.</div><div style="text-align: justify;">Dalam hal ini, Syafiq A. Mughni membagi sejarah kekuasaan Turki Usmani menjadi lima periode, [4] yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1. Periode pertama (1299-1402 M), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid.</div><div style="text-align: justify;">2. Periode kedua (1402-1566 M), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I.</div><div style="text-align: justify;">3. Periode ketiga (1566-1699 M), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.</div><div style="text-align: justify;">4. Periode keempat (1699-1838 M), periode ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.</div><div style="text-align: justify;">5. Periode kelima (1839-1922 M) periode ini ditandai dengan kebangkitan cultural dan administrates dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.</div><div style="text-align: justify;">Persinggungan Islam dengan Turki melalui sejarah panjang, terhitung sejak abad pertama hijriyah hingga suku Turki menjadi penganut dan pembela Islam. Pengaruh Turki dalam dunia Islam semakin terasa pada masa Pemerintahan al-Musta’sim (640-656 H./1242-1258 M). [5]</div><div style="text-align: justify;">a. Perluasan Wilayah</div><div style="text-align: justify;">Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman), pada tahun 1300 M. dia memulai memperluas wilayahnya. [6] Hal ini berlangsung paling tidak sampai dengan masa Pemerintahan Sulaiman I. untuk mendukung hal itu, Orkhan membentuk pasukan tangguh yang dikenal dengan Inkisyariyyah. Pasukan Inkisyariyah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Georgia dan Armenia yang baru masuk Islam. [7] Ternyata, dengan pasukan tersebut seolah-olah Dinasti Usmani memiliki mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim.</div><div style="text-align: justify;">Ada lima faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Usmani dalam perluasan wilayah Islam. Yaitu:</div><div style="text-align: justify;">• Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).</div><div style="text-align: justify;">• Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.</div><div style="text-align: justify;">• Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam</div><div style="text-align: justify;">• Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia. Istambul terletak antara dua benua dan dua selat (selat Bosphaoras dan selat Dardanala), dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia, baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun kebudayaan Romawi Timur.</div><div style="text-align: justify;">• Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani mengalahkannya. [8]</div><div style="text-align: justify;">b. Kemajuan Pada Masa Dinasti Usmani</div><div style="text-align: justify;">1) Sosial Politik dan Administrasi negara</div><div style="text-align: justify;">Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani berlangsung dengan cepat, hal ini diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang politik, terutama dalam hal mempertahankan eksistensinya sebagai negara besar. Selain itu, tradisi yang berlalu saat itu telah membentuk stratifikasi yang membedakan secara menyolok antara kelompok penguasa (small group of rulers) dan rakyat biasa (large mass).</div><div style="text-align: justify;">Penguasa yang begitu kuat itu bahkan memiliki keistimewaan, diantara keistimewaan itu adalah:</div><div style="text-align: justify;">• Pengakuan dari bawahan untuk loyal pada Sultan dan negara.</div><div style="text-align: justify;">• Penerimaan dan pengamalan, serta sistem berfikir dalam bertindak dalam agama yang dianut merupakan kerangka yang integral</div><div style="text-align: justify;">• Pengetahuan dan amalan tentang sistem adat yang rumit.</div><div style="text-align: justify;">Yang terpenting adalah bahwa para pejabat dalam hal apapun tetap sebagai budak Sultan. Tugas utama seluruh warga negara, baik pejabat maupun rakyat biasa adalah mengabdi untuk keunggulan Islam, melaksanakan hukum serta mempertahankan keutuhan imperium. [9]</div><div style="text-align: justify;">2) Bidang Militer</div><div style="text-align: justify;">Kerajaan Turki Usmani telah mampu menciptakan pasukan militer yang mampu mengubah Negara Turki menjadi Mesin perang yang paling tangguh dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non Muslim. Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen di asramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Ketika terjadi kekisruan ditubuh militer, maka Orkhan mengadakan perombakan dan pembaharuan, yang dimulai dari pemimpin personil militer. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut dengan pasukan Janissari atau Inkisyariyah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan kuat dalam penaklukan negeri Non Muslim. [10]</div><div style="text-align: justify;">3) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan</div><div style="text-align: justify;">Dalam bidang pendidikan, Dinasti Usmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah Usmani pertama didirikan di Izmir pada tahun 1331 M, ketika itu sejumlah ulama di datangkan dari Iran dan Mesir untuk mengembangkan pengajaran Muslim dibeberapa toritorial baru. Tapi hal ini tidak begitu berkembang, karena Turki Usmani lebih memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sehingga dalam khazanah Intelektual Islam kita tidak menjumpai ilmuan terkemuka dari Turki Usmani.</div><div style="text-align: justify;">Dalam bidang ilmu pengetahuan, memang kerajaan Turki Usmani tidak menghasilkan karya-karya dan penelitian-penelitian ilmiah seperti di masa Daulah Abbasiyah. Kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan), dan hasyiyah (catatan pinggir) terhadap karya-karya klasik yang telah ada. Namun dalam bidang seni arsitektur, Turki Usmani banyak meninggalkan karya-karya agung berupa bangunan yang indah, seperti Mesjid Jami’ Muhammad al-Fatih, mesjid agung Sulaiman dan Mesjid Abu Ayyub al-Anshary dan mesjid yang dulu asalnya dari gereja Aya Sophia. Mesjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi oleh Musa Azam. [11]</div><div style="text-align: justify;">4) Bidang Ekonomi dan Keuangan Negara</div><div style="text-align: justify;">Karena Turki mengusai beberapa kota pelabuhan utama, maka Turki menjadi penyelenggara perdagangan, pemungut pajak (cukai) pelabuhan yang menjadi sumber keuangan yang besar bagi Turki. Keberhasilan Turki Usmani dalam memperluas kekuasaan dan penataan politik yang rapi, berimplikasi pada kemajuan social ekonomi Negara, tercatat beberapa kota industri yang ada pada waktu itu, antara lain:</div><div style="text-align: justify;">a. Mesir yang memperoleh produksi kain sutra dan katun.</div><div style="text-align: justify;">b. Anatoli memproduksi bahan tekstil dan wilayah pertanian yang subur. </div><div style="text-align: justify;">Kota Anatoli merupakan kota perdagangan yang penting di rute Timur dalam perindustrian dalam hasil industri dan pertanian di Istambul, polandia dan Rusia. Para pedagang dari dalam maupun dari luar negeri berdatangan sehingga wilayah Turki menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu. [12]</div><div style="text-align: justify;">Selain dari sumber perdagangan, Turki Usmani memiliki sumber keuangan Negara yang sangat besar, yaitu dari harta rampasan perang, dari upeti tanda penaklukkan Negara-negara yang ditundukkan serta dari orang-orang zhimmi.</div><div style="text-align: justify;">2.3 Kemunduran Turki Usmani</div><div style="text-align: justify;">Pada akhir kekuasaan Sulaiman al-Qanuni I kerajaan Turki Usmani berada ditengah-tengah dua kekuatan monarki Austria di Eropa dan kerajaan Syafawi di Asia. Melemahnya kerajaan Usmani setelah wafatnya Sulaiman I dan digantikan oleh Salim II. Pada awal abad ke-19 para Sultan tidak mampu mengontol daerah-daerah kekuasaannya. Dan melemahnya militer Turki Usmani berakibat munculnya pemberontakan. Beberapa daerah berangsur-angsur mulai memaisahkan diri dan mendirikan pemerintah otonom. Di Mesir, kelemahan kerajaan Turki Usmani membuat Mamalik bangkit kembali. Di bawah kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M., Mamalik kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari Prancis tahun 1798 M. [13] Demikian pula pemberontakan terjadi di Libanon dan Syiria, sehingga kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduruan, bukan saja daerah yang tidak beragama Islam, tetapi juga di daerah yang berpenduduk muslim.</div><div style="text-align: justify;">Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani ini mengalami kemunduran, di antaranya adalah:</div><div style="text-align: justify;">• Wilayah kekuasaan yang sangat luas yang tidak dibarengi dengan Administrasi dan potensi yang kuat.</div><div style="text-align: justify;">• Kelemahan para penguasa, baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan yang berakibat pemerintahan menjadi kacau.</div><div style="text-align: justify;">• Pemberontakan tentara Jenissari.</div><div style="text-align: justify;">• Heterogenitas penduduk. Wilayah yang luas yang didiami penduduk yang beragam, baik dari segi agama, suku, ras, etnis dan adat istiadat acap kali melatar belakangi terjadinya pemberontakan.</div><div style="text-align: justify;">• Merosotnya ekonomi. Akibat perang yang berkepanjangan sehingga perekonomian negara merosot.</div><div style="text-align: justify;">2.4 PEMBAHARUAN MASA KERAJAAN TURKI USMANI</div><div style="text-align: justify;">1. Pada Masa Sultan Mahmud II (1785-1839 M)</div><div style="text-align: justify;">Lahir pada tahun 1785 M, dan mempunyai didikan tradisional, antara lain pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra Arab, Turki dan Persia. Ia diangkat menjadi Sultan di tahun 1807 M dan meninggal di tahun 1839 M. Setelah kekuasaannya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Usmani bertambah kuat, Sultan Mahmud II melihat bahwa telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha pembaharuan yang telah lama ada dalam pemikirannya. [14]</div><div style="text-align: justify;">Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan yang kemudian mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di Kerajaan Usmani ialah perubahan dalam bidang pendidikan. Di Madrasah hanya diajarkan agama, sedangkan pengetahuan umum tidak diajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan Madrasah tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. Oleh karena itu, ia mengadakan perubahan dalam kurikulum Madrasah dengan menambah pengetahuan umum di dalamnya, seperti halnya di Dunia Islam lain pada waktu itu memang sulit. </div><div style="text-align: justify;">Madrasah tradisional tetap berjalan, tetapi disampingnya Sultan mendirikan dua sekolah pengetahuan umum yang bernama Mekteb-i Ma’arif (Sekolah Pengetahuan Umum) dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye (Sekolah Sastra). Siswa untuk kedua sekolah itu dipilih dari lulusan Madrasah yang bermutu tinggi. Selain itu, Sultan Mahmud II juga mendirikan Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran dan Sekolah Pembedahan. [15]</div><div style="text-align: justify;">2. Pada Masa Tanzimat</div><div style="text-align: justify;">Istilah Tanzimat berasal dari bahasa Arab dari kata Tanzim yang berarti pengaturan, penyusunan dan memperbaiki. Dalam pembaharuan yang diadakan pada masa ini merupakan sebagai lanjutan dari usaha yang dijalankan oleh Sultan Mahmud II yang banyak mengadakan pembaharuan peraturan dan perundang-undangan. Secara terminologi adalah, suatu usaha pembaharuan yang mengatur dan menyusun serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan, antara tahun 1839-1871 M. </div><div style="text-align: justify;">Tokoh-tokoh penting Tanzimat antara lain:</div><div style="text-align: justify;">1) Mustafa Rasyid Pasya (1880-1858 M).</div><div style="text-align: justify;">Pemuka utama dari pembaharuan di zaman Tanzimat ialah Mustafa Rasyid Pasya, ia lahir di Istanbul pada tahun 1800 M. berpendidikan Madrasah, kemudian menjadi pegawai pemerintah. Usaha pembaharuannya yang terpenting ialah sentralisasi pemerintahan dan modernisasi angkatan bersenjata pada tahun 1839 M.</div><div style="text-align: justify;">2) Mustafa Sami Pasya (wafat 1855 M). </div><div style="text-align: justify;">Mustafa Sami Pasya mempunyai banyak pengalaman di luar negeri antara lain di Roma, Wina, Berlin, Brussel, London, Paris dan negara lainnya sebagai pegawai dan duta. Menurut pendapat Mustafa Sami Pasya, kemajuan bangsa Eropa terletak pada keunggulan mereka dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab lain dilihatnya karena toleransi beragama dan kemampuan orang Eropa melepaskan diri dari ikatan-ikatan agama, di samping itu pula pendidikan universal bagi pria dan wanita sehingga umumnya orang Eropa pandai membaca dan menulis. </div><div style="text-align: justify;">3) Mehmed Sadik Rif’at Pasya (1087-1856 M).</div><div style="text-align: justify;">Mehmed Sadik Rif’at Pasya yang lahir pada tahun 1807 M, dan wafat tahun 1856 M. Pendidikannya selesai di madrasah, ia melanjutkan pelajaran ke sekolah sastra, yang khusus diadakan untuk calon-calon pegawai istana. Pokok pemikiran dan pembaharuannya ialah Sultan dan pembesar-pembesar negara harus tunduk pada undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya. Negara harus tunduk pada hukum, kodifikasi hukum, administrasi, pengaturan hak dan kewajiban rakyat, reorganisasi, angkatan bersenjata, pendidikan dan keterampilan serta dibangunnya Bank Islam Usmani pada tahun 1840 M.</div><div style="text-align: justify;">4) Ali Pasya (1815-1871 M). </div><div style="text-align: justify;">Beliau lahir pada tahun 1815 M di Istanbul, dan wafat tahun 1871, anak dari seorang pelayan toko. Dalam usia 14 tahun ia sudah diangkat menjadi pegawai. Tahun 1840 diangkat menjadi Duta Besar London dan sebelum menjadi Duta Besar ia sering kali menjadi staf Perwakilan Kerajaan Usmani di berbagai negara Eropa dan di tahun 1852 M, ia menggantikan kedudukan Rasyid Pasya sebagai Perdana Menteri. Usaha pembaharuannya antara lain : tentang pengakuan semua aliran spiritual pada masa itu, jaminan melaksanakan ibadahnya masing-masing, larangan memfitnah karena agama, suku dan bahasa, jaminan kesempatan belajar, sistem peradilan dan lain-lainnya. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh tokoh-tokoh di zaman Tanzimat tidak seluruhnya mendapat dukungan, bahkan mendapat kritikan baik dari dalam atau di luar Kerajaan Usmani. Karena, gerakan-gerakan tanzimat untuk mewujudkan pembaharuan didasari oleh pemikiran liberalisme Barat dan meninggalkan pola dasar syariat agama, hal ini salah satu sebab yang utama gerakan tanzimat mengalami kegagalan dalam usaha pembaharuannya.</div><div style="text-align: justify;">3. Pada Masa Usmani Muda</div><div style="text-align: justify;">Kegagalan Tanzimat dalam mengganti pemerintahan konstitusi yang absolut merupakan cambuk untuk usaha-usaha selanjutnya. Untuk mengubah kekuasaan yang absolut, maka timbullah gerakan dari kaum cendikiawan melanjutkan usaha-usaha Tanzimat. Gerakan ini dikenal dengan Young Ottoman-Yeni Usmanilar (Gerakan Usmani Muda) yang didirikan pada tahun 1865 M. [16] Usmani Muda pada asalnya merupakan perkumpulan yang didirikan di tahun 1865 M, dengan tujuan untuk mengubah pemerintahan absolut kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitusional. [17] </div><div style="text-align: justify;">Beberapa tokoh dari gerakan itu membawa angin baru tentang demokrasi dan konstitusional pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan rakyat bukan kekuasaan absolut. Diantara tokoh-tokohnya adalah:</div><div style="text-align: justify;">a. Zia Pasya.</div><div style="text-align: justify;">Lahir pada tahun 1825 M di Istanbul, dan meninggal dunia pada tahun 1880 M. Ia anak seorang pegawai Kantor Beacukai di Istanbul. Pendidikannya setelah selesai sekolah di Sulaemaniye yang didirikan Sultan Mahmud II. dalam usia muda dia diangkat menjadi pegawai pemerintah, kemudian atas usaha Mustafa Rasyid Pasya pada tahun 1854 M, ia diterima menjadi salah seorang sekretaris Sultan. Disinilah ia dapat mengetahui tentang sistem dan cara Sultan memerintah dengan otoriter. [18] Beberapa pemikirannya akhirnya menjurus kepada usaha pembaharuan. Usaha-usaha pembaharuannya antara lain, kerajaan Usmani menurut pendapatnya harus dengan sistem pemerintahan konstitusional, tidak dengan kekuasaan absolut. </div><div style="text-align: justify;">b. Namik Kemal.</div><div style="text-align: justify;">Beliau termasuk pemikir terkemuka dari Usmani Muda, lahir pada tahun 1840 M di Tekirdag, dan berasal dari keluarga ningrat. Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ibrahim Sinasih (1826-1871 M) yang berpendidikan barat dan banyak mempunyai pandangan modernisme. Namik mempunyai jiwa Islami yang tinggi, walaupun ia dipengaruhi pemikiran Barat namun masih menjunjung tinggi moral Islam dalam ide-ide pembaharuannya. Namik Kemal berpendapat bahwa sistem pemerintahan konstitusional tidaklah merupakan bid’ah dalam Islam. Di antara ide-ide lain yang dibawa Namik terdapat cinta tanah air Turki, tetapi seluruh daerah kerajaan Usmani. Konsep tanah airnya tidak sempit. Sebagai orang yang dijiwai ajaran Islam, ia melihat perlunya diadakan persatuan seluruh umat Islam di bawah pimpinan Kerajaan Usmani, sebagai negara Islam yang terbesar dan terkuat di waktu itu.</div><div style="text-align: justify;">c. Midhat Pasya.</div><div style="text-align: justify;">Nama lengkapnya Hafidh Ahmad Syafik Midhat Pasya, lahir pada tahun 1822 M di Istanbul. Pendidikan agamanya diperoleh dari ayahnya sendiri. Dalam usia sepuluh tahun ia telah hafal Al-Quran, oleh karena itu ia digelari Al-Hafidh. Pendidikannya yang tertinggi adalah pada Universitas Al-Fatih. Dia termasuk tokoh Usmani Muda yang mempunyai peranan cukup penting dalam ide pembaharuan. Beberapa langkah pembaharuan itu, seperti memperkecil kekuasaan kaum eksekutif dan memberikan kekuasaan lebih besar kepada kelompok legislatif. Golongan ini juga berusaha menggolkan sistem konstitusi yang sudah ditegakkan dengan memakai istilah terma-terma yang islami, seperti musyawarah untuk perwakilan rakyat, bai’ah untuk kedaulatan rakyat dan syariah untuk konstitusi. Dengan usaha ini, sistem pemerintahan Barat lambat laun dapat diterima kelompok ulama dan Syaikh Al-Islami yang sebenarnya banyak menentang ide pembaharuan pada masa sebelumnya. [19]</div><div style="text-align: justify;">4. Pada Masa Turki Muda</div><div style="text-align: justify;">Setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya gerakan Usmani Muda, maka Sultan Abdul Hamid memerintah dengan kekuasaan yang lebih absolut. Kebebasan berbicara dan menulis tidak ada. Dalam suasana yang demikian, timbullah gerakan oposisi terhadap pemerintah yang obsolut Sultan Abdul Hamid, sebagaimana halnya di zaman yang lalu dengan Sultan Abdul Aziz. Gerakan oposisi dikalangan perguruan tinggi, mengambil bentuk perkumpulan rahasia, di kalangan cendekiawan dan pemimpin-pemimpinnya lari ke luar negeri dan disana melanjutkan oposisi mereka dan gerakan di kalangan militer menjelma dalam bentuk komite-komite rahasia. Oposisi berbagai kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan nama Turki Muda.</div><div style="text-align: justify;">Tokoh Turki Muda, antara lain adalah Ahmad Riza, Mehmed Murad, dan Pangeran Sahabuddin.</div><div style="text-align: justify;">a. Ahmad Riza (1859-1930 M).</div><div style="text-align: justify;">Ia adalah anak seorang bekas anggota parlemen bernama Injilis Ali. Dalam pendidikannya ia sekolah di pertanian untuk kelak dapat bekerja dan berusaha mengubah nasib petani yang malang dan studinya diteruskan di Perancis. sekembalinya dari perancis, ia bekerja di Kementerian Pertanian, tapi ternyata hubungan pemerintah dengan petani yang miskin sedikit sekali, karena kementerian itu lebih disibukkan dengan birokrasi. Kemudian ia pindah ke Kementerian Pendidikan namun disini juga disibukkan dengan birokrasi tapi kurang disibukkan dengan pendidikan. Pembaharuannya adalah ingin mengubah pemerintahan yang absolut kepada pemerintahan konstitusional. Karena menurutnya akan menyelamatkan Kerajaan Usmani dari keruntuhan adalah melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan positif dan bukan dengan teologi atau metafisika. </div><div style="text-align: justify;">b. Mehmed Murad (1853-1912 M).</div><div style="text-align: justify;">Ia berasal dari Kaukasus dan lari ke Istanbul pada tahun 1873 M, yakni setelah gagalnya pemberontakan Syekh Syamil di daerah itu. Ia belajar di Rusia dan di sanalah ia berjumpa dengan ide-ide Barat, namun pemikiran Islam berpengaruh pada dirinya. Ia berpendapat bahwa bukanlah Islam yang menjadi penyebab mundurnya Kerajaan Usmani dan bukan pula rakyatnya, namun sebab kemunduran itu terletak pada Sultan yang memerintah secara absolut. Oleh karena itu, menurutnya kekuasaan Sultan harus dibatasi. Ia mengusulkan didirikan satu Badan Pengawas yang tugasnya mengawasi jalannya undang-undang agar tidak dilanggar oleh pemerintah. Di samping itu diadakan pula Dewan syariat agung yang anggotanya tersusun dari wakil-wakil negara Islam di Afrika dan Asia dan ketuanya Syekh Al-Islam Kerajaan Usmani.</div><div style="text-align: justify;">c. Pangeran Sahabuddin (1887-1948).</div><div style="text-align: justify;">Pangeran Sahabuddin adalah keponakan Sultan Hamid dari pihak ibunya, sedang dari pihak bapaknya adalah cucu dari Sultan Mahmud II, oleh karena itu ia keturunan raja. Namun ibu dan bapaknya lari ke Eropa menjauhkan diri dari kekuasaan Abdul Hamid. Maka dengan demikian kehidupan Sahabuddin lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran Barat. Menurutnya yang pokok adalah perubahan sosial, bukan penggantian Sultan. Masyarakat Turki sebagaimana masyarakat Timur lainnya mempunyai corak kolektif, dan masyarakat kolektif tidak mudah berubah dalam menuju kemajuan. Dalam masyarakat kolektif orang tidak percaya diri sendiri, oleh karena itu ia tergantung pada kelompok atau suku sedangkan masyarakat yang dapat maju menurutnya adalah masyarakat yang tidak banyak bergantung kepada orang lain tetapi sanggup berdiri sendiri dan berusaha sendiri untuk mengubah keadaannya. [20]</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">3.1 KESIMPULAN</div><div style="text-align: justify;">1. Usman inilah yang ditunjuk oleh Erthogrol untuk meneruskan kepemimpinannya dan disetujui serta didukung oleh Sultan Saljuk pada saat itu. Nama Usman inilah yang nanti diambil sebagai nama untuk Kerajaan Turki Usmani. Usman ini pula yang dianggap sebagai pendiri Dinasti Usmani.</div><div style="text-align: justify;">2. Kemajuan yang dilakukan dinasti Usmani ialah melakukan perluasan wilayah. Sedangkan kemajuan yang telah dicapai adalah dalam bidang sosial politik, administrasi, ilmu pengetahuan, kebudayaan, ekonomi dan keuangan negara.</div><div style="text-align: justify;">3. Faktor yang mempengaruhi kemunduran dinasty Usmani diantaranya karena Kelemahan para penguasa, baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan yang berakibat pemerintahan menjadi kacau, Pemberontakan tentara Jenissari, Heterogenitas penduduk.</div><div style="text-align: justify;">4. Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II merupakan landasan atau dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya, antara lain : pembaharuan Tanzimat, pembaharuan di Kerajaan Usmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20.</div><div style="text-align: justify;">5. Tanzimat yang dimaksudkan adalah suatu usaha pembaharuan yang mengatur dan menyusun serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan tetapi Tanzimat ini belum berhasil seperti yang diharapkan oleh tokoh-tokoh penting Tanzimat, yaitu Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami, Mehmed Sadek, Rif’at Pasya dan Ali Pasya.</div><div style="text-align: justify;">6. Kemudian dilanjutkan dengan pembaharuan Usmani Muda, dimana usaha-usaha pembaharuannya adalah untuk mengubah pemerintahan dengan sistem konstitusional tidak dengan kekuasaan absolut setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya Usmani muda dilanjutkan dengan pembaharuan Turki Muda.</div><div style="text-align: justify;">7. </div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Al-Bahy, Muhammad.1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.</div><div style="text-align: justify;">Asmuni, Yusran. 1998. Studi Pemikiran Dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.</div><div style="text-align: justify;">Nasution, Harun. 1991. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan. Jakarta: Pt. Bulan Bintang.</div><div style="text-align: justify;">Siti Maryam dkk. 2002, (ed.) Sejarah Pearadaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, Yogyakarta: LESFI.</div><div style="text-align: justify;">Yatim, Badri, 2002, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, cet. XIII.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-65500427591559140892019-03-11T19:44:00.005+07:002019-03-11T19:44:57.981+07:00HUBUNGAN EPISTEMOLOGI DENGAN ILMU LOGIKA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">A.LATAR BELAKANG</div><div style="text-align: justify;">Pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita, sebab secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah di luar penjajahan yang bersifat diluar transendental yang berada di luar pengalaman kita. </div><div style="text-align: justify;">Setiap pengetahuan yang dimiliki manusia selalu dipertanyakan dan dikritisi oleh diri sendiri maupun orang lain. Bahwa pengetahuan yang dimilikinya adalah pengetahuan tentang “apa” atau apanya yang perlu diketahui maka jawabannya ada pada ontologi pengetahuan itu sendiri. Adapun pertanyaan bagaimana cara menemukannya atau metode apa yang akan kita gunakan dalam menemukan dan memperoleh pengetahuan itu adalah kajian epistemologi. </div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/03/aksiologis-sains-dalam-perspektif-ilmu.html" target="_blank">AKSIOLOGIS SAINS DALAM PERSPEKTIF ILMU LOGIKA</a></blockquote><div style="text-align: justify;">B.PEMBAHASAN </div><div style="text-align: justify;">1.Pengertian Epistemologi</div><div style="text-align: justify;">Istilah epistemologi sendiri berasal dari bahasa Yunani episteme = pengetahuan dan logos = perkataan, pikiran, ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya mendudukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk “menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya.” Selain kata “episteme”, untuk kata “pengetahuan” dalam bahasa Yunani juga dipakai kata “gnosis”, maka istilah “epistemologi” dalam sejarah pernah juga disebut gnoseologi. Sebagian kajian filosofis yang membuat telaah kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan, epistemologi kadang juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge; Erkentnistheorie). </div><div style="text-align: justify;">Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri” pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda, bukan saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi persoalannya. </div><div style="text-align: justify;">Menurut P. Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W. Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan lingkup pengandaian-pengandaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan menurut Surajiyo, epistemologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan epistemologi mempertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau teknik atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?. </div><div style="text-align: justify;">2.Objek dan Tujuan Epistemologi </div><div style="text-align: justify;">Objek epistemologi menurut Jujun S. Suriasumantri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali. </div><div style="text-align: justify;">Sedangkan tujuan epistemologi yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Karena epistemologi merupakan sub sistem filsafat yang bertugas memberdayakan pemikiran. Akhirnya epistemologi dikenal sebagai pusat dinamika keilmuan. </div><div style="text-align: justify;">3.Landasan Epistemologi </div><div style="text-align: justify;">Landasan epistemologi ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan: (a) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; (b) menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; (c) melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual. </div><div style="text-align: justify;">Kerangka pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Dalam kaitannya dengan moral, dalam proses kegiatan ilmuan setiap upaya ilmiah harus ditunjukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual. Jadi, ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan. </div><div style="text-align: justify;">4.Metode dan metodologi </div><div style="text-align: justify;">Perlu ditelusuri di mana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya, antara metode, metodologi dan epistemologi. Dalam dunia keilmuan, ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji. Sedangkan metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu. Oleh karena itu, dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural teoritis antara epistemologi, dilanjutkan dengan merinci pada metodologi, yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik. </div><div style="text-align: justify;">Karena makna epistemologi itu sendiri merupakan hal yang mengkaji perilah urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri ilmiah. </div><div style="text-align: justify;">Epistemologi itu sendiri merupakan sub sistem dari filsafat, maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat. Filsafat mencakup bahasan epistemologi, epistemologi mencakup bahasan metodologi, dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode. </div><div style="text-align: justify;">5.Hubungan Epistemologi Dengan Ilmu-Ilmu Lain</div><div style="text-align: justify;">1.Hubungan Epistemologi dengan Ilmu Logika. </div><div style="text-align: justify;">Ilmu logika adalah suatu ilmu yang mengajarkan tentang metode berpikir benar, yakni metode yang digunakan oleh akal untuk menyelami dan memahami realitas eksternal sebagaimana adanya dalam penggambaran dan pembenaran. Dengan memperhatikan definisi ini, bisa dikatakan bahwa epistemologi jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan sebagai pendahuluan dan mukadimah, karena apabila kemampuan dan validitas akal belum dikaji dan ditegaskan, maka mustahil kita membahas tentang metode akal untuk mengungkap suatu hakikat dan bahkan metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu logika masih perlu dipertanyakan dan rekonstruksi, walhasil masih menjadi hal yang Diragukan.</div><div style="text-align: justify;">2.Hubungan epistemologi dengan Filsafat. </div><div style="text-align: justify;">Pengertian umum filsafat adalah pengenalan terhadap eksistensi (ontologi), realitas eksternal, dan hakikat keberadaan. Sementara filsafat dalam pengertian khusus (metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah umum tentang eksistensi. Dalam dua pengertian tersebut, telah diasumsikan mengenai kemampuan, kodrat, dan validitas akal dalam memahami hakikat dan realitas eksternal. Jadi, epistemologi dan ilmu logika merupakan mukadimah bagi filsafat.</div><div style="text-align: justify;">3.Hubungan epistemologi dengan Teologi dan ilmu tafsir. </div><div style="text-align: justify;">Ilmu kalam (teologi) ialah suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-proposisi teks suci agama dan penyusunan argumentasi demi mempertahankan peran dan posisi agama. Ilmu tafsir adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan metode penafsiran kitab suci. Jadi, epistemologi berperan sentral sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut, khususnya pembahasan yang terkait dengan kontradiksi ilmu dan agama, atau akal dan agama, atau pengkajian seputar pluralisme dan hermeneutik, karena akar pembahasan ini terkait langsung dengan pembahasan epistemologi. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C.PENUTUP </div><div style="text-align: justify;">1.KESIMPULAN</div><div style="text-align: justify;">Epitemologi adalah suatu cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan suatu pengetahuan, pengandai-pengandaian serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. tujuan epistemologi yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Karena epistemologi merupakan sub sistem filsafat yang bertugas memberdayakan pemikiran. </div><div style="text-align: justify;">Landasan epistemologi berdasarkan: kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2.SARAN </div><div style="text-align: justify;">Setelah kita mempelajari mengenai epistemologi sains. Semoga dapat menambah wawasan, pengetahuan dan semoga bermanfaat bagi pendengar dan pembaca. Adapun jika ada kekurangan saran dan kritik serta masukan sangat kami harapkan demi menuju ke arah yang lebih baik dan benar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Rachmat, Aceng. Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana, 2011)</div><div style="text-align: justify;">Sudarminta, J. Epistemologi Dasar; Pengantar Filsafat Pengetahuan, (Yogyakarta: Kanisius, 2002)</div><div style="text-align: justify;">Qomar, Mujamil. Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2007)</div><div style="text-align: justify;">Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-55961169723364953382019-03-11T19:15:00.002+07:002019-03-11T19:15:27.656+07:00AKSIOLOGIS SAINS DALAM PERSPEKTIF ILMU LOGIKA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">A. LATAR BELAKANG</div><div style="text-align: justify;">Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri juga oleh manusia bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa melakukan kemudahan lainnya, seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainnya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. </div><div style="text-align: justify;">Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu berkah dan penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri, seperti yang terjadi di Bali. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara proporsional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka. </div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/03/kerangka-berpikir-melalui-pendekatan.html" target="_blank">KERANGKA BERPIKIR MELALUI PENDEKATAN BAYANI</a></blockquote><div style="text-align: justify;">B. PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">1. Pengertian Aksiologi</div><div style="text-align: justify;">Pengertian aksiologi secara etimologis berasal dari kata “axia” yang berarti “nilai” yang dalam bahasa Inggris “value” dan “logos” yang berarti perkataan, pikiran, dan ilmu. Aksiologi berarti ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. </div><div style="text-align: justify;">Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, di bawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang aksiologi, di antaranya:</div><div style="text-align: justify;">a. Aksiologi berasal dari kata axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.</div><div style="text-align: justify;">b. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer” bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.</div><div style="text-align: justify;">c. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1) Moral Conduct (tindakan moral), bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika.</div><div style="text-align: justify;">2) Esthetic Expression (ekspresi keindahan), bidang ini melahirkan keindahan.</div><div style="text-align: justify;">3) Sosio-political Life, (kehidupan sosial politik), yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.</div><div style="text-align: justify;">d. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1) Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak.</div><div style="text-align: justify;">2) Nilai sebagai kata benda konkret.</div><div style="text-align: justify;">3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan dinilai. </div><div style="text-align: justify;">Dari definisi-definisi mengenai aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. </div><div style="text-align: justify;">2. Etika dalam Aksiologi Sains</div><div style="text-align: justify;">Secara etimologi, etika berasal dari kata Yunani “ethos” yang artinya watak. Sedangkan moral berasal dari kata Latin “mos” bentuk jamak dari “mores” yang berarti kebiasaan. Istilah etika atau moral dalam bahasa Indonesia dapat diartikan kesusilaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia. Perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan atau tidak bermoral dari tingkah laku tersebut. Dengan demikian perbuatan yang dilakukan secara tidak sadar dan tidak bebas tidak dapat dikenai penilaian bermoral atau tidak bermoral. Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat dihampiri berdasarkan atas tiga macam pendekatan, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1) Etika Deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas seperti: adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau sub-kultural tertentu. Oleh karena itu etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian apapun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral, seperti penggambaran tentang adat Mengayau, kepala pada suku primitif.</div><div style="text-align: justify;">2) Etika Normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak. Etika normatif berarti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petunjuk atau menyangkut baik atau buruk. Etika normatif ini dibagi dua, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">• Etika Umum, yang menekankan pada tema-tema umum seperti: Apa yang dimaksud norma etis? Mengapa norma moral mengikat kita? Bagaimana hubungan antara tanggung jawab dengan kebebasan?</div><div style="text-align: justify;">• Etika Khusus, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip etika umum ke dalam perilaku manusia yang khusus. Etika khusus juga dinamakan etika terapan.</div><div style="text-align: justify;">3) Etika Metaetika, yaitu kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan etis. Bahasa etis atau bahasa yang dipergunakan dalam bidang moral dikaji secara logis. Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan baik atau buruk. perkembangan lebih lanjut dari metaetika ini adalah Filsafat Analitik. </div><div style="text-align: justify;">Di bidang etika, tanggung jawab seorang ilmuan bukan lagi memberi informasi namun harus memberi contoh. Dia harus bersifat objektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar, dan kalau berani mangakui kasalahan. Semua sifat ini, merupakan implikasi etis dari proses penemuan kebenaran secara ilmiah. Di tengah situasi di mana nilai mengalami kegoncangan, maka seorang ilmuan harus tampil ke dapan. Pengetahuan yang dimilikinya merupakan kekuatan yang akan memberinya keberanian. Hal yang sama harus dilakukan pada masyarakat yang sedang membangun, seorang ilmuan harus bersikap sebagai seorang pendidik dengan memberikan contoh yang baik. </div><div style="text-align: justify;">3. Estetika dalam Aksioligi Sains</div><div style="text-align: justify;">Menurut The Liang Gie, istilah-istilah yang sering tampil untuk pengertian ini adalah filsafat keindahan (Philosophy Of Beauty), filsafat citarasa, filsafat seni, dan filsafat kritik. Selain itu, terdapat pula istilah “kritik seni” atau “tinjaun seni”. Dalam bahasa Inggris , istilah filsafat diganti dengan teori, sehingga namanya menjadi Thory Of Beauty, Theory Of Taste, Theory Of Fine Arts, dan Theory Of Five Arts. Penggunaan istilah teori ini sering dianggap tidak tepat karena berdasarkan asumsi tertentu. Adapun estetika atau filsafat seni mencari landasan atau asumsi sehingga teori keindahan lebih tepat dianggap sebagai kajian ilmiah dalam membahas fenomena atau wujud kesenian daripada dasar-dasar bagi wacana seni. </div><div style="text-align: justify;">Prinsip estetika yang menjadi bahan pertimbangan ditemukan pada antikuitas Hellenistik secara umum. Prinsip ini dapat diperikan sebagai prinsip bahwa keindahan mengandung ekspresi imajinatif dan sensuous mengenai kesatuan dalam kemajemukan. Apakah hakikat keindahan merupakan karakteristik presentasi yang dialami? </div><div style="text-align: justify;">Pikiran Hellenik menjawabnya secara formal. Alasannya, menurut kaum Hellenistik bahwa seni pertama kali muncul sebagai repproduksi dari realitas. Hal tersebut merupakan alasan yang ditentang analisis estetik karena berpegang teguh pada signifikan konkret mengenai keindahan dalam diri manusia dan alam. </div><div style="text-align: justify;">4. Kegunaan Aksiologi Sains</div><div style="text-align: justify;">a) Aksiologi sebagai alat untuk menjelaskan (eksplanasi)</div><div style="text-align: justify;">Berbagai ilmu pengetahuan yang ada sampai sekarang ini secara umum berfungsi sebagai alat untuk membuat eksplanasi kenyataan. Menurut T. Jacob (Manusia, Ilmu dan Teknologi, 1993: 7-8) sains atau ilmu pengetahuan merupakan suatu sistem eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan sistem lainnya dalam memahami masa lampau, sekarang, serta mengubah masa depan. Contohnya akhir tahun 1997 di Indonesia terjadi gejolak moneter, yaitu nilai rupiah semakin menurun dibandingkan dengan dolar (kurs rupiah terhadap dolar menurun). Gejala ini telah memberikan dampak yang cukup jelas terhadap kehidupan di Indonesia. Gejalanya ialah harga semakin tinggi. </div><div style="text-align: justify;">Jadi untuk menjelaskan atau menerangkan masalah gajala di atas. Untuk mudahnya, teori ekonomi mengatakan karena banyaknya utang luar negri yang jatuh tempo, hutang itu harus dibayar dengan dolar, maka banyak sekali orang yang memerlukan dolar sehingga harga dolar naik dalam rupiah, ini merupakan sebagian gejala yang dijelaskan. Sekalipun baru sebagian namun gejala itu telah dapat dipahami sesuai dengan apa yang telah dijelaskan. </div><div style="text-align: justify;">b) Aksiologi sebagai alat peramal</div><div style="text-align: justify;">Tatkala membuat penjelasan atau menerangkan, biasanya ilmuan telah mengetahui juga faktor penyebab terjadinya gejala itu. Dengan mengutak-atik faktor penyebabnya, ilmuan dapat membuat ramalan. Dalam bahasa kaum ilmuan ramalan itu disebut prediksi untuk membedakannya dari ramalan dukun. </div><div style="text-align: justify;">Dalam contoh kurs tadi, dengan mudah orang ahli meramal misalnya, karena bulan-bulan mendatang hutang luar negeri jatuh tempo semakin banyak, maka diprediksikan kurs rupiah terhadap dolar akan semakin lemah atau turun. Ramalan atau prediksi ini dapat pula dibuat, misalnya, harga barang dan jasa pada bulan-bulan mendatang akan naik. Tepat dan banyaknya prediksi yang dapat dibuat oleh ilmuan akan ditentukan oleh kekuatan teori yang ia gunakan, kepandaian dan kecerdasan, dan ketersediaan data di sekitar gejala itu. </div><div style="text-align: justify;">c) Aksiologi sebagai alat pengontrol</div><div style="text-align: justify;">Menjelaskan atau menerangkan merupakan bahan untuk membuat prediksi dan kontrol. Ilmuan selain mampu membuat prediksi atau ramalan gejala juga dapat membuat kontrol. Contohnya kita ambil di atas lagi, agar kurs rupiah menguat, perlu ditangguhkan pembayaran hutang yang jatuh tempo, jadi pembayaran huntang diundur. Apa yang dikontrol? Yang dikontrol ialah kurs rupiah terhadap dolar agar tidak naik. Kontrolnya ialah kebutuhan terhadap dolar dikurangi dengan cara menangguhkan pembayaran hutang dalam dolar. </div><div style="text-align: justify;">Agar kontrol lebih efektif sebaiknya kontrol tidak hanya satu macam. Dalam kasus ekonomi ini dapat kita tambah kontrol, umpamanya menangguhkan pembangunan proyek yang memerlukan bahan impor. Kontrol sebenarnya merupakan tindakan-tindakan yang diduga dapat mencegah terjadinya gejala yang tidak diharapkan atau gejala yang memang diharapkan. </div><div style="text-align: justify;">Perbedaan prediksi dan kontrol ialah prediksi bersifat pasif tatkala ada kondisi tertentu, maka kita dapat membuat prediksi misalnya akan terjadi ini, itu, begini atau begitu. Sedangkan kontrol bersifat aktif terhadap suatu keadaan, kita membuat tindakan atau tindakan-tindakan agar terjadi ini, itu, begini dan begitu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">a. Kesimpulan </div><div style="text-align: justify;">Aksiologi merupakan bidang filsafat yang membahas mengenai nilai dan penilaian, yang terdapat banyak pendapat menyangkut isinya. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan sesuatu, sehingga sesuatu tersebut benilai bagi dirinya dan orang lain. Teori tentang nilai filsafat ini mengacu pada etika dan estetika.</div><div style="text-align: justify;">Adapun kegunaan aksiologi yaitu sebagai penjelas atau penerang sesuatu yang terjadi dan juga sesuatu yang terjadi tersebut kedepannya bisa diprediksi apakah dampak yang akan terjadi, serta aksiologi sebagai alat pengontrol, artinya aksiologi bisa berperan dalam menimalisir akibat yang akan terjadi sehingga kegunaan aksioligi begitu penting dalam kehidupan manusia sebab kegunaan aksiologi seperti yang telah dijelaskan di atas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA </div><div style="text-align: justify;">Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009.</div><div style="text-align: justify;">Hidayat, Ainurrahman. Filsafat Ilmu. Pamekasan: stain Pamekasan Press, 2006.</div><div style="text-align: justify;">Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.</div><div style="text-align: justify;">Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.</div><div style="text-align: justify;">A.Wiramihardja, Sutardjo. Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah Filsafa, Logika dan Filsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat Manusia, Aksiologi. Bandung: Refika Aditama, 2009.</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-25729181457573122122019-03-02T22:56:00.002+07:002019-03-02T22:56:32.081+07:00KERANGKA BERPIKIR MELALUI PENDEKATAN BAYANI <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A.Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Jika hendak mempelajari cara orang mendekati dan memehami islam, ada tiga cara yang jelas, yaitu naqli (tradisional), aqli (rasional), dan kasyfi (mistis). Ketiga pendekatan itu sudah adaa dalam piiran Nabi Muhammad SAW., dan terus diperhunakan oleh ulama-ulama islam setelah beliau wafat sampai sekarang ini. </div><div style="text-align: justify;">Di atas tiga pendekatan inilah, berbagai perspektif dan metodologi pemikiran keislaman dikembangkan. Tiga metode tersbut dalam operasionalya dikenal dengan pendekatan bayani, irfani, dan burhani. Berikut yang dibahas adalah mengenai pendekatan bayani. </div><div style="text-align: justify;">B.Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">1.Apa pengertian pendekatan bayani?</div><div style="text-align: justify;">2.Bagaimana pendekatan bayani dalam studi islam?</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/03/pendekatan-ilmu-sosial-humaniora-macam.html" target="_blank">PENDEKATAN ILMU SOSIAL HUMANIORA & MACAM-MACAMNYA</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">1.Pengertian Pendekatan Bayani</div><div style="text-align: justify;">Al-Jabiri dengan mengacu pada kamus lisan Al-Arabi Ibn Manzur, menyimpulkan bahwa term al-bayan mengandung empat pengertian, yakni pemisahan, keterpisahan, jelas dan penjelasan. Keempat pengertian tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok: al-bayan sebagai metodologi, yang berarti pemisahan dan penjelasan; dan al-bayan sebaagai pandangan dunia yang berarti keterpisahan yang jelas. </div><div style="text-align: justify;">Sedangkan secara terminologis, bayani berarti pola pikir yang bersumber pada nash, ijma’, dan ijtihad. Jika dikaitkan dengan epistemologi, maka pengertiannya adalah studi filosofis terhadap struktur pengetahuan yang menempatkan teks (wahyu) sebagai sebuah kebenaran mutlak. Adapun akal hanya menempati tingkat sekunder dan bertugas hanya untuk menjelaskan teks yang ada. </div><div style="text-align: justify;">Ditinjau dari perspektif sejarah, bayani sebetulnya sudah dimulai sejak pada masa awal Islam. Hanya saja pada masa awal ini, yang disebut dengan bayani belum merupakan sebuah upaya ilmiah dalam arti identifikasi keilmuan dan peletakan aturan penafsiran teks-teksnya, tetapi baru sekedar upaya penyebaran tradisi bayani saja. </div><div style="text-align: justify;">Pendekatan bayani ini sudah lama digunakan oleh para fuqaha’, mutakallimun, dan ushulliyun. Tujuan pendekatan bayani adalah:</div><div style="text-align: justify;">1.Memahami atau menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna yang dikandung dalam (atau dikehendaki) lafadz. Dengan kata lain, pendekatan ini dipergunakan untuk mengeluarkan ma’na zahir dari lafadz dan ‘ibarah yang zahir pula;</div><div style="text-align: justify;">2.Istinbat hukum-hukum dari al-nusus an-diniyah dan alquran khususnya. </div><div style="text-align: justify;">2. Pendekatan Bayani Dalam Study Islam </div><div style="text-align: justify;">Dalam tradisi bayani, otoritas kebenaran terletak pada teks (wahyu). Sementara akal menempati posisi sekunder. Tugas akal dalam konteks epistemologi bayani adalah menjelaskan teks-teks yang ada. Sementara bagaimana bagaimana implementasi ajaran teks tersebut dalam kehidupan konkret berada di luar kalkulasi epistemologi ini. </div><div style="text-align: justify;">Epitemologi Bayâni adalah pendekatan dengan cara menganalisis teks. Maka sumber epistemologi bayani adalah teks. Sumber teks dalam studi Islam dapat dikelompokkan secara umum menjadi dua, yakni:</div><div style="text-align: justify;">a.Teks nash ( Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW)</div><div style="text-align: justify;">b.Teks non nash berupa karya para ulama</div><div style="text-align: justify;">Obyek kajian yang umum dengan pendekatan bayani adalah :</div><div style="text-align: justify;">a.Gramatika dan sastra (nahwu dan balagah)</div><div style="text-align: justify;">b.Hukum dan teori hukum (fiqh dan ushul fiqh)</div><div style="text-align: justify;">c.Filologi </div><div style="text-align: justify;">d.Teologi, dan</div><div style="text-align: justify;">e.Dalam beberapa kasus di bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadist. </div><div style="text-align: justify;">Corak berfikir yang diterapkan dalam epistemologi bayani ini cenderung deduktif, yakni mencari (apa) isi dari teks (analisis content). </div><div style="text-align: justify;">Pada wilayah konotasi teoritis konseptual al-bayan sebagai sistem epistimologi mencangkup tiga pasangan konsep dasar, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1.Lafal ma’na</div><div style="text-align: justify;">2.Ashl-far</div><div style="text-align: justify;">3.Substansi eksidensi</div><div style="text-align: justify;">Pasangan konsep pertama dan kedua mencangkup aspek metodologis, sedangkan pasangan konsep ketiga mencangkup aspek pandangan dunia. </div><div style="text-align: justify;">Makna yang dikandung dalam hadis, dikehendaki oleh, dan di ekspresikan melalui teks dapat diketahui dengan mencermati hubungan antara makna dan lafazh. Hubungan antara makna dan lafadz dapat dilihat dari. </div><div style="text-align: justify;">1.Makna wad’i yaitu untuk apa makna teks itu dirumuskan, meliputi makna khas, ‘am dan mustarak.</div><div style="text-align: justify;">2.Makna isti’mali yaitu makna apa yang digunakan oleh teks, meliputi makna haqiqah (sarihah dan mukniyah) dan makna majaz (sarih dan kinayah)</div><div style="text-align: justify;">3.Darajat al-wudhuh yaitu sifat dan kualitas lafz, meliputi muhkam, mufassar, nas, zahir, khafi, mushkil, mujmal, dan mutasabih.</div><div style="text-align: justify;">4.Turuqu ad-dalalah, penunjukan lafz terhadap makna, meliputi dalalah ibarah, dalalah al-isyarah, dalalah al-nass dan dalalah al-iqtida’ (menurut Hanafiyah), atau dalalah al-manzum dan dalalah al-mafhum al-muwafaqah maupun mafhum al-mukhalafah (menurut Syafi’iyyah). </div><div style="text-align: justify;">Untuk itu bayani menggunakan alat bantu (instrumen) berupa ilmu-ilmu kebahasaan dan uslub-uslubnya serta asbab an-nuzul, istinbat, dan istidlal sebagai metodenya. Sementara itu, kata-kata kunci (keywords) yan sering dijumpai dalam pendekatan ini meliputi asl-far lafz ma’na (mantuq al-fughah dan mushkilah ad-dalalah; dan nizam al-kitab dan nizal al-aql), khabar qiyas, dan otoritas salaf (sultah al-salaf). Dalam al-qiyas al-bayani, kita dapat membedakan menjadi tiga macam:</div><div style="text-align: justify;">1.Al-qiyas berdasarkan ukuran kepantasan antara asl far’ bagi hukum tertentu; yang meliputi: </div><div style="text-align: justify;">a.Al-qiyas al-jali;</div><div style="text-align: justify;">b.Al-qiyas fi nia’na an-nash; dan</div><div style="text-align: justify;">c.Al-qiyas al-khafi</div><div style="text-align: justify;">2.Al-qiyas berdasarkan ‘illat terbagi menjadi:</div><div style="text-align: justify;">a.Qiyas al-illat dan</div><div style="text-align: justify;">b.Qiyas al-dalalah</div><div style="text-align: justify;">3.Al-qiyas al-jama’i terhadap ash dan far </div><div style="text-align: justify;">Dalam pendekatan bayni dikenal 4 macam bayan:</div><div style="text-align: justify;">1.Bayan al-i’tibar, yaitu penjelasan mengenai keadaan, keadaan segala sesuatu, yang meliputi:</div><div style="text-align: justify;">a.Al-qiyas al-bayani, baik al-fiqhy, an-nahwy dan al-kalamy;</div><div style="text-align: justify;">b.Al-khabar yang bersifat yaqin maupun tasdiq</div><div style="text-align: justify;">2.Bayan al-i’tiqad, yaitu penjelasan mengenai sagala sesuatu yng meliputi makna haq, makna muasyabbih fish, dan makna batil</div><div style="text-align: justify;">3.Bayan al-ibarah yang terdiri dari:</div><div style="text-align: justify;">a.Al-ayan az-zahir yang tidak membutuhkan tafsir; dan </div><div style="text-align: justify;">b.Al-bayan al-batin yang membutuhkan tafsir, qiyas, istidlal dan khabar.</div><div style="text-align: justify;">4.Bayan al-kitab, maksudnya media untuk menukil pendapat-pendapat dan pemikiran dari kitab lafz, katih ‘aqd katib hukm dan katib tadbir. </div><div style="text-align: justify;">Hasil akhirnya adalah sebuah teori pengetahuan yang dalam setiap levelnya bersifat bayani. Dalam logika internalnya, teori pengetahuan (epistemologi) ditentukan oleh konsep bayani yang termasuk gaya bahasa puitik, ungkapan oral, pemahaman, komunikasi, dan penangkapan secara penuh. Hal yang sama juga terdapat dalam ranah materi pengetahuan, yang terutama disusun dari al-Qur’an, hadits, tata bahasa, fiqh, serta prosa dan puisi Arab. </div><div style="text-align: justify;">Begitu juga dengan ranah ideologi, karena kekuatan otoritatif yang menetukan, yaitu dogma Islam, ada di belakang ranah ini. Oleh karena itu, sejak awal ada batasan atau larangan tertentu untuk menyamakan pengetahuan dengan keimanan kepada Tuhan. Sistem ini juga diterapkan dalam ranah epistemologi, di mana manusia dipahami sebagai makhluk yang diberkati kapasitas bayan dengan dua tipe “nalar”; pertama dalam bentuk bakat, dan yang lain adalah hasil pembelajaran. </div><div style="text-align: justify;">Dalam pendekatan bayani, karena dominasi teks semakin kuat, peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahmi atau diinterpretasikan. Namun, menggunakan pendekatan bayani tidaklah cukup karena terkadang tidak didapat penjelasan teks (nash) alquran maupun hadis yang berkaitan dengan seni tradisi. Misalnya, jika mencari teks nash alquran dan hadis yang berkaitan dengan seni tradisi hadrah, tahlilan, shalawatan berjanji atau seni tradisi dalam bentuk upacara seperti saketan, ruwatan, tingkeban (tujuh bulanan bagi yang hamil), selamatan atau haul hari ke-3, 7, 40, dn ke-1000, sampai kapan pun tidak akan ditemukan. </div><div style="text-align: justify;">Disamping itu, terkadang sekalipun terdapat nash atau teks normative alquran dan hadis yang berkaitan dengan seni budaya seperti larangan menggambar (seni lukis) dalam sejumlah hadis Bukhar, Muslim, Ahmad, penjelasan teks tersebut sangat berkaitan erat dengan konteks historis dan sosiologinya, sehingga tidak cukup dengan hanya menggunakan pendekatan bayani saja. Mencukupkan hanya pada pendekatan bayani saja cenderung melahirkan pandangan keagamaan yang binar opposition (hitam-putih, halal-haram, sunah-bid’ah), tertutup, kaku dan intoleran. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A.Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">1.Pengertian pendekatan bayani </div><div style="text-align: justify;">Bayani adalah pemisah, keterpisahan, jelas, dan penjelasan. Bayani dapat didefinisikan tudi terhadap struktur pengetahuan yang menempatkan teks (wahyu) sebagai sebuah kebenaran mutlak. Tujuannya memahami atau menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna yang dikandung dalam (atau dikehendaki) lafadz. </div><div style="text-align: justify;">2.Bayani dalam studi islam</div><div style="text-align: justify;">Epitemologi Bayâni adalah pendekatan dengan cara menganalisis teks. Dengan wilayah konotasi teoritis konseptual menggunakan konsep; Lafal-ma’na, ashl-far, substansi-eksidensi. </div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-50422185109334742672019-03-02T22:46:00.000+07:002019-03-02T22:46:01.762+07:00PENDEKATAN ILMU SOSIAL HUMANIORA & MACAM-MACAMNYA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A . Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Islam telah menjadi kajian yang manarik banyak minat belakangan ini. Studi Islam pun makin berkembang. Islam tidak lagi dipahami dalam pengertian historis dan doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Islam tidak hanya terdiri dari rangkaian petunjuk formal tentang bagaimana seseorang memaknai kehidupannya. Islam telah menjadi sebuah sistem budaya, peradaban, komunitas politik, ekonomi dan bagian dari perkembangan dunia. Mengakaji dan mendekati Islam, tidak lagi mungkin hanya dari satu aspek,tetapi dibutuhkan metode dan pendekatan interdisipliner maupun pendekatan sosial humaniora.</div><div style="text-align: justify;">Berkenaan dengan pendekatan interdisipliner maupun sosial humaniora banyak pendekatan-pendekan yang berhubungan dengan pendekatan interdisipliner dan pendekatan sosial humaniora. Untuk lebih jelasnya berbagai pendekatan-pendekatan tersebut akan di bahas dalam makalah ini. </div><div style="text-align: justify;">B. Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">1. Apa pengertian pendekatan dalam studi islam ?</div><div style="text-align: justify;">2. Apa pengertian pendekatan ilmu sosial humaniora dan macam-macam pendekatan ilmu sosial humaniora ?</div><div style="text-align: justify;">3. Apa pengertian pendekatan interdisipliner dan macam-macam pendekatan interdisipliner?</div><div style="text-align: justify;"><blockquote class="tr_bq"><blockquote class="tr_bq">Baca Juga </blockquote></blockquote><blockquote class="tr_bq"><a href="https:/2019/03/refleksi-manusia-dan-tahap.html" target="_blank">REFLEKSI MANUSIA DAN TAHAP PERKEMBANGANNYA</a></blockquote></div><blockquote><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A . Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Islam telah menjadi kajian yang manarik banyak minat belakangan ini. Studi Islam pun makin berkembang. Islam tidak lagi dipahami dalam pengertian historis dan doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Islam tidak hanya terdiri dari rangkaian petunjuk formal tentang bagaimana seseorang memaknai kehidupannya. Islam telah menjadi sebuah sistem budaya, peradaban, komunitas politik, ekonomi dan bagian dari perkembangan dunia. Mengakaji dan mendekati Islam, tidak lagi mungkin hanya dari satu aspek,tetapi dibutuhkan metode dan pendekatan interdisipliner maupun pendekatan sosial humaniora.</div><div style="text-align: justify;">Berkenaan dengan pendekatan interdisipliner maupun sosial humaniora banyak pendekatan-pendekan yang berhubungan dengan pendekatan interdisipliner dan pendekatan sosial humaniora. Untuk lebih jelasnya berbagai pendekatan-pendekatan tersebut akan di bahas dalam makalah ini. </div><div style="text-align: justify;">B. Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">1. Apa pengertian pendekatan dalam studi islam ?</div><div style="text-align: justify;">2. Apa pengertian pendekatan ilmu sosial humaniora dan macam-macam pendekatan ilmu sosial humaniora ?</div><div style="text-align: justify;">3. Apa pengertian pendekatan interdisipliner dan macam-macam pendekatan interdisipliner?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">1.Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam.</div><div style="text-align: justify;"> Pendekatan dalam studi islam yaitu pandangan filsafi terhadap subject-matter yang harus diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar. </div><div style="text-align: justify;"> Pendekatan dalam studi islam yaitu cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Jadi dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat di teliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan yang di ungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. </div><div style="text-align: justify;"> Pendekatan dalam studi islam yaitu suatu sikap ilmiah (persepsi) dari seseorang untuk menemukan kebenaran ilmiah. </div><div style="text-align: justify;">2.Pendekatan Ilmu Sosial Humaniora dan macam-macam pendekatan ilmu sosial humaniora.</div><div style="text-align: justify;">a.Pengertian ilmu sosial humaniora </div><div style="text-align: justify;">The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan yang menyangkut kesadaran akan perasaan kepribadian dan nilai- nilai yang menyertainya sebagai manusia. </div><div style="text-align: justify;">Pengertian lain menyebutkan bahwa humaniora adalah ilmu yang berkaitan dengan rasa seni yang dimiliki oleh manusia, seperti : Seni Sastra, Musik, Pahat, Lukis, dan sebagainya. Jadi dapat di simpulkan bahwa ilmu sosial Humaniora yaitu ilmu yang mempelajari aktivitas manusia dalam hubungannya dengan manusia.</div><div style="text-align: justify;">b.Pendekatan ilmu-ilmu sosial humaniora</div><div style="text-align: justify;">1.Pendekatan Antropologi</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif dan grounded, yaitu turun kelapangan tanpa berpijak pada atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang dilakukan dibidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang mempergunakan model-model matematis. </div><div style="text-align: justify;">Melalui pendekatan antropologis ini, ditemukan hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi, sosial, politik, hubungan antara agama dengan Negara, kesehatan mental, dan susunan organisasi kemasyarakatan. Contoh berikut dipaparkan beberapa penelitian agama dengan pendekatan antropologis :</div><div style="text-align: justify;">•Karl Marx (1818-1883) dengan teori konflik atau lebih dikenal dengan pertentangan kelas, ia melihat bahwa agama merupakan opinium atau candu masyarakat tertentu. Agama bisa disalah gunankan oleh kalangan tertentu untuk status quo. </div><div style="text-align: justify;">•Marx Weber (1964-1920) melihat adanya korelasi positif antara ajaran protestan dengan munculnya kapitalisme modern. </div><div style="text-align: justify;">Di Indonesia kajian agama islam dengan pendekatan antropologis sebagaimana dilakukan oleh jamhari dalam karyanya yang berjudul “pendekatan antropologis dalam kajian islam”. Menurut jamhari, persoalan utama dalam upaya memahami islam adalah bagaimana memahami manusia. </div><div style="text-align: justify;">2.Pendekatan kebudayaan</div><div style="text-align: justify;">Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Sementara itu, Sutan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsure-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. </div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat isstiadat, dan segala sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan atau blue print oleh seseorang dalam menjawab sebagai masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. </div><div style="text-align: justify;">Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada tataran empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat tersebut dip roses oleh penganutnya dari sumber agama, yaitu wahyu melalui penalaran. Misalnya membaca kitab fiqih, maka fiqih yang merupakan pelaksanaan dari nasb alquran maupun hadis sudah melibatkan unsure penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian, agama menjadi membudaya atau membumi ditengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuk yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang dimasyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama. </div><div style="text-align: justify;">3.Pendekatan Interdisipliner dan Macam-macam pendekatan Interdisipliner</div><div style="text-align: justify;">a.Pengertian pendekatan interdisipliner</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. </div><div style="text-align: justify;">Jadi pendekatan interdisipliner disini yaitu kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang ( perspektif ). Seperti dalam studi menggunakan pendekatan historis filosofi secara bersamaan.</div><div style="text-align: justify;">b.Beberapa pendekatan dalam interdisipliner</div><div style="text-align: justify;">1.Pendekatan Filosofis</div><div style="text-align: justify;">Secara harfiah, kata filsafat bersal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan Sidi Gazalba, menurutnya filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal, dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. </div><div style="text-align: justify;">Berpikir secara filosofis dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Pendekatan filosofis yang sedemikian itu sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Misalnya membaca buku berjudul hikmah al-tasyri’ wa falsafatubu yang di tulis oleh muhammad Al-Jurnawi. Dalam buku tersebut Al-Jurjawi berupaya mengungkapkan hikmah yang terdapat dibalik ajaran-ajaran agama islam. </div><div style="text-align: justify;">Melalui pendekatan filosofis ini, seorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengalaman agama agama tersebut hanyalah pengakuan formalistik, misalnya sudah haji, sudah menunaikan rukun islam yang kelima, dan berhenti dari situ. Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung didalamnya. </div><div style="text-align: justify;">4.Pendekatan sosiologi</div><div style="text-align: justify;">Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama,cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Sementara itu , Soerjono soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. </div><div style="text-align: justify;">Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang berkaitan. </div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya, sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Dalam agama islam dapat di jumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa dimesir.mengapa dalam melaksanakan tugasnya nabi musa harus dibantu oleh nabi harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. </div><div style="text-align: justify;">Agama dalam banyak hal ajarannya banyak berkaitan dengan masalah sosial. Islam misalnya, sebagai agama ajarannya syarat dengan nilai-nilai sosil. Berkaitan dengan ini, Jalaluddin Rahmat dalam penelitiannya sampai pada satu kesimpulan bahwa : </div><div style="text-align: justify;">a.Dalam al-qur’an ataupun hadis urusan muamalah mendapatkan porsi yang sangat besar disbanding dengan persoalan ibadah.</div><div style="text-align: justify;">b.Dalam islam jika urusan ibadah bersamaan waktunya dengan persoalan muamalah, maka ibadah bisa diperpendek (qoshar).</div><div style="text-align: justify;">c.Ibadah yang mengandung kemsyarakatan pahalanya lebih besar disbanding ibadah yang bersifat individual.</div><div style="text-align: justify;">d.Dalam islam terdapat ketentuan, jika ibadah tidak dilaksanakan dengan sempurna yang mengakibatkan batalnya ibadah tersebut, maka kafaratnya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.</div><div style="text-align: justify;">e.Dalam islam juga terdapat ketentuan bahwa amal baik dibidang kemasyarakatan mendapat pahala lebih besar dari pada ibadah sunnah. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A.KESIMPULAN</div><div style="text-align: justify;">1.Pendekatan dalam studi islam yaitu cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.</div><div style="text-align: justify;">2.The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan yang menyangkut kesadaran akan perasaan kepribadian dan nilai- nilai yang menyertainya sebagai manusia. Beberapa pendekatan yang berhubungan dengan sosial humaniora : Pendekatan Antopologi dan pendekatan Kebudayaan.</div><div style="text-align: justify;">3.Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Beberpa pendekatan yang berhubungan dengan pendekatan interdisipliner : Pendekatan Filosofis dan pendekatan sosiologi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Abuddin, Nata. Metodologi Studi Islam. Jakarta : Rajawali Press, 2014</div><div style="text-align: justify;">Hasan, Nor. Studi Islam Kontemporer. Pamekasan : Stain Pamekasan Press, 2009</div><div style="text-align: justify;">Salim, Moh Haitama; Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta : Ar-Ruzz media, 2012</div><div style="text-align: justify;">Anwar, Rosihon. Pengantar Studi Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2009</div></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">1.Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam.</div><div style="text-align: justify;"> Pendekatan dalam studi islam yaitu pandangan filsafi terhadap subject-matter yang harus diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar. </div><div style="text-align: justify;"> Pendekatan dalam studi islam yaitu cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Jadi dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat di teliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan yang di ungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. </div><div style="text-align: justify;"> Pendekatan dalam studi islam yaitu suatu sikap ilmiah (persepsi) dari seseorang untuk menemukan kebenaran ilmiah. </div><div style="text-align: justify;">2.Pendekatan Ilmu Sosial Humaniora dan macam-macam pendekatan ilmu sosial humaniora.</div><div style="text-align: justify;">a.Pengertian ilmu sosial humaniora </div><div style="text-align: justify;">The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan yang menyangkut kesadaran akan perasaan kepribadian dan nilai- nilai yang menyertainya sebagai manusia. </div><div style="text-align: justify;">Pengertian lain menyebutkan bahwa humaniora adalah ilmu yang berkaitan dengan rasa seni yang dimiliki oleh manusia, seperti : Seni Sastra, Musik, Pahat, Lukis, dan sebagainya. Jadi dapat di simpulkan bahwa ilmu sosial Humaniora yaitu ilmu yang mempelajari aktivitas manusia dalam hubungannya dengan manusia.</div><div style="text-align: justify;">b.Pendekatan ilmu-ilmu sosial humaniora</div><div style="text-align: justify;">1.Pendekatan Antropologi</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif dan grounded, yaitu turun kelapangan tanpa berpijak pada atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang dilakukan dibidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang mempergunakan model-model matematis. </div><div style="text-align: justify;">Melalui pendekatan antropologis ini, ditemukan hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi, sosial, politik, hubungan antara agama dengan Negara, kesehatan mental, dan susunan organisasi kemasyarakatan. Contoh berikut dipaparkan beberapa penelitian agama dengan pendekatan antropologis :</div><div style="text-align: justify;">•Karl Marx (1818-1883) dengan teori konflik atau lebih dikenal dengan pertentangan kelas, ia melihat bahwa agama merupakan opinium atau candu masyarakat tertentu. Agama bisa disalah gunankan oleh kalangan tertentu untuk status quo. </div><div style="text-align: justify;">•Marx Weber (1964-1920) melihat adanya korelasi positif antara ajaran protestan dengan munculnya kapitalisme modern. </div><div style="text-align: justify;">Di Indonesia kajian agama islam dengan pendekatan antropologis sebagaimana dilakukan oleh jamhari dalam karyanya yang berjudul “pendekatan antropologis dalam kajian islam”. Menurut jamhari, persoalan utama dalam upaya memahami islam adalah bagaimana memahami manusia. </div><div style="text-align: justify;">2.Pendekatan kebudayaan</div><div style="text-align: justify;">Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Sementara itu, Sutan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsure-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. </div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat isstiadat, dan segala sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan atau blue print oleh seseorang dalam menjawab sebagai masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. </div><div style="text-align: justify;">Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada tataran empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat tersebut dip roses oleh penganutnya dari sumber agama, yaitu wahyu melalui penalaran. Misalnya membaca kitab fiqih, maka fiqih yang merupakan pelaksanaan dari nasb alquran maupun hadis sudah melibatkan unsure penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian, agama menjadi membudaya atau membumi ditengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuk yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang dimasyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama. </div><div style="text-align: justify;">3.Pendekatan Interdisipliner dan Macam-macam pendekatan Interdisipliner</div><div style="text-align: justify;">a.Pengertian pendekatan interdisipliner</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. </div><div style="text-align: justify;">Jadi pendekatan interdisipliner disini yaitu kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang ( perspektif ). Seperti dalam studi menggunakan pendekatan historis filosofi secara bersamaan.</div><div style="text-align: justify;">b.Beberapa pendekatan dalam interdisipliner</div><div style="text-align: justify;">1.Pendekatan Filosofis</div><div style="text-align: justify;">Secara harfiah, kata filsafat bersal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan Sidi Gazalba, menurutnya filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal, dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. </div><div style="text-align: justify;">Berpikir secara filosofis dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Pendekatan filosofis yang sedemikian itu sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Misalnya membaca buku berjudul hikmah al-tasyri’ wa falsafatubu yang di tulis oleh muhammad Al-Jurnawi. Dalam buku tersebut Al-Jurjawi berupaya mengungkapkan hikmah yang terdapat dibalik ajaran-ajaran agama islam. </div><div style="text-align: justify;">Melalui pendekatan filosofis ini, seorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengalaman agama agama tersebut hanyalah pengakuan formalistik, misalnya sudah haji, sudah menunaikan rukun islam yang kelima, dan berhenti dari situ. Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung didalamnya. </div><div style="text-align: justify;">4.Pendekatan sosiologi</div><div style="text-align: justify;">Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama,cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Sementara itu , Soerjono soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. </div><div style="text-align: justify;">Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang berkaitan. </div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya, sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Dalam agama islam dapat di jumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa dimesir.mengapa dalam melaksanakan tugasnya nabi musa harus dibantu oleh nabi harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. </div><div style="text-align: justify;">Agama dalam banyak hal ajarannya banyak berkaitan dengan masalah sosial. Islam misalnya, sebagai agama ajarannya syarat dengan nilai-nilai sosil. Berkaitan dengan ini, Jalaluddin Rahmat dalam penelitiannya sampai pada satu kesimpulan bahwa : </div><div style="text-align: justify;">a.Dalam al-qur’an ataupun hadis urusan muamalah mendapatkan porsi yang sangat besar disbanding dengan persoalan ibadah.</div><div style="text-align: justify;">b.Dalam islam jika urusan ibadah bersamaan waktunya dengan persoalan muamalah, maka ibadah bisa diperpendek (qoshar).</div><div style="text-align: justify;">c.Ibadah yang mengandung kemsyarakatan pahalanya lebih besar disbanding ibadah yang bersifat individual.</div><div style="text-align: justify;">d.Dalam islam terdapat ketentuan, jika ibadah tidak dilaksanakan dengan sempurna yang mengakibatkan batalnya ibadah tersebut, maka kafaratnya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.</div><div style="text-align: justify;">e.Dalam islam juga terdapat ketentuan bahwa amal baik dibidang kemasyarakatan mendapat pahala lebih besar dari pada ibadah sunnah. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A.KESIMPULAN</div><div style="text-align: justify;">1.Pendekatan dalam studi islam yaitu cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.</div><div style="text-align: justify;">2.The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan yang menyangkut kesadaran akan perasaan kepribadian dan nilai- nilai yang menyertainya sebagai manusia. Beberapa pendekatan yang berhubungan dengan sosial humaniora : Pendekatan Antopologi dan pendekatan Kebudayaan.</div><div style="text-align: justify;">3.Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Beberpa pendekatan yang berhubungan dengan pendekatan interdisipliner : Pendekatan Filosofis dan pendekatan sosiologi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Abuddin, Nata. Metodologi Studi Islam. Jakarta : Rajawali Press, 2014</div><div style="text-align: justify;">Hasan, Nor. Studi Islam Kontemporer. Pamekasan : Stain Pamekasan Press, 2009</div><div style="text-align: justify;">Salim, Moh Haitama; Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta : Ar-Ruzz media, 2012</div><div style="text-align: justify;">Anwar, Rosihon. Pengantar Studi Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2009</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-17200489250882389882019-03-02T22:29:00.005+07:002019-03-02T22:29:59.050+07:00REFLEKSI MANUSIA DAN TAHAP PERKEMBANGANNYA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A. Latar Belakang.</div><div style="text-align: justify;">Manusia sebagai mahluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, serta berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.</div><div style="text-align: justify;">Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Kemudian pengetahuan yang didapatnya, terus dikembangkan sehingga manusia sampai saat ini terus berkembang dan akhirnya manusia dapat menciptakan beberapa benda untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.</div><div style="text-align: justify;">Maka dari itu di sini kami akan menjelaskan proses berkembangnya pola pikir manusia yang terus berkembang dari zaman ke zaman, dari dahulu sampai sekarang..</div><div style="text-align: justify;">B.Rumusan masalah</div><div style="text-align: justify;">1.Ada berapa cirri-ciri manusia sebagai makhluk hidup</div><div style="text-align: justify;">2.Mitos itu di timbulkan oleh apa</div><div style="text-align: justify;">3.Ada berapa tahap perkembangan jiwa manusia</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/03/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html" target="_blank">manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II </div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A.Proses Perkembanagan Pola Pikir</div><div style="text-align: justify;">Sejak lahirnya di muka bumi ini, manusia bersentuhan dengan alam. Persentuhan dengan alam menimbulkan pengalaman. Alam memberikan rangsangan kepada manusia melalui pancaindera. Jadi, pancaindera merupakan alat komunikasi antara alam dengan manusia yang membuahkan pengalaman. Pengalaman itu saat demi saat bertambah, karena manusia ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang hakiki; apa, bagaimana, dan mengapa, baik atas kehadirannya di dunia ini, maupun atas segala benda yang telah mengadakan kontak dengan dirinya.</div><div style="text-align: justify;">Perkembangan pola pikir manusia ini dari zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : </div><div style="text-align: justify;">1) Rasa Ingin Tahu; Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris). </div><div style="text-align: justify;">Manusia sebagai mahluk, mempunyai ciri-ciri :</div><div style="text-align: justify;">a). Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya. </div><div style="text-align: justify;">b). Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar. </div><div style="text-align: justify;">c). Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.</div><div style="text-align: justify;">d). Memiliki potensi berkembang biak. </div><div style="text-align: justify;">e). Tumbuh dan bergerak.</div><div style="text-align: justify;">f). Berinteraksi dengan lingkungannya mati.</div><div style="text-align: justify;">Sesuai dengan ciri manusia pada poin (1), yakni manusia mempunyai otak, maka manusia mulai tumbuh rasa ingin tahunya, rasa ingin tahu ini tidak dimiliki oleh mahluk lain, seperti batu, tanah, sungai dan angin. Sedangkan air dan udara bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal.</div><div style="text-align: justify;">Bagaimana halnya dengan mahluk-mahluk seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang? Misalnya daun-daun cenderung mencari sinar matahari atau akar yang cenderung mencari air yang kaya mineral untuk pertumbuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini terus berlangsung sepanjang zaman. Bagaimana halnya dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain? Misalnya burung. Burung bergerak dari satu tempat ke tempat lain didorong oleh suatu keinginan, rasa ingin tahu. Ingin tahu apakah sutau tempat cukup aman untuk membuat sarang?. Setelah mengadakan eksplorasi, tentu mereka jadi tahu. Itulah pengetahuan dari burung tadi. Burung juga memiliki pengetahuan untuk membuat sarang di atas pohon.</div><div style="text-align: justify;">Bagaimana halnya dengan manusia?. Manusia juga memiliki insting seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun manusia memiliki kelebihan yaitu adanya kemampuan berfikir. Dengan kata lain, curiosity-nya tidak idle. Tidak tetap sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang, atau kemampuan berfikir. Setelah tahu tentang apanya, mereka ingin tahu bagaiman dan mengapa begitu.</div><div style="text-align: justify;">Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, sehingga menjadi suatu akumulasi pengetahuan. Rasa ingin tahu manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari, seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing untuk berburu, tetapi juga berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan.</div><div style="text-align: justify;">Rasa ingin tahu semacam ini tidak dimiliki oleh hewan. Rasa ingin tahu pada hewan hanya terbatas pada rasa ingin tahu yang tetap. Yang tidak berubah dari zaman ke zaman. Hewan bergerak dari satu tempat ke tempat lain hanya didorong oleh rasa ingin tahunya yang bersangkutan erat dengan nalurinya saja.</div><div style="text-align: justify;">Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan mahluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau mahluk lainnya.</div><div style="text-align: justify;">B.Mitos </div><div style="text-align: justify;">Perkembangan selanjutnya adalah manusia berusaha memenuhi kebeutuhan non fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh, “mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban “si penunggu gunung itu sedang marah”. </div><div style="text-align: justify;">Di sinilah muncul pengetahuan baru yang disebut “si penunggu”. Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama, muncullah anggapan adanya “si penunggu”. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda. Mitos timbul disebabkan antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia.</div><div style="text-align: justify;">a.alat penglihatan.</div><div style="text-align: justify;">Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka mata tak mampu melihatnya. Alat Pendengaran Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Getaran di bawah tiga puluh atau di atas tiga puluh puluh ribu per detik tak terdengar.</div><div style="text-align: justify;">b.alat pencium dan Pengecap</div><div style="text-align: justify;">Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa, yaitu rasa manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan untuk bau sendiri juga manusia tidak dapat menciumnya dengan seluruhnya. Seperti bau parfum dan lainnya dapat tercium oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain.</div><div style="text-align: justify;">c.alat Perasa</div><div style="text-align: justify;">Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Namun, ini sangat relatif sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat observasi yang tepat. Alat-alat indera tersebut berbeda-beda di antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Ada yang sangat tajam dan adapula yang tidak. Akibat keterbatasan alat indera tersebut, maka besar kemungkinan timbul salah inform,asi, salah tafsir atau salah pemikiran. Untuk meningkatkan alat indera tersebut perlu diperlukan beberapa usaha. Di antaranya penciptaan alat bantu pancaindera, meskipun alat yang diciptakan tersebut masih mengalami kesalahan. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena: </div><div style="text-align: justify;">1) Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun dengan alat. </div><div style="text-align: justify;">2) Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu. </div><div style="text-align: justify;">3) Hasrat ingin tahunya terpenuhi. Menurut Auguste Comte (1798-1857 M),</div><div style="text-align: justify;">dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:</div><div style="text-align: justify;">a.Tahap teologi atau fiktif</div><div style="text-align: justify;">b.Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak </div><div style="text-align: justify;">c.Tahap positif atau ilmiah riil</div><div style="text-align: justify;">Pada tahap teologi atau fiktif, manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan kekuaatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.</div><div style="text-align: justify;">Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap di mana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan pada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala sesuatu. Tahap positif atau riil merupakan tahap di mana manusia telah mampu berfikir secara positif atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan. Selanjutnya berdasarkan kemampuan berfikir manusia yang semakin maju dan perlengkapan pengamatan yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda semakin ditinggalkan orang, dan cenderung menggunakan akal sehat atau rasio. </div><div style="text-align: justify;">C.Tahapan Pemikiran Manusia.</div><div style="text-align: justify;">Bagaimana sesungguhnya proses berfikir pada manusia? Jika kita telah lebih lanjut akan kita dapati bahwa untuk dapat berfikir membutuhkan beberapa komponen,diantaranya :</div><div style="text-align: justify;">1.Fakta, manusia membutuhkan fakta yang akan dijadikan objek berfikirnya.</div><div style="text-align: justify;">2.Indera, untuk dapat menyerap fakta-fakta yang akan dipikirkan. Seperti mata untuk dapat melihat , meraba, pendengaran, dan indera yang lainnya.</div><div style="text-align: justify;">3.Otak, merupakan organ yang berfungsi untuk menterjemahkan setiap fakta yang diserap.</div><div style="text-align: justify;">4.Informasi Sebelumnya, tanpa informasi manusia tidak dapat untuk memahami fakta yang sedang dihadapinya. Adapun perkembangan alam pikiran manusia sampai dengan kelahiran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu yang mantap melalui 4 tahap, yaitu :</div><div style="text-align: justify;">a)Tahap mitos. </div><div style="text-align: justify;">b)Tahap penalaran.</div><div style="text-align: justify;">c)Tahap pengalaman dari percobaan. </div><div style="text-align: justify;">d)Tahap metode keilmuan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A.Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan pola piker manusia diantaranya karena rasa ingin tahu dan juga adanya mitos Yang membedakan antara manusia dengan hewan yakni pola berpikirnya. Setelah manusia tahu apa, maka manusia akan mencari tahu tentang mengapa, bagaimana dan seterusnya hingga mereka merasa puas. Tetapi untuk hewan tidak punya pola pikir yang seperti itu. Mitos timbul disebabkan karena keterbatasan alat indera, diantaranya : Indera penglihatan; Indera pendengaran ; Indera pencium dan pengecap Indera perasa Mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karrena: Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun dengan alat. Keterbatasan penalaran manusia </div><div style="text-align: justify;">pada masa itu. Hasrat ingin tahunya terpenuhi. Beberapa komponen yang diperlukan untuk mengembangkan pola pikir manusia, yakni : Fakta.Indera Otak Informasisebelumnya.</div><div style="text-align: justify;">Pola pikir manusia</div><div style="text-align: justify;">a.Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya. </div><div style="text-align: justify;">b.Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar. </div><div style="text-align: justify;">c.Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.</div><div style="text-align: justify;">d.Memiliki potensi berkembang biak. </div><div style="text-align: justify;">e.Tumbuh dan bergerak.</div><div style="text-align: justify;">f.Berinteraksi dengan lingkungannya mati.</div><div style="text-align: justify;">g.Mitos timbul disebabkan antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia.</div><div style="text-align: justify;">1. Tahap teologi atau fiktif</div><div style="text-align: justify;">2. Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak </div><div style="text-align: justify;">3. Tahap positif atau ilmiah riil</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Daftar Pustaka</div><div style="text-align: justify;">Drs. Mawardi dan Ir. Nur Hidayati, IAD, ISD, IBD. Bandung : Pustaka Setia. 2007</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-4006938757978375292019-03-02T22:19:00.002+07:002019-03-02T22:19:49.980+07:00manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB 1</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A.Latar belakang</div><div style="text-align: justify;">Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhan masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin jadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.</div><div style="text-align: justify;">Seperti yang kita telah ketehui bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan YME yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia disbanding makhluk lainnya membuat manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi.</div><div style="text-align: justify;">Manusia juga disertai akal, perasaan, pikiran sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhannya yang diberikan Tuhan YME.</div><div style="text-align: justify;">B.Rumusan masalah</div><div style="text-align: justify;">1.Apa pengertian manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial</div><div style="text-align: justify;">2.Bagaimana perbedaan antara masyarakat dan komunitas</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/02/budaya-organisasi.html" target="_blank">BUDAYA ORGANISASI</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A.Pengertian Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial</div><div style="text-align: justify;">Menurut filsafat manusia, hakikat manusia itu ada tiga, yaitu: (1) manusia sebagai makhluk moral, yaitu berbuat sesuai dengan norma norma susila; (2) manusia sebagai makhluk individual, yaitu berbuat untuk kepentingan diri sendiri; (3) manusia sebagai makhluk sosial, hidup bermasyarakat, bekerja sama dan tolong menolong. Ketiga hakikat manusia itu harus berkembang dan mendapat bimbingan dan pengarahan yang benar semenjak kecil sampai dewasa, bahkan sampai usia lanjut.</div><div style="text-align: justify;">Oleh karena manusia adalah makhluk individu sekaligus juga anggota masyarakat, maka ia bebas memikirkan dan mementingkan diri sendiri menurut kehendaknya. Tetapi didalam kebebasan dan berbuat untuk kepentingan pribadi itu, ia amat bergantung kepada orang lain, malah kepada beberapa orang atau golongan, atau dengan kata lain: manusia tidak dapat berdiri sendiri sebagai individu tetapi selalu menuntut bantuan dan pertolongan orang lain serta memerlukan kerja sama untuk membina keselamatan diri.</div><div style="text-align: justify;">Masyarakatnya. </div><div style="text-align: justify;">1.Individu</div><div style="text-align: justify;">Individu terdiri dua dimensi,yaitu fisik dan psikis. Sikap perbuatan, emosi, dan sebagainya merupakan refleksi gabungan dari kedua dimensi ini. Tiap dimensi pada dasarnya mempunyai potensi lahiriah dan potensi batiniah. Potensi lahiriah yang mengacu pada potensi fisik dapat berupa geraka anggota badan, pancaindera, dan lain-lain, sedangkan potensi batiniah mengacu potensi psikis dapat berupa inteligensi, emosi, dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;">Potensi-potensi itu sebagai dasar merupakan naluriah. Untuk mengadakan pemisahan yang secara tegas nalurial dan yang lain bukan merupakan pekerjaan yang tidak muda. Ahli ilmu jiwa berbeda pendapat dalam menetapkan atau menentukan macam potensi nalurial. James misalnya,mengemukakan hampir 30 macam, sedangkan Torndike menyatakan 40 macam. Ada pula yang menyatakan hanya 9 macam dan ada pula menyatakan 60 macam.</div><div style="text-align: justify;">Hanya saja untuk mengenai individu lebih jelas jangan hanya melalui pendekatan terhadap naluri, tetapi juga harus melalui jalan yang lain. Penerusan atau pelacakan individu dari pendekatan segi naluriah saja, jadi menyebabkan seseorang terperangkap dalam kesalahan yang tidak kecil. Untuk itu, perlu diadakan pendekatan, paling tidak, dari segi fisik dan psikis.</div><div style="text-align: justify;">a.Segi fisik</div><div style="text-align: justify;">Kehadiran seseorang atau individu dalam kelompok keluarga maupun kelompok masyarakat ditandai dengan wujud fisiknya. Wujud fisik sebagai bagian dari alam selalu tunduk pada alam. Wujud fisik ini tersusun dan mempunyai struktur fisika, seperti mempunyai berat, volume, dan sifat fisika lainnya. Seorang lahir, kemudian menjadi dewasa lalu meninggal, atau ia dari kecil, menjadi besar. Gejala semacam ini merupakan gejala kealaman, yang terjadi sesuai dengan kondisi alamnya. Namun, makhluk hidup mempunyai ciri sendiri dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Faktor-faktor ini biasanya disebut dengan faktor penunjang kelangsungan hidup.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Siswanto, tahap perkembangan biologis/fisik manusia itu menurut beberapa pendapat adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">1)Pendapat Aristoteles:</div><div style="text-align: justify;">Perkembangan psikis manusia menurut Aristoteles terjadi pada setiap masa tujuh, artinya setiap kelipatan tujuh tahun terjadi prubahan.</div><div style="text-align: justify;">Tahap I : 0 th – 7 th : masa anak kecil atau masa bermain.</div><div style="text-align: justify;">Tahap II : 7 th - 14 th : masa anak,masa remaja atau masa sekolah</div><div style="text-align: justify;">rendah.</div><div style="text-align: justify;">Tahap III : 14 th- 21 th : masa remaja, atau pubertas masa peralihan</div><div style="text-align: justify;">dari anak menjadi dewasa.</div><div style="text-align: justify;">2)Pendapat Kretschmen:</div><div style="text-align: justify;">Kretschmen mengemukakan 4 tahap perkembangan yang terjadi pada fisik manusia.</div><div style="text-align: justify;">Tahap I : 0 th – 3 th :Fullung periode I anak kelihatan pendek dan</div><div style="text-align: justify;">pendek dan gemuk.</div><div style="text-align: justify;">Tahap II : 3 th -7 th : Strecking periode I anak kelihatan langsing.</div><div style="text-align: justify;">Tahap III : 7 th – 13 th : Fullung periode II, anak kelihatan pendek dan gemuk kembali.</div><div style="text-align: justify;">Tahap IV : 13 th – 20 th : Strecking periode II, anak kelihatan langsing.</div><div style="text-align: justify;">3)Pendapat Sigmund Freud:</div><div style="text-align: justify;">freud mengemukakan 6 tahap perkembangan yang terjadi pada fisik manusia antara lain:</div><div style="text-align: justify;">Fase oral 1 : 0 th - 1 th : mulut merupakan pokok aktifitas dinamik.</div><div style="text-align: justify;">Fase anak : 3 th – 5 th : dorongan dan tekanan terpusat pada pembuangan kotoran.</div><div style="text-align: justify;">Fase laten : 5th – 12 th/13th : implus cenderung untuk ada dalam menyerap.</div><div style="text-align: justify;">Fase pubertas: 12/13 th – 20 th: implus menonjol kembali.</div><div style="text-align: justify;">Faktor-faktor penunjang kehidupan manusia antara lain:</div><div style="text-align: justify;">Pangan : terdiri atas zat / sumber tenaga, seperti karbon hidrat, lemak dan protein dan zat pembangun, seperti protein, mineral dan air, serta zat pengatur seperti vitamin, mineral, protein dan air.</div><div style="text-align: justify;">Sandang: sebagai alat adaptasi terhadap kondisi alam (iklim)yang berlainan, misalnya panas dan dingin.</div><div style="text-align: justify;">Papan: usaha berlindung ancaman alam yang tidak bersahabat, seperti hujan, terik matahari, binatang buas, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;">Untuk keperluan ini, manusia selalu berhubungan dengan lingkungannya. Interaksi dengan lingkungannya inilah yang menyebabkan adanya perubahan lingkungan(hasil budaya). Di samping itu, manusia di pengaruhi manusia juga oleh lingkungannya maka tidak heran manakala ada perpedaan pertahanan fisik antara masyarakat, pegunungan, pedesaan, pedesaan dan perkotaan, akibat pembentukan oleh kondisi alamnya, seperti makanan, minuman, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;">b.Segi psikis</div><div style="text-align: justify;">Wujud idndividu tidak pernah lepas dari wujud psikisnya. Wujud psikis ini bersama-sama membentuk individu. Fungsi psikis sangat berpengaruh terhadap gerak dan tingkah laku fisik, dalam arti tingkah laku perubahan individu merupakan refreksi psikisnya, sedangkan tingkah laku fisik berpengaruh pada fungsi psikis.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Ahmad D Marinda, keterkaitan antara psikis dan fisik dapat di jabarkan dalam contoh berikut: temperatur seseorang merupakan pantulan dari kejiwaannya namun temperatur ini di pengaruhi oelh zat cair di dalam tubuh. Zat cair yaitu cairan empedu Kuning, darah, empedu, hitam dan lendir. Tenaga kejiwaan yang sangat menonjol oleh Sigmund Frend disebut dengan libidoseksualis. Libidoseksualis ini merupakan naluri tunggal dan merupakan sumber dari semua tingkah laku dan perbuatan manusia.</div><div style="text-align: justify;">Libidoseksualis sebagai sumber perbuatan dan tingkah laku manusia melahirkan dorongan,yaitu dorongan untuk hidup dan dorongan untuk mati.Dorongan untuk hidup menyebabkan terjadinya tindakan distruktif.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Ahmad D Marimba, tenaga kejiwaan berupa karsa, cipta, dan rasa.</div><div style="text-align: justify;">1)Karsa, meliputi kemampuan yang merupakan sumber dorongan (kekuatan) dari suatu kegiatan. Termasuk di dalamnya dorongan nafsu keinginan, hasrat hawa nafsu, dan kemauan.</div><div style="text-align: justify;">2)Rasa, meliputi kemampuan yang memberi sifat pada kegiatan berupa keharusan, kesenangan, ketidaksenangan dan lain-lain. Yang berhubungan erat dengan jasmania, seperti rasa sakit, rasa dingin, dan sebagainya disebut dengan perasaan jasmaniah.</div><div style="text-align: justify;">3)Cipta, merupakan kemampuan yang dapat menciptakan sesuatu dan memecahkan persoalan-persoalan,dapat mencari jalan tepat untuk sesuatu kegiatan.</div><div style="text-align: justify;"> Pengaruh lingkungan terhadap individu</div><div style="text-align: justify;">Induvidu sebagai bagian dari alamnya hidup bersama lingkungan alamnya, baik lingkungan material maupun lingkungan sosial. Kondisi alam yang berubah, seperti perubahan geografi, ekosistem, cuaca, maupun perubahan yang terjadi pada masyarakat secara langsung atau pun tidak menyebabkan perubahan pada individu, karena setiap individu harus beradaptasikan dengan lingkungan.</div><div style="text-align: justify;">Pada dasarnya individu tidak dapat keluar dari otoritas hukum alam dan kaidah norma sosial. Itulah sebabnya, penyimpangan dari keadaan semacam ini menyebabkan ia menjadi korban dalam alam sekelilingnya. Untuk mengantisipasi semua keadaan yang timbul, ia harus dibentuk dengan bermacam materi dan kondisi.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Sanapial Faisal, faktor lingkungan yang sangat mendukung dan menolong kehidupan jasmani dan rohani, menyebabkan individu dapat berkembang. Banyak ahli yang menyatakan bahwa individu tidak mempunyai arti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang mempengaruhinya. </div><div style="text-align: justify;">a.Keluarga</div><div style="text-align: justify;">Kelompok individu yang utama bahkan yang pertama adalah keluarga. Keluarga dapat di bentuk melalui persekutuan-persekutuan individu karena adanya hubungan darah perkawinan ataupun adopsi.</div><div style="text-align: justify;">Keluarga dibentuk dari dua orang individu yang berlainan jenis kelamin, yang diikat tali perkawinan. Waalaipun demikian, ada juga keluarga yang dibentuk tanpa ikatan perkawinan, tetapi mereka yang menjalankan hal semacam ini juga menganut pola-pola yang dijalankan oleh suami istri. Jika seorang wanita pindah ke keluarga suami,hal ini oleh Willian J. Goode disebut dengan patrilokal. Jika yang laki-laki masuk ke keluarga sang istri disebut matrilokal, sedangkan bila mereka pindah ke tempat tersendiri disebut dengan neolokal.</div><div style="text-align: justify;">Keterpisahan seseorang dari keluarga baik karena ikut mertua, membentuk rumah sendiri atau di angkat anak oleh keluarga lain, tidak menghilangkan kekerabatan dengan keluarga asalnya, karena kekerabatan ini terkait dengan garis keturunan, baik dari pihak ayah ataupun ibu, serta perkawinan dan adoptasi.</div><div style="text-align: justify;">Kekerabatan seseorang dengan orang lain karena adanya keterkaitan dengan garis keturunan dari pihak ayah disebut dengan patrinial, sedangkan apabila kekerabatan itu mempunyai keterkaitan dengan garis keturunan dari pihak ibu disebut dengan matrinial.</div><div style="text-align: justify;">Dilihat dari segi tanggung jawab kewajiban ,kekerabatan keluarga disini termaksud dalam persekutuan gemeinschaft, yaitu koleksif yang besar. Dalam keluarga tradisional yang menjadikan ayah sebagai kepala keluarga,ia berupaya memenuhi semua kebutuhan anggota keluarganya.</div><div style="text-align: justify;">Pengaruh Keluarga terhadap Anggota-anggotanya</div><div style="text-align: justify;">Menurut Dewi Sulistya, karakteristik keluarga dapat diidentifikasikan dengan hal-hal berikut:</div><div style="text-align: justify;">a.Keluarga terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah, atau adopsi. Yang mengikat suami dan istri adalah perkawinan yang mempersatukan orang tua dan anak-anaknya adalah hubungan darah (umum) dan kadang-kadang adopsi (pengangkatan), anak angkat.</div><div style="text-align: justify;">b.Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah, dan mereka membentuk satu rumah tangga (household) Kadang-kadang satu rumah tangga itu terdiri atas kakek dan nenek, anak-anak, cucu. Kadang-kadang satu rumah tangga terdiri atas suami dan istri , tanpa anak, atau dengan satu atau dua, tiga anak saja.</div><div style="text-align: justify;">c.Keluarga merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, peran saudara dan peran saudari. Peran –peran ini erat kaitannya dengan trandisi masyarakat setempat, perasaan-perasaan yang muncul dari pengalaman keluarga itu.</div><div style="text-align: justify;">d.Keluarga itu mempertahan kan suatu kebudayaan bersama, yang sebagai besar berasal dari kebudayaan umum. Akan tetapi, pada masyarakat yang terdapat banyak kebudayaan, setiap keluarga mengembangkan kebudayaan itu sendiri.</div><div style="text-align: justify;">Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keluarga.</div><div style="text-align: justify;">1)Status sosial ekonomi keluarga</div><div style="text-align: justify;">Hubungan sosial antara anak-anak dengan orang tua dan anak akan lebih baik, sebab orang tua tidak ditekankan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga perhatian dapat di curahkan kepada anak-anak mereka.</div><div style="text-align: justify;">2)Faktor keutuhan keluarga</div><div style="text-align: justify;">Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ialah faktor keutuhan keluarga. Faktor ini ditekankan pada strukturnya,yaitu keluarga yang lengkap, yaitu ayah, ibu, dan anak. Di samping keutuhan keluarga, juga ada faktor keutuhan interaksi hubungan antara anggota satu dan anggota keluarga yang lain.</div><div style="text-align: justify;">3)Sikap dan kebiasaan Orang tua</div><div style="text-align: justify;">Peranan keadaan keluarga terhadap perkembangan sosial anak tidak hanya terbatas pada situasi sosial ekonominya atau kebutuhan struktur dan interaksinya, tetapi cara-cara atau sikap dalam pergaulannya juga memegang peranan penting dalam perkembangan sosial mereka. </div><div style="text-align: justify;"> Perkawinan sebagai Elemen Pembentukan Keluarga</div><div style="text-align: justify;">Perkawinan dapat diasumsikan sebagai keterkaitan seorang pria dan wanita untuk menjalin hubungan dan hidup bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dari segi hukum adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan membentuk keluarga (rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.</div><div style="text-align: justify;">Menurut UU Perkawinan, Perkawinan sebagai upaya dasar untuk pembentukan keluarga dimulai sejak pemilihan jodoh, agar pihak pria dan wanita sebagai calon suami istri dipilih orang-orang yang dapat memegang peran masing-masing dan menempati fungsinya, kewajiban dan tanggung jawab menurut bentuk keluarga yang di cita-citakan. Oleh karena itu, pemilihan jodoh difokuskan pada pemilihan orang yang bekerja dan hidup bersama untuk mencapai tujuan bersama atas dasar saling pengertian.</div><div style="text-align: justify;"> Keluarga sebagai wadah kehidupan individu mempunyai peran</div><div style="text-align: justify;">Penting dalam membina dan mengembangkan individu yang bernaung didalamnya.</div><div style="text-align: justify;">Menurut William F.Ogburn, sebagaimana yang di kutip Dwi Sulisyo, fungsi keluarga secara luas dapat berupa.</div><div style="text-align: justify;">a.Fungsi pelindung</div><div style="text-align: justify;">b.Fungsi ekonomi</div><div style="text-align: justify;">c.Fungsi pendidikan</div><div style="text-align: justify;">d.Fungsi rekreasi</div><div style="text-align: justify;">e.Fungsi agama</div><div style="text-align: justify;">Merstedt mengemukakan fungsi keluarga:</div><div style="text-align: justify;">a.Mengatur dan menguasai implus-implus</div><div style="text-align: justify;">b.Membantu</div><div style="text-align: justify;">c.Menegakkan antar budaya</div><div style="text-align: justify;">d.Mewujudkan status.</div><div style="text-align: justify;">2.Masyarakat</div><div style="text-align: justify;">Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk masyarakat.Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk, seperti berkoperasi, hubungan antar pribadi, mengikatkandiri pada kelompoknya, dan sebagainya.Individu yang lahir ke dunia ini telah memiliki atau membawa dorongan kemasyarakatan, dengan sendirinya ia selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.</div><div style="text-align: justify;">Lebih lanjut sikap kemasyarakatan menurut P.J. Bouma, karena adanya faktor-faktor :</div><div style="text-align: justify;">a.Kecenderungan sosial</div><div style="text-align: justify;">b.Rasa harga diri</div><div style="text-align: justify;">c.Kecenderungan untuk patuh</div><div style="text-align: justify;">d.Kecenderungan untuk mandiri</div><div style="text-align: justify;">e.Kecenderungan menurut</div><div style="text-align: justify;">f.Hasrat tolong-menolong dan meniru</div><div style="text-align: justify;">g.Hasrat berjuang</div><div style="text-align: justify;">h.Hasrat memberi tahu dan sifat mudah menerima.</div><div style="text-align: justify;">Hubungan individu dalam kelompok ditandai dengan ciri yang sama. Ciri-ciri inilah, masyarakat dapat dibedakan pada kelompok tertentu.</div><div style="text-align: justify;"> Bentuk –bentuk masyarakat</div><div style="text-align: justify;">Atas dasar ketergantungan seorang kepada orang lain dan untuk mencari tujuan bersama, setiap orang bekerja sama dengan orang lain. Perbedaan prinsip, nilai, kepentingan tujuan antarkelompok masyarakat melahirkan bermacam-macam bentuk masyarakat. Dari segi pengelompokannya, masyarakat terbagi atas masyarakat paguyuban (gemein Schaft) dan masyarakat patembayan (gesel Schaft).</div><div style="text-align: justify;">a.Masyarakat Paguyuban (gemeinschaft)</div><div style="text-align: justify;">Masyarakat paguyuban dapat diartikan sebagai persekutuan hidup. P.J. Bouman (1976) lebih lanjut mengemukakan arti masyarakat paguyuban ini sebagai suatu persekutuan manusia yang disertai perasaan setia kawan dan keadaan kolektif yang besar.</div><div style="text-align: justify;">Ciri-ciri masyarakat paguyuban inidpat dilihat dari adanya ketaatan, kesetiaan, dan kerelaan berkorban sebagaimana yang terdapat pada keluarga. Bouman mengumpamakan hal ini dengan ikatan organis antar sel-sel dalam tubuh tanaman, atau seperti alat-alat tubuh yang secara fungsional hidup masyarakat paguyuban yang bertalian sangat erat satu dan lainnya. Demikian juga individu dalam suatu persekutuan hidup masyarakat paguyuban yang bertalian sangat erat satu dan lainnya.</div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, individu sebagai bagian unsur dari kelompok,merupakan unsur ciri yang vital. Ciri –ciri masyarakat peguyuban ini diantarannya.</div><div style="text-align: justify;">1.Rela berkorban untuk kepentingan bersama</div><div style="text-align: justify;">2.Pemenuhan hak tidak selalu dikaitkan dengan kapasitas pemenuhan kewajibannya.</div><div style="text-align: justify;">3.Solidaritas yang sangat kokoh dan bersifat permanen.</div><div style="text-align: justify;">b.Masyarakat Patembayan (Gessel Schaft)</div><div style="text-align: justify;">Bila dibandingkan dengan masyarakat paguyuban, masyarakat patembayan mempunyai pertalian yang lebih renggang. Contohnya masyarakat patembayan ini adalah organisasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan ragamnya.</div><div style="text-align: justify;">Keterikatan mereka hanya diletakan pada dasar untuk mencapai tujuan bersama. Hak seseorang di berikan dengan memperhitungkan pemenuhan kewajibannya yang di berikan kepada organisasi sehingga sifat keakuan tiap individu pada masyarakat patembayan ini masih sangat menonjol, bahkan tidak jarang tiap individu masih membawa missi dan kepentingan sendiri.</div><div style="text-align: justify;">Ciri masyarakat ini di antaranya;</div><div style="text-align: justify;">1.Pemenuhan hak seseorang didasarkan pada pemenuhan kewajiban.</div><div style="text-align: justify;">2.Solidaritas antara anggota tidak terlalu kuat dan hanya bersifat sementara.</div><div style="text-align: justify;">Demikian bentuk masyarakat asal ditinjau dari keterkaitannya antara satu dan anggota lainnya.</div><div style="text-align: justify;">Tingkatan-tingkatan masyarakat</div><div style="text-align: justify;">Ditinjau dari akibat perubahan dan perkembangan yang terjadi,bentuk masyarakat dapat diklasifikasikan pada masyarakat tradisonal dan masyarakat modern.</div><div style="text-align: justify;">1.Masyarakat Tradisional</div><div style="text-align: justify;">Masyarakat tradisional, sebagai bentuk dari kehidupan bersama, mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan lingkungan hidupnya. Hal ini dapat dimengerti bahwa kehidupan masyarakat tradisional sangat bergntung pada manusia lain dan kondisi alam. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan dipenuhi dari alam sekitarnya.</div><div style="text-align: justify;">Sebagian besar dari masyarakatyang tidak mempunyai tanah harus menggantungkan penghidupannya pada tuan-tuan tanah (feodalis) sebagai buruh sehingga timbul dominasi kaum feodal terhadap kaum buruh. Kaum feudal yang menjadi tempat bergantung masyarakat banyak, dengan sendirinya menempatkan dirinya sebagai pimpinan atau tokoh masyarakat.</div><div style="text-align: justify;">Dalam kehidupan yang serba sederhana ini, pekerjaan-pekerjaan seperti bertani, mendirikan rumah, dan sebagainya dikerjakan bersama. Keadaan ini membentuk sikap dan hubungan yang sangat erat antarindividu. Oleh karena itu, gotong royong atau tolong menolong merupakan cirri lain dari masyarakat tradisional.</div><div style="text-align: justify;">2.Masyarakat Moderen.</div><div style="text-align: justify;">Masyarakat modern merupakan pola perubahan dari masayarakat tradisional yang telah mengalami kemajuan dapat terlihat pada aspek kehidupan. Salah satu ukuran kemajuan dapat dilihat terlihat pada pola hidup dan kehidupannya. Dibidang mata pencaharian, mereka tidak bergantung pada sector pertanian semata,tetapi merambat pada sector lain seperti jasa dan perdagangan.</div><div style="text-align: justify;">Seseorang yang telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu dapat mempergunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk kepentingan orang lain, seperti melakukan jasa kesehatan, konsultan, advokat, perbankan dan sebagainya. Jadi gerakan-gerakan ekonomi pada masyarakat modern telah bergeser pada bidang-bidang yang belum dijamah masyarakat tradisional. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A.Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">Manusia adalah makhluk individu sekaligus juga anggota masyarakat, maka ia bebas memikirkan dan mementingkan diri sendiri menurut kehendaknya. Tetapi didalam kebebasan dan berbuat untuk kepentingan pribadi itu, ia amat bergantung kepada orang lain, malah kepada beberapa orang atau golongan, atau dengan kata lain: manusia tidak dapat berdiri sendiri sebagai individu tetapi selalu menuntut bantuan dan pertolongan orang lain serta memerlukan kerja sama untuk membina keselamatan diri.</div><div style="text-align: justify;">Individu terdiri dua dimensi,yaitu fisik dan psikis. Sikap perbuatan, emosi, dan sebagainya merupakan refleksi gabungan dari kedua dimensi ini. Tiap dimensi pada dasarnya mempunyai potensi lahiriah dan potensi batiniah. Potensi lahiriah yang mengacu pada potensi fisik dapat berupa geraka anggota badan, pancaindera, dan lain-lain, sedangkan potensi batiniah mengacu potensi psikis dapat berupa inteligensi, emosi, dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;">Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk masyarakat.Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk, seperti berkoperasi, hubungan antar pribadi, mengikatkandiri pada kelompoknya, dan sebagainya.Individu yang lahir ke dunia ini telah memiliki atau membawa dorongan kemasyarakatan, dengan sendirinya ia selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.</div><div style="text-align: justify;">B.Saran</div><div style="text-align: justify;">Dari terselesaikannya makalah yang kami susun semampu kami, kami mengharap para pembaca dapat memahami isi dari makalah yang membahas perihal “Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial”.</div><div style="text-align: justify;">Selain itu, kami mengharapkan kepada dosen pengampu beserta para pembaca sekalian kritik dan sarannya guna untuk meningkatkan kemampuan kami dalam tata cara menulis, tata cara penyusunan kata, bahasa dan lain sabagainya dalam penyelesaian makalah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Mustari, Mohamad. Refleksi Untuk Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Laksbang Pressin, 2011.</div><div style="text-align: justify;">Mawardi. IAD, ISD dan IBD. Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-40140573495258135952019-02-16T21:06:00.003+07:002019-02-16T21:06:50.673+07:00BUDAYA ORGANISASI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A.Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Dalam sebuah organisasi pasti mempunyai budaya karena ini menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya dalam sebuah organisasi ada yang sesuai dan ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan agar dapat bertahan di organisasi tersebut.</div><div style="text-align: justify;">Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan budayanya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.</div><div style="text-align: justify;">Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan kerja. Memang banyak faktor lain yang menyebabkan anggota tidak memperoleh kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan faktor yang utama.</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/02/konsep-dasar-kepemimpinan.html" target="_blank">KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN</a></blockquote><div style="text-align: justify;">B.Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">a.Apa pengertian budaya dan organisasi?</div><div style="text-align: justify;">b.Apa pengertian budaya organisasi?</div><div style="text-align: justify;">c.Mengapa budaya sangat penting dalam oraganisasi?</div><div style="text-align: justify;">d.Apa yang menjadi faktor penentu terbentuknya budaya organisasi?</div><div style="text-align: justify;">e.Bagaimana tipe, fungsi dan karakteristik budaya organisasi?</div><div style="text-align: justify;">f.Bagaimana pengaruh budaya keja terhadap manajemen organisasi pendidikan Islam?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C.Tujuan Pembahasan</div><div style="text-align: justify;">a.Untuk mengetahui pengertian budaya dan organisasi</div><div style="text-align: justify;">b.Untuk mengetahui pengertian budaya organisasi</div><div style="text-align: justify;">c.Untuk mengetahui pentingnya budaya dalam organisasi</div><div style="text-align: justify;">d.Untuk mengetahui faktor penentu terbentukya budaya organisasi</div><div style="text-align: justify;">e.Untuk mengetahui tipe, fungsi dan karakteristik budaya organisasi</div><div style="text-align: justify;">f.Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja terhadap manajemen organisasi pendidikan Islam?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A.Pengertian Budaya dan Organisasi</div><div style="text-align: justify;">1.Pengertian Budaya</div><div style="text-align: justify;">Krober dan kluchon tahun 1952 menemukan 164 definisi budaya. Taliziduhu Ndraha dalam bukunya Budaya Organisasi mengemukakan pendapat Edward Burnett dan Vijay Sathe, sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">1.Vijay Sathe: “Culture is the set of important assumption (opten unstated) that members of a community share in common.” (Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiiki bersama anggota masyarakat).[ U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 87]</div><div style="text-align: justify;">2.Edgar H.Schein: “Budaya adalah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah, adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, budaya diajarkan/diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut.”</div><div style="text-align: justify;">Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai budaya, yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat absrak. Adapun perwujudan budaya berupa benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lainnya, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia melangsungkan kehidupan bermasyarakat. [ Ibid, hlm. 88]</div><div style="text-align: justify;">2.Pengertian Organisasi</div><div style="text-align: justify;">Organisasi dalam bahasa yunani berasal dari kata organon yang berarti alat. Pengertian organisasi telah telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan berbagai bahan perbandingan, berikut disampaikan beberapa pengertian organisasi.</div><div style="text-align: justify;">a.Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya The Executive functions mengemukakan, “organisasi adalah sistem kerja sama antara dua orang atau lebih.”</div><div style="text-align: justify;">b.James D. Mooney mengatakan, “organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.”</div><div style="text-align: justify;">c.Robbins, S.P., (1986) mengatakan, “organisasi adalah suatu sistem yang terdiri atas pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.”</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sekumpulan orang dapat dikatakan sebagai organisasi jika memenuhi empat unsur pokok, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1.Organisasi merupakan sistem;</div><div style="text-align: justify;">2.Adanya pola aktivitas;</div><div style="text-align: justify;">3.Adanya sekelompok orang;</div><div style="text-align: justify;">4.Adanya tujuan yang telah diterapkan;</div><div style="text-align: justify;">5.Kerja sama;</div><div style="text-align: justify;">6.Sistem koordinasi;</div><div style="text-align: justify;">7.Pembagian tugas dan tanggung jawab;</div><div style="text-align: justify;">8.Sumber daya organisasi;[ Ibid, hlm. 92-94]</div><div style="text-align: justify;">B.Pengertian Budaya Organisasi</div><div style="text-align: justify;">Budaya organisasi telah banyak didefinisikan oleh pakar manajemen/organisasi. Berikut adalah beberapa definisi tentang budaya organisasi.</div><div style="text-align: justify;">1.Michael Amstrong mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah pola sikap, keyakinan, asumsi, dan harapan yang dimiliki bersama, yang munkin tidak dicatat, tetapi membentuk cara bagaimana orang-orang bertindak dan berinteraksi dalam organisasi dan mendukung bagaimana hal-hal dilakukan.</div><div style="text-align: justify;">2.Davis (1984) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi.[ Didin Kurniadin, Manajemen Pendidikan (Jogjakrta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 246]</div><div style="text-align: justify;">C.Pentingnya Budaya Bagi Organisasi Bisnis</div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana diterangkan di muka, budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan lingkungan dimana organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. Budaya Organisasi penting sekali untuk dipahami karena banyak pengalaman menunjukkan bahwa ternyata budaya organisasi ini tidak saja berbicara mengenai bagaimana sebuah organisasi bisnis menjalankan kegiatan sehari-hari, tetapi juga sangat mempengaruhi bagaimana kinerja yang dicapai oleh sebuah organisasi bisnis. Sebagai contoh perusahaan Levi Strauss menganggap bahwa salah satu kunci kesuksesan bisnisnya adalah disebabkan oleh budaya organisasi yang telah dibangun di sebuah bangunan selama kurang lebih 68 tahun. Di sebabkan perkembangan bisnis yang pesat, para eksekutif di Levi Strauss berfikir untuk memindahkan perusahaannya ke bangunan yang lebih luas dan besar. Apa yang kemudian terjadi? Setelah mereka pindah ke bangunan 12 lantai, para eksekutif justru menemukan bahwa para anggota perusahaan tidak menikmati kepindahan kegiatan di bangunan yang baru, dan kinerja perusahaan justru menurun. Akhirnya eksekutif Levi Strauss memindahkan kembali kegiatannya ke gedung yang lama. Para anggota perusahaan menganggap bahwa gedung yang lama lebih membuat mereka merasa nyaman dalam bekerja, karena kesannya yang informal, dan dapat melakukan interaksi secara lebih mudah. Ternyata budaya informal yang dibangun di perusahaan Levi Strauss memegang kunci kesuksesannya.[ Nashar, Dasar-dasar Manajemen (Surabaya: Pena Salsabila, 2013),hlm. 83]</div><div style="text-align: justify;">Budaya organisasi pada dasarnya merupakan apa yang dirasakan, diyakini, dan dijalani oleh sebuah organisasi. Bank Amerika misalnya memiliki budaya organisasi untuk bekerja secara formal, ketat, bahkan cenderung kaku dalam menjalankan peraturan. Para pegawai di perusahaan ini harus memakai pakaian yang sangat formal seperti kemeja, dasi, dan jas. Berbeda dengan perusahaan texas instruments yang menerapkan budaya organisasi di mana pengguna dasi merupakan sesuatu yang dihindari dalam bekerja, dan mereka cenderung untuk berbusana secara informal dan casual, seperti t-shirt, kaos, dan sebagian pekerjanya menggunakan jaket.</div><div style="text-align: justify;">Budaya organisasi akan sangat berbeda dari satu perusahaan dengan perusahaan lain. Namun pada intinya yang di anut oleh sebuah perusahaan akan menentukan bagaimana kesuksesan dapat mereka raih. Namun demikian, budaya organisasi berbeda tidak saja antar perusahaan, namun juga antar bagian di sebuah perusahaan.bagian pemasaran dan SDM barangkali memiliki budaya organisasi yang lebih fleksibel dibandingkan dengan bagian keungan dan produksi. Oleh karena kecenderungan ini ada di setiap organisasi, maka budaya organisasi merupakan faktor yang akan menentukan bagaimana tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.[ Ibid, hlm. 84]</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D.Faktor Penentu Terbentuknya Budaya Organisasi</div><div style="text-align: justify;">kita barangkali akan bertanya-tanya dari mana sesungguhnya budaya organisasi itu ada. Berdasarkan catatan teoritis dan empiris, budaya organisasi merupakan nilai dan keinginan yang dipegang oleh sebuah organisasi dari sejak organisasi tersebut terbentuk, tumbuh, dan berkembang. Apa yang dirasakan, dialami oleh setiap perusahaan mulai mereka membangun bisnisnya hingga kesuksesan bahkan juga tidak juga terkecuali kegagalan yang pernah dialaminya, membangun sebuah budaya dalam organisasi.sebuah perusahaan akan menemukan bahwa dari sekian tahun perjalanan bisnisnya banyak hal yang kemudian dapat dijadikan nilai-nilai dan norma yang dapat dipegang teguh oleh organisasi untuk meraih sukses dalam jangka panjang.[ Ibid, hlm. 84]</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan pemahaman di atas, faktor yang menentukan terbentuknya budaya organisasi adalah pengalaman yang dijalani oleh organisasi itu sendiri. Pengalaman bisa berupa kesuksesan maupun kegagalan. Kesuksesan bisa disebabkan karena karena adanya konsep bisnis yang tepat, pendekatan manajemen yang terbaik dan lain-lain. Sebaliknya kegagalan dapat disebabkan oleh ketidaktepatan konsep bisnis yang dijalankan, pendekatan manajemen yang buruk atau bahkan mungkin faktor lingkungan eksternal yang tidak sanggup diantisipasi oleh perusahaan. Fase-fase kesuksesan dan kegagalan ini pada dasarnya menentukan bagaimana budaya organisasi terbentuk dan diyakini kemudian oleh organisasi tersebut sebagai sebuah konsep norma dan nilai yang dianut dan mempengaruhi keseluruhan cara kerja perusahaan.[ Ibid, hlm. 85] </div><div style="text-align: justify;">E.Tipe, Karakteristik, dan Fungsi Budaya</div><div style="text-align: justify;">1.Tipe Budaya Organisasi</div><div style="text-align: justify;">Noe dan Mondy (1996:237) membedakan tipe budaya organisasi dalam dua kelompok, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1) Open and participative culture;</div><div style="text-align: justify;">2)Closed and autocratic culture. Open and participative culture ditandai oleh adanya kepercayaan terhadap bawahan, komunikasi yang terbuka, kepemimpinan yang sportif dan penuh perhatian, penyelesaian masalah secara kelompok, adanya otonomi pekerja, sharing informasi, serta pencapaian tujuan yang output-nya tinggi.</div><div style="text-align: justify;">Closed and autocratic culture ditandai oleh pencapaian tujuan output yang tinggi, namun pencapaian tersebut mungkin lebih dinyatakan dan dipaksakan pada organisasi dengan para pemimpin yang otokrasi dan kuat. Semakin besar rigiditas dalam budaya ini, yang merupakan hasil kepatuhan yang ketat terhadap suatu mata rantai komando formal, semakin sempit pula tentang manajemen dan akuntabilitas individual. Selain itu, karakteristik ini lebih menekankan pada individual daripada teamwork.[ Didin Kurniadin, Ibid, hlm. 247-248]</div><div style="text-align: justify;">2.Fungsi Budaya Organisasi</div><div style="text-align: justify;">a.perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi</div><div style="text-align: justify;">b.alat pengorganisasian anggota</div><div style="text-align: justify;">c.menguatkan nilai-nilai dalam organisasi</div><div style="text-align: justify;">d.mekanisme kontrol perilaku (Nelson dan Quick, 1997), pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.</div><div style="text-align: justify;">e.Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi</div><div style="text-align: justify;">f. Mempermudah tumbuhnya komitmen</div><div style="text-align: justify;">g.Meningkatkan kemantapan sistem sosial, sebagai perekat sosial, menuju integrasi organisasi.[ U. Saefullah, Ibid, hlm. 101]</div><div style="text-align: justify;">3.Karakteristik Budaya Organisasi</div><div style="text-align: justify;">Susanto (1997: 17) mengemukakan sepuluh karakteristik budaya organisasi sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">1. Inisiatif individu: seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Hal ini meliputi tanggung jawab, kebebasan, dan indepedensi dari masing-masing anggota organisasi, dalam artian seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam melaksanakan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya dan seberapa luas kebebasan mengmbil keputusan.</div><div style="text-align: justify;">2. Toleransi terhadap risiko: menggambarkan seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih agresif, inovatif, dan mau menghadapi risiko dalam pekerjaannya.</div><div style="text-align: justify;">3. Pengarahan: berkenaan dengan kejelasan sebuah organisasi dalam menentukan objek dan harapan terhadap sumber daya manusia terhadap hasil kerjanya. Harapan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas, dan waktu.</div><div style="text-align: justify;">4.Integrasi: seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama yang ditekankan dalam melaksanakan tugas dari masing-masing unit di dalam suatu organisasi dengan koordinasi yang baik.</div><div style="text-align: justify;">5.Dukungan manajemen: dalam hal ini seberapa jauh para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.</div><div style="text-align: justify;">6.Pengawasan: meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk melihat secara keseluruhan dari perilaku karyawan.</div><div style="text-align: justify;">7.Identitas: menggambarkan pemahaman anggota organisasi yang loyal kepada organisasi secara penuh dan seberapa jauh loyalitas karyawan tersebut terhadap organisasi.</div><div style="text-align: justify;">8.Sistem penghargaan pun akan dilihat dalam budaya organisasi, dalam arti pengalokasian reward (kenaikan gaji, promosi) berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan yang telah ditentukan.</div><div style="text-align: justify;">9.Toleransi terhadap konflik: menggambarkan sejauh mana usaha untuk mendorong karyawan agar bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi.</div><div style="text-align: justify;">10.Pola komunikasi yang terbatas pada hierarki formal dari setiap perusahaan.[ Didin Kurniadin, Ibid, hlm. 254-255]</div><div style="text-align: justify;">F.Pengaruh Budaya Kerja terhadap Manajemen Organisasi Pendidikan Islam</div><div style="text-align: justify;">Salah satu yang berpengaruh terhadap manajemen lembaga pendidikan islam adalah adanya budaya kerja dalam organisasi. Budaya kerja sudah lama dikenal oleh umat manusia, tetapi belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, agama, norma, dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan kualitas kerja, dinamakan budaya kerja.[ U. Saefullah, Ibid, hlm. 103]</div><div style="text-align: justify;">Budaya kerja merupakan pandangan hidup yang menjadi nilai, kebiasaan, kekuatan, dan pendorong dalam kehidupan kelompok masyarakat atau organisasi, yang tercermin pada sikap dan perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat, dan tindakan dalam pekerjaan dan profesionalisme. Budaya kerja organisasi meliputi manajemen pengembangan, perencanaan, produksi, dan pelayanan produk yang berkualitas, ekonomis, dan memuaskan.</div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, budaya kerja menggambarkan hal-hal berikut:</div><div style="text-align: justify;">1.Kualitas manusia berkaitan dengan identitas bangsa yang menjadi tolok ukur dalam pembangunan. </div><div style="text-align: justify;">2.Integritas bangsa yang menjamin kesinambungan kehidupan bangsa.</div><div style="text-align: justify;">3.Falsafah bangsa yang mendorong prestasi kerja.</div><div style="text-align: justify;">4.Reformasi kinerja dan tanpa henti melakukan penyempurnaan dan perbaikan.</div><div style="text-align: justify;">5.Perilaku kerja yang tercermin pada sikap disiplin, kerja keras, ulet, produktif, tanggung jawab, motivasi, manfaat, kreatif, dinamis, konsekuen, konsisten, responsif, mandiri, dan penuh tanggung jawab (Umam, 2012: 18).[ U. Saefullah, Ibid, hlm. 104]</div><div style="text-align: justify;">Budaya kerja dalam organisasi berdampak positif pada manajemen kelembagaan pendididkan islam, yaitu sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">1.Menghargai waktu</div><div style="text-align: justify;">2.Bekerja dengan sebaik mungkin </div><div style="text-align: justify;">3.Bekerja secara profesional</div><div style="text-align: justify;">4.Bekerja dengan jujur dan berniat ibadah</div><div style="text-align: justify;">5.Meningkatkan prestasi kerja </div><div style="text-align: justify;">6.Kinerja yang optimal</div><div style="text-align: justify;">7.Membangun manajemen keterbukaan</div><div style="text-align: justify;">8.Kompetisi yang sehat</div><div style="text-align: justify;">9.Menghilangkan kolusi, nepotisme, dan korupsi</div><div style="text-align: justify;">10.Menerapkan cara kerja yang efektif dan efisien</div><div style="text-align: justify;">11.Kepemimpinan yang karismatik dan demokratis</div><div style="text-align: justify;">12.Membuka peluang yang sama untuk semua pegawai dalam mengembangkan prestasi, karier, dan jabatannya.</div><div style="text-align: justify;">13.Melaksanakan kepemimpinan atas dasar kekuasaan yang sah, mekanisme sistem informasi yang baik, dan partisipasi aktif dari bawahan.</div><div style="text-align: justify;">14.Membangun prinsip-prinsip etika manajemen dalam lembaga pendidikan islam. Prinsip-prinsip etika manajemen menurut Supriadi (2007: 20) dalah sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">a.Prinsip keindahan (beauty)</div><div style="text-align: justify;">Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Banyak filsuf mengatakan bahwa hidup dan kehidupan manusia merupakan keindahan. Dengan demikian, berdasarkan prinsip ini, etika manusia berkaitan atau memerhatikan nilai-nilai keindahan. Etika dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang dilandasi oleh nilai-nilai estetika antara lain diwujudkan dengan perancangan tata ruang, furnitur, dan hiasan dinding serta eksesoris lainnya yang bersifat islami dan menarik.[ U. Saefullah, Ibid, hlm. 105]</div><div style="text-align: justify;">b.Prinsip persamaan (equality)</div><div style="text-align: justify;">Hakikat kemanusiaan menghendaki adanya persamaan antara manusia. Setiap manusia yang terlahir di bumi memiliki hak dan kewajiban masing-masing, pada dasarnya adalah sama atau sederajat. Konsekuensi dari ajaran persamaan ras juga menuntut persamaan di antara beraneka ragam etnis. Etika yang dilandasi oleh prinsip persamaan (equality) ini dapat menghilangkan perilaku diskriminatif, yang membeda-bedakan dalam berbagai aspek interaksi manusia. Guru misalnya, tidak dapat membeda-bedakan tingkat pelayanan terhadap muridnya. Yang membedakan dalam pemberian layanan guru kepada muridnya adalah tinggi rendahnya tinggi tingkat urgensinya, sehingga dapat diberikan prioritas-prioritas tertentu.</div><div style="text-align: justify;">c.Prinsip kebaikan (goodness)</div><div style="text-align: justify;">Secara umum, kebaikan berarti sifat atau karakterisasi dari sesuatu yang menimbulkan pujian. Perkataan baik (good) mengandung sifat seperti persetujuan, pujian, keunggulan, kekaguman, atau ketepatan. Dengan demikian, prinsip kebaikan sangat erat kaitannya dengan hasrat dan cita manusia. Apabila orang menginginkan kebaikan dari suatu ilmu pengetahuan, misalnya, ia akan mengandalkan objektivitas ilmiah, kemanfaatan pengetahuan, rasionalitas, dan sebagainya. Jika menginginkan kebaikan tatanan sosial, yang diperlakukan adalah sikap-sikap sadar hukum, saling menghormati, perilaku yang baik (good habits), dan sebagainya. Jadi, lingkup dari ide atau prinsip kebaikan bersifat universal. Kebaikan ritual dari agama yang satu mungkin berlainan dengan agama yang lain. Akan tetapi, kebaikan agama yang berkenaan dengan masalah kemanusiaan, hormat-menghormati di antara sesama, berbuat baik kepada orang lain, kasih sayang, dan sebagainya merupakan nilai-nilai kebaikan yang sudah pasti diterima.</div><div style="text-align: justify;">Dalam lembaga pendidikan Islam, tujuan penyelengaraan, pembagunan, dan pelayanan pada dasarnya menciptakan kebaikan dan perbaikan bagi anggota lembaga.[ U.Saefullah, Ibid, hlm. 106]</div><div style="text-align: justify;">d.Prinsip keadilan (justice)</div><div style="text-align: justify;">Suatu definisi tertua yang hingga kini masih sangat relevan untuk merumuskan keadilan (justice berasal dari zaman Romawi Kuno) adalah justitia est contants et perpetua voluntas jus suum cuique tribuendi (keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya)</div><div style="text-align: justify;">e.Prinsip kebebasan (liberty)</div><div style="text-align: justify;">Secara sederhana, kebebasan dapat dirumuskan sebagai keleluasaan untuk bertindak atau tidak bertindak berdasarkan pilihan yang tersedia bagi seseorang. Kebebasan muncul dari doktrin bahwa setiap orang memiliki hidupnya sendiri, dan memiliki hak untuk bertindak menurut pilihannya sendiri kecuali jika pilihan tindakan tersebut melanggar kebebasan yang sama dari orang lain sehingga kebebasan manusia mengandung pengertian:</div><div style="text-align: justify;">1)Kemampuan untuk menentukan sendiri;</div><div style="text-align: justify;">2)Kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan.</div><div style="text-align: justify;">Tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab, dan begitu pula tidak ada tanggungjawab tanpa kebebasan. Semakin besar kebebasan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar pula tanggung jawab yang dipikulnya.</div><div style="text-align: justify;">f.Prinsip kebenaran (truth) </div><div style="text-align: justify;">Ide kebenaran biasanya dipakai dalam pembicaraan mengenai logika ilmiah, sehingga diketahui adanya kriteria kebenaran dalam berbagai cabang ilmu, misalnya matematika, ilmu fisika, biologi, sejarah, dan filsafat. Akan tetapi, ada pula kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan dengan keyakinan, bukan dengan fakta empiris dan positivistis. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan kepada masyarakat agar masyarakat meyakininya secara rasional. Oleh karena itu, kebenaran dalam konteks pemikiran dengan keyakinan agama perlu dibedakan. Kebenaran dalam pemikiran bersifat relatif, sedangkan kebenaran karena keyakinan dapat bersifat absolut.[ Ibid, hlm. 107]</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A.KESIMPULAN</div><div style="text-align: justify;">1.Budaya adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat absrak. Sedangkan, organisasi adalah organisasi adalah suatu sistem yang terdiri atas pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.</div><div style="text-align: justify;">2.Budaya organisasi adalah pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi.</div><div style="text-align: justify;">3.Budaya bagi organisasi bisnis penting sekali untuk dipahami karena banyak pengalaman menunjukkan bahwa ternyata budaya organisasi ini tidak saja berbicara mengenai bagaimana sebuah organisasi bisnis menjalankan kegiatan sehari-hari, tetapi juga sangat mempengaruhi bagaimana kinerja yang dicapai oleh sebuah organisasi bisnis.</div><div style="text-align: justify;">4.Faktor yang menentukan terbentuknya budaya organisasi adalah pengalaman yang dijalani oleh organisasi itu sendiri. Pengalaman bisa berupa kesuksesan maupun kegagalan.</div><div style="text-align: justify;">5.Tipe dalam budaya organisasi adalah Open and participative culture dan Closed and autocratic culture. </div><div style="text-align: justify;">Fungsi budaya organisasi adalah Perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi, alat pengorganisasian anggota dan menguatkan nilai-nilai dalam organisasi.</div><div style="text-align: justify;">Karakteristik budaya organisasi adalah Inisiatif individu, toleransi terhadap risiko, pengarahan, integrasi, dukungan manajemen, pengawasan, identitas, sistem penghargaan pun akan dilihat dalam budaya organisasi, Toleransi terhadap konflik, pola komunikasi yang terbatas pada hierarki formal dari setiap perusahaan.</div><div style="text-align: justify;">6.Yang berpengaruh terhadap manajemen lembaga pendidikan islam adalah adanya budaya kerja dalam organisasi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Saefullah, U. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2012</div><div style="text-align: justify;">Kurniadin, Didin. Manajemen Pendidikan. Jogjakrta: Ar-Ruzz Media. 2012</div><div style="text-align: justify;">Nashar. Dasar-dasar Manajemen. Surabaya: Pena Salsabila. 2013 </div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-763690055958465372019-02-16T20:59:00.005+07:002019-02-16T21:01:07.892+07:00KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A. LATAR BELAKANG</div><div style="text-align: justify;">Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari baik saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin. </div><div style="text-align: justify;">Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan.</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/01/peran-stakeholder-dalam-manajemen.html" target="_blank">peran stakeholder dalam manajemen pendidikan</a></blockquote><div style="text-align: justify;">B.RUMUSAN MASALAH</div><div style="text-align: justify;">1.Apa pengertian pemimpin dan kepemimpinan?</div><div style="text-align: justify;">2.Jelaskan gaya atau model kepemimpinan?</div><div style="text-align: justify;">3.Jelaskan fungsi-fungsi kepemimpinan?</div><div style="text-align: justify;">4.Apa perbedaan kepemimpinan dan manajemen?</div><div style="text-align: justify;">5.Jelaskan teori-teori kepemimpinan? </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C.TUJUAN</div><div style="text-align: justify;">1.Untuk mengetahui pengertian pemimpin dan kepemimpinan.</div><div style="text-align: justify;">2.Untuk mengetahui gaya atau model kepemimpinan.</div><div style="text-align: justify;">3.Untuk mengetahui fungsi-fungsi kepemimpinan.</div><div style="text-align: justify;">4.Untuk mengetahui perbedaan kepemimpinan dan manajemen.</div><div style="text-align: justify;">5.Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A.PENGERTIAN PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN</div><div style="text-align: justify;">Pemimpin atau lender adalah orang yang mempunyai bawahan atau orang yang mengendalikan jalannya org anisasi. Pemimpin adalah subjek atau pelaku unsur-unsur yang terdapat dalam kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemegang tanggung jawabutama bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Meskipun tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama, secara timbal balik dan fungsional, kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan. Dalam organisasi selalu terdapat pemimpin, yang dapat disebut dengan istilah ketua umum, kepala, direktur utama, Presiden direktur, manajer puncak, dan sebagainya. Bawahan dari pemimpin organisasi disebut ketua bidang, manajer tingkat menengah, dan manajer paling bawah, misalnya manajer pemasaran, manajer keuangan, supervisor, dan manajer operasional.[ Anton Athoillah, Dasar-dasar manajemen, (Bandung : Pustaka Setia, 2010 ) Hlm. 178. ]</div><div style="text-align: justify;">Seorang pemimpin mempunyai kelebihan yang memungkinkan ia mengatur dan mengarahkan bawahannya. Superioritas seorang pemimpin akan menentukan terbentuknya sikap taat dari seluruh bawahannya. Jika seorang pemimpin kurang berwibawa, kurang tegas, dan kurang ditunjang oleh pengetahuan tentang kepemimpinan, bawahan menjadi kurang taat terhadap semua intruksinya dan menyepelekan kebijakan yang ditetapkan. Oleh karena itu, kepemimpinan berkaitan dengan keterampilan dan keahlian menggerakkan orang lain.[ Ibid. hlm 188.]</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan kepemimpinan itu sendiri, kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaanyang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stone, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task-related activities of grup members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses dan sebagai atribut. Sebagai proses kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki tujuan kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.[ Nashar, dasar-dasar manajemen, (Surabaya: pena salsabila, 2013), Hlm. 135-136.]</div><div style="text-align: justify;">Secara historis, ada tiga konsep kepemimpinan sebagaimana dijelaskan Ngalim Purwanto, sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">1.Suatu konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Dalam konsep ini kepemimpinan dapat diartikan sebagai traits within the individual leader. Seseorang dapat menjadi pemimpin karena ia memang dilahirkan seorang pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leaders were borned and not made). Konsep ini merupakan konsep kepemimpinan yang paling tua dan paling lama dianut orang.[ Anton Athoillah, Dasar-dasar manajemen, (Bandung : Pustaka Setia, 2010) Hlm. 189.]</div><div style="text-align: justify;">2.Konsep kedua memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (function of the grup). Dalam konsep ini sukses tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang paling penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan cirri-ciri kelompok yang berlainan sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda-beda.[ Anton Athoillah, Dasar-dasar manajemen, (Bandung : Pustaka Setia, 2010) Hlm. 190.]</div><div style="text-align: justify;">3.Konsep ketiga merupakan konsep yang lebih maju lagi. Konsep ini tidak hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politis.[ Ibid ] </div><div style="text-align: justify;">Dengan adanya ketiga konsep kepemimpinan tersebut, arti kepemimpinan dapat dikemukakan sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">1.Prajudi Atmosudirdjo dalam Ngalim Purwanto mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada sekelompok orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau seseorang yang memancarkan pengaruh tertentu, kekuatan atau wibawa, sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang bersedia melakukan apa yang dikehendakinya.[ Ibid, hlm, 191.]</div><div style="text-align: justify;">2.Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai penyebab dari berbagai kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap (mental/fisik) dari kelompok orang, baik dalam hubungan organisasi formal dan informal.[ Ibid ]</div><div style="text-align: justify;">3.Kepemimpinan dalah suatu seni, kesanggupan (ability) atau teknik untuk membuat sekelompok bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka memiliki antusianisme dan semangat untuk semangat mengikutinya, atau bahkan berkorban untuknya.[ Ibid ]</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. GAYA ATAU MODEL KEPEMIMPINAN </div><div style="text-align: justify;">Menurut Sondan P. Siagian ada empat gaya kepemimpian, yaitu sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">1.Gaya kepemimpinan otokratis, pemimpin otokratis adalah pemimpin yang memiliki wewenang (authority) dari suatu sumber (misalnya, karena posisinya), pengetahuan, kekuatan atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan ataupun menghukum. Ciri-ciri seorang pemimpin yang otokratis diantaranya sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">a.Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;</div><div style="text-align: justify;">b.Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;</div><div style="text-align: justify;">c.Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat.[ Anton Athoillah, Dasar-dasar manajemen, (Bandung : Pustaka Setia, 2010) Hlm, 204.]</div><div style="text-align: justify;">2.Gaya kepemimpinan militeristis ialah seorang pemimpin yang lebih sering mempergunakan sistem pemerintah dan bergantung pada pangkat dan jabatan.[ Ibid ]</div><div style="text-align: justify;">3.Gaya kepemimpinan paternalistik ialah seorang pemimpin yang menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa dan bersikap terlalu melindungi (overly protective).[ Ibid, hlm. 205.]</div><div style="text-align: justify;">4.Gaya kepemimpinan yang demokratis ialah kebalikan dari gaya otokratis, gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan modernis dan parsitipatif. Dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk mencapai tujuan organisasi.[ Ibid ] </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C.FUNGSI-FUNGSI KEPEMIMPINAN</div><div style="text-align: justify;">Aspek ini terkait dengan fungsi-fungsi yang akan mendukung tercapainya tim yang efektif sehingga manajemen dapat dijalankan secara efektif dalam mencapai tujuan. Terdapat dua fungsi yang terkait dengan hal ini, yaitu fungsi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan dan fungsi yang terkait dengan hubungan sosial atau pemeliharaan kelompok. Fungsi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan memfokuskan fungsikepemimpinan dalam menjalankan berbagai pekerjaan atau tugas yang telah direncanakan dalam suatu organisasi. Dengan demikian kepemimpinan yang efektif adalah ketika pemimpin mampu mempengaruhi orang-orang untuk dapat melakukan tugas-tugas yang telah dipercayakankepada mereka. Adapun fungsi-fungsi yang terkait dengan hubungan sosial atau senantiasa memelihara kesatuan diantara sesama pekerja, pengertian dengan sesama mereka. Demgan demikian pemimpin yang efektif adalah ketika pemimpin tersebut mampu berkomunikasi dengan baik dengan tim kerja, mengajak mereka untuk senantiasa memelihara kebersamaan dan saling pengertian sehingga tim kerja yang ada senantiasa terpelihara dengan baik. organisasi-oganisasi bisnis pada umumnya lebih memfokuskan pada fungsi yang terikat pada pekerjaan, mana kala organisasi pelajar atau non profit lebih memfokuskan pada fungsi yang terikat dengan relasi sosial.[ Nashar, dasar-dasar manajemen, (Surabaya: pena salsabila, 2013), Hlm. 142.] </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D.PERBEDAAN KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN</div><div style="text-align: justify;">Seringkali kita mendengar pertanyaan apakah pemimpin sama dengan manajer ? apakah pemimpin sama dengan manajemen ? sekalipun kedua kata ini sering dipergunakan secara bergantian, dan seseorang mungkin saja dapat menjadi manajer, pemimpin, atau juga keduanya, namun secara esensi keduanya memiliki perbedaan-perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.</div><div style="text-align: justify;">TABEL PERBEDAAN MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN</div><div style="text-align: justify;">Kegiatan Manajemen Kepemimpinan</div><div style="text-align: justify;">Penyusunan rencana Perencanaan dan penganggaran penentuan rencana spesifik dari kegiatan untuk mencapai tujuan serta mengalokasikan segala sumber daya yang dibutuhkan Penentuan arah kegiatan menyusun visi atau tujuan jangka panjang yang akan diraih oleh organisasi serta strategi perubahan yang harus dilakukan</div><div style="text-align: justify;">Membangun relasi antar manusia atau kelompok kerja untuk merealisasikan rencana Pengorganisasian dan penempatan SDM menyusun struktur organisasi, prosedur kerja, tanggung jawab dari setiap bagian organisasi, serta metode implementasi Mengkomunikasikan visi kepada orang-orang serta membangun kerja sama dengan orang-orang yang siap untuk mewujudkan visi secara bersama-sama </div><div style="text-align: justify;">Implementasi rencana Pengawasan dan pemecahan masalah. Pada tahap implementasi, tugas manajemen adalah melakukan pengawasan dan pengendalian atas berbagai kendala yang mungkin ditemui Memotivasi dan memberikan inspirasi. Peran yang dilakukan saat implementasi adalah memotivasi orang-orang yang telah sepakat bekerjasama untuk melakukan implementasi dari apa yang telah dibangun sebagai upaya pencapaian visi.</div><div style="text-align: justify;">Hasil yang diperoleh Sesuatu yang telah diperkirakan atau ditargetkan sebelumnya Suatu perubahan yang akan mendukung pencapaian visi.[ Nashar, dasar-dasar manajemen, (Surabaya: pena salsabila, 2013), Hlm. 136-137.]</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">E.TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN</div><div style="text-align: justify;">Teori-teori kepemimpinan yang berkembang, yaitu sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">1.Teori genetik yaitu kepemimpinan diartikan sebagai traits within the individual leader: seseorang dapat menjadi pemimpin karena memang dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (learder were borned and not made). Teori ini banyak ditentang oleh para ahli karena bakat seseorang sangat tipis jika berkaitan dengan kepemimpinan. Menurut C. Bird, bakat kepemimpinan hanya berkisar 5% sehingga yang paling menentukan adalah pendidikan dan pelatihan.[ Malayu S.P. Hasibuan, dasar-dasar manajemen, (Jakarta: bumi aksara, 2005), hlm. 194.]</div><div style="text-align: justify;">2.Teori sosial yaitu teori yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok. Menurut teori ini, sukse tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya.[ Ibid ]</div><div style="text-align: justify;">3.Teori situasional yaitu suatu teori yang berpandangan bahwa kepemimpinan sangat bergantung pada situasinya. Teori ini tidak hanya melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politik.[ Malayu S.P. Hasibuan, dasar-dasar manajemen, (Jakarta: bumi aksara, 2005), hlm. 195.]</div><div style="text-align: justify;">4.Teori ekologis yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan penggabungan antara bakat alami yang sudah ada sejak dilahirkan dengan pendidikan dan pelatihan yang intensif. Teori ini tidak menolak adanya sumber natural kepemimpinan, tetapi sumber structural pun sangat membantuk terbentuknya seorang pemimpin yang fungsional dan berpengaruh.[ Ibid, hlm. 196.]</div><div style="text-align: justify;">5.Teori sosio-behavioristik yaitu teoriyang mengatakan bahwa kepemimpinan dilahirkan oleh hal-hal berikut.</div><div style="text-align: justify;">a.Bakat, turunan, dan kecerdasan yang alamiah;</div><div style="text-align: justify;">b.Pengalaman dalam kepemimpinan;</div><div style="text-align: justify;">c.Pembentukan formal dalam organisasi;</div><div style="text-align: justify;">d.Situasi lingkunga;</div><div style="text-align: justify;">e.Pendidikan dan pelatihan;</div><div style="text-align: justify;">f.Kesepakatan sosial dan kontrak politik.[ Ibid, hlm. 197.]</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A. KESIMPULAN</div><div style="text-align: justify;">1.Pemimpin atau lender adalah orang yang mempunyai bawahan atau orang yang mengendalikan jalannya organisasi.</div><div style="text-align: justify;">kepemimpinan adalah kepribadian (personality) se seorang yang mendatangkan keinginan pada sekelompok orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau seseorang yang memancarkan pengaruh tertentu, kekuatan atau wibawa, sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang bersedia melakukan apa yang dikehendakinya.</div><div style="text-align: justify;">2. Gaya kepemimpinan otokratis, Gaya kepemimpinan militeristis, Gaya kepemimpinan paternalistik, Gaya kepemimpinan yang demokratis.</div><div style="text-align: justify;">3.fungsi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan dan fungsi yang terkait dengan hubungan sosial atau pemeliharaan kelompok.</div><div style="text-align: justify;">4.Keg iatan Manajemen Kepemimpinan</div><div style="text-align: justify;">Penyusunan rencana Perencanaan dan penganggara n penentuan rencana spesifik dari kegiatan untuk mencapai tujuan serta mengalokasikan segala sumber daya yang dibutuhkan Penentuan arah kegiatan menyusun visi atau tujuan jangka panjang yang akan diraih oleh organisasi serta strategi perubahan yang harus dilakukan</div><div style="text-align: justify;">Membangun relasi antar manusia atau kelompok kerja untuk merealisasikan rencana Pengorganisasian dan penempatan SDM menyusun s truktur organisasi, prosedur kerja, tanggung jawab dar i setiap bagian organisasi, serta metode implementasi Mengkomunikasikan visi kepada orang-orang serta membangun kerja sama dengan orang-orang yang siap untuk mewujudkan visi secara bersama-sama </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">5.Teori-teori kepemimpinan diantaranya, teori genetik, teori sosial, teori situasional, teori ekologis, teori sosio-behavioristik.</div><div style="text-align: justify;">B.SARAN</div><div style="text-align: justify;">Setelah kita mempelajari dan memahami dasar-dasar manajemen tentang konsep kepemimpinan dari segi pengertian, gaya-gaya kepemimpinan, fungsi-fungsi kepemimpinan, perbedaan dan teori-teori kepemimpinan. Semoga dapat menambah wawasan dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan pendengar. Walaupun ada kekurangan pada makalah ini kritik dan saran serta masukan sangat kami harapkan demi menuju ke arah yang lebih baik dan benar.</div><div style="text-align: justify;">.. </div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Nashar, dasar-dasar manajemen. Surabaya: pena salsabila, 2013</div><div style="text-align: justify;">Hasibuan malayu S.P, dasar-dasar manajemen. Jakarta: bumi aksara, 2005</div><div style="text-align: justify;">Athoillah Anton, dasar-dasar manajemen. Bandung: pustaka setia, 2010</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-71682829767955228422019-02-13T11:20:00.001+07:002019-02-13T11:20:20.541+07:00IN MEMORIAN PM2<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><iframe height="480" src="https://drive.google.com/file/d/1_5UjzVVrX8Rg2fCfrKx0NhVObRFvl8ZP/preview" width="640"></iframe><br />
<blockquote class="tr_bq">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/01/munajahku-dalam-mahabbahmu.html" target="_blank">MUNAJAHKU DALAM MAHABBAHMU</a></blockquote></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-16476975265393837012019-02-13T10:59:00.000+07:002019-02-13T10:59:03.495+07:00Mengenal Istilah Pembaharuan Dalam Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">A.Pengertian Pembaharuan Dalam Islam</div><div style="text-align: justify;">Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman, </div><div style="text-align: justify;">Thahir ibn ‘Asyur mengatakan, “Pembaharuan agama itu mulai direalisasikan dengan mereformasi kehidupan manusia di dunia. Baik dari sisi pemikiran agamisnya dengan upaya mengembalikan pemahaman yang benar terhadap agama sebagaimana mestinya, dari sisi pengamalan agamisnya dengan mereformasi amalan-amalannya, dan juga dari sisi upaya menguatkan kekuasaan agama”.</div><div style="text-align: justify;">Dalam Islam sendiri, seputar ide tajdid ini, Rasulullah saw. sendiri telah menegaskan dalam haditsnya tentang kemungkinan itu. Beliau mengatakan, yang artinya: “Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk ummat ini pada setiap pengujung seratus tahun orang yang akan melakukan tajdid (pembaharuan) terhadap agamanya.” (HR. Abu Dawud , no. 3740). </div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tajdid dalam Islam mempunyai 2 bentuk:</div><div style="text-align: justify;">Pertama, memurnikan agama dari hal-hal yang menyimpang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kedua, memberikan jawaban terhadap setiap persoalan baru yang muncul dan berbeda dari satu zaman dengan zaman yang lain. </div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2016/09/pola-pemikiran-dan-gerakan-pembaharuan.html" target="_blank">pola pemikiran dan gerakan pembaharuan Modernism dalam dunia Islam</a></blockquote><div style="text-align: justify;">Banyak sekali peristilahan yang digunakan dalam pembaharuan, seperti :</div><div style="text-align: justify;">1.Tajdid, Ishlah, dan Reformasi</div><div style="text-align: justify;">Tajdid sering diartikan sebagai ishlah dan reformasi; karena itu, gerakannya disebut gerakan tajdid, gerakan ishlah, dan gerakan reformasi. </div><div style="text-align: justify;">2.‘Ashriyah dan Modernisasi</div><div style="text-align: justify;">Istilah modernisasi atau ashriyah (Arab) diberikan oleh kaum Orientalis terhadap gerakan Islam tersebut di atas tanpa membedakan isi gerakan itu sendiri. Modernisasi, dalam masyarakat Barat, mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. </div><div style="text-align: justify;">3. Revivalisasi, Resurgensi, Renaisans, Reasersi </div><div style="text-align: justify;">Kesemua peristilahan di atas mengandung arti tegak kembali atau bangkit kembali. Chandra Muzaffar yang mengemukakan istilah ini dalam tulisannya Resurgence A. Global Vew menyatakan bahwa adanya perbedaan antara istilah revivalis dengan resurgence. Resurgence adalah tindakan bangkit kembali yang di dalamnya mengandung unsur :</div><div style="text-align: justify;">1. Kebangkitan yang datang dari dalam Islam sendiri dan Islam dianggap penting karena dianggap mendapatkan kembali prestisenya;</div><div style="text-align: justify;">2. Ia kembali kepada masa jayanya yang lalu yang pernah terjadi sebelumnya;</div><div style="text-align: justify;">3. Bangkit kembali untuk menghadapi tantangan, bahkan ancaman dari mereka yang berpengalam-an lain. Dengan demikian, maka pembaruan Islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat agar sejalan dengan petunjuk Al-Quran dan Sunnah.</div><div style="text-align: justify;">B. Latar Belakang Pembaharuan Dalam Islam</div><div style="text-align: justify;">Di antara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah:</div><div style="text-align: justify;">a. Paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran. </div><div style="text-align: justify;">b. Sifat Jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha. Umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan. Untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.</div><div style="text-align: justify;">c. Umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan, karena adanya persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan.</div><div style="text-align: justify;">d. Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. Dengan adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan Barat, terutama sekali ketika terjadinya peperangan antara kerajaan Usmani dengan negara-negara Eropa, yang biasanya tentara kerajaan Usmani selalu memperoleh kemenangan dalam peperangan, akhirnya mengalami kekalahan-kekalahan di tangan Barat, hal ini membuat pembesar-pembesar Usmani untuk menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa yang baru muncul. </div><div style="text-align: justify;">Adapun yang melatarbelakangi pemikiran politik Islam adalah: </div><div style="text-align: justify;">a. Kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan oleh faktor internal dan yang berakibat munculnya gerakan-gerakan pembaharuan dan pemurnian.</div><div style="text-align: justify;">b. Rongrongan Barat terhadap keutuhan kekuasaan politik dan wilayah dunia Islam yang berakhir dengan dominasi atau penjajahan oleh negara-negara Barat tersebut.</div><div style="text-align: justify;">c. Keunggulan Barat dalam bidang ilmu, teknologi, dan organisasi.</div><div style="text-align: justify;">Ketiga hal tersebut ini juga memberi pengaruh pada pemikiran politik Islam yakni banyak di antara para pemikir politik Islam tidak mengetengahkan konsepsi tentang system politik Islam, tetapi lebih kepada konsepsi perjuangan politik umat Islam terhadap kezaliman penguasa, lebih-lebih terhadap imperialis dan kolonialis Barat. </div><div style="text-align: justify;">Model pemikiran modern dalam Islam</div><div style="text-align: justify;">Pada periode sejarah Islam abad pertengahan (1250-1800 M) umat islam banyak terikat paham-paham keagamaan. Masyarakat pada waktu itu diatur oleh jiwa keagamaan tanpa membedakan antara agama yang sebenarnya dan ajaran bukan agama. Baru pada periode (1800 M) ini mulai mengalami perubahan dan pembaharuan oleh para pemimpin islam, seperti yang dibawa oleh Muhammad Abdul Wahhab dari Nejed pada pertengahan kedua dari abad ke-17, dimana pembaharuan pemikiran ini muncul karena keinginannya untuk membersihkan Islam dari tradisi dan ajaran yang datang dari luar islam seperti paham animisme. </div><div style="text-align: justify;">Model pemikiran modern dalam islam telah terjadi perubahan, dimana pemikiran yang awalnya bersifat tradisional mulai berkurang dan pemikiran liberalpun mulai muncul. Dengan model pemikiran inilah, timbul anjuran agar diadakan pembaharuan dalam bidang yang bersifat peka dalam islam, diantaranya adalah:</div><div style="text-align: justify;">1.Bidang hukum Islam </div><div style="text-align: justify;">2.Bidang pendidikan</div><div style="text-align: justify;">Pemikiran –pemikiran yang ditimbulkan pemimpin-pemimpin modernisasi di timur tengah, kemudian mempengaruhi pemimpin Islam di Indonesia yang dimulai pada permulaan abad ke-20. Ada beberapa karakteristik dalam pemikiran modern tokoh muslim Indonesia antara lain:</div><div style="text-align: justify;">1.Berusaha membangun visi Islam yang lebih modern dengan tidak meninggalkan warisan intelektual islam sama sekali.</div><div style="text-align: justify;">2.Menggunakan metodologi pemahaman yang lebih medern terhadap al-Quran dan al-Sunnah dengan memahami al-Qur’an menggunakn metode historis, sosiologis dengan pendekatan kontekstual.</div><div style="text-align: justify;">3.Mensosialisasikan gagasan dan pemikirannya di kalangan pendukung aliran modernisme.</div><div style="text-align: justify;">Dari uraian di atas, maka pusat perhatian studi mengenai Islam modern mencakup pikiran-pikiran, persoalan-persoalan, dan gerakan-gerakan yang timbul dalam dunia Islammodern, sebagai akibat dari kontak yang terjadi antara dunia barat dan dunia Islam.</div><div style="text-align: justify;">Cakupan pemikiran modern dalam Islam</div><div style="text-align: justify;">Menurut M. Sirozi yang mengutip dari Fachry Ali dan Bachtiar Effendy, bahwa munculnya peta baru pemikiran islam ini, akan dapat mengatasi dikotomi pemikiran Islam tradisional-modernis bahkan sekaligus mencerminkan lahirnya suatu kesadaran bersama, dengan wawasan pemikiran baru, untuk mengatasi pemilahan-pemilahan pemikiran Islam yang telah mapan. </div><div style="text-align: justify;">Banyak tokoh pemikir Islam pada masa modern yang berkembang dalam prespektif sejarah dan pemikiran dari berbagai aspeknya. Adapun cakupan pemikiran modern para tokoh tersebut adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">1.Rifa’ah al-Tahtawi, cakupan pemikirannya dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, ijtihad, dan sains modern.</div><div style="text-align: justify;">2.Jamaluddin al-Afghani, cakupan pemikirannya pada sistem pemerintahan, pan-ilsamisme, dan politik.</div><div style="text-align: justify;">3.Muhammad Abduh, cakupan pemikirannya dalam bidang ijtihad, pendidikan, dan politik.</div><div style="text-align: justify;">4.Muhammad Rasyid Ridha, cakupan pemikirannya dalam bidang pemurnian akidah dan syariah, ide kesatuan kemanusiaan, konsep khilafah</div><div style="text-align: justify;">5.Qasim Amin, cakupan pemikirannya dalam bidang pendidikan wanita, hijab, dan perkawinan.</div><div style="text-align: justify;">6.Mustafa Kamil, cakupan pemikirannya dalam bidang nasionalisme</div><div style="text-align: justify;">7.Ali Abd al-Raziq, cakupan pemikirannya dalam bidang kenegaraan khilafah dan Islam serta khilafah dan pemerintahan Islam</div><div style="text-align: justify;">8.Toha Husein, cakupan pemikirannya dalam ide sekularisasi</div><div style="text-align: justify;">9.Hasan al-Banna, cakupan pemikiranya dalam bidang agama, politik, ekonomi, dan pendidikan.</div><div style="text-align: justify;">Dari beberapa cakupan pemikiran modern para tokoh Islam, banyak kontribusi keilmuan yang mereka salurkan untuk kemajuan umat Islam selanjutnya. Atas dasar pemikiran mereka itulah, usaha-usaha perubahan sosial dijalankan oleh pemimpin-pemimpin pembaharuan dalam Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-44212428912286524432019-01-26T08:22:00.001+07:002019-01-26T08:23:19.407+07:00peran stakeholder dalam manajemen pendidikan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxjFvTacz5byuQR9IKdNqveAjQlw2X9ICgK8wFHOmpFmQkl2cNSL4_bPNrYggb_FNRjy8jY6ExftimvRj7AvraD0ddGT2l6ccgfSPwyeEFJiUOXRax3-r4aO_zfgBVeHnX_W3N_6z4_Cs/s1600/download.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="207" data-original-width="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxjFvTacz5byuQR9IKdNqveAjQlw2X9ICgK8wFHOmpFmQkl2cNSL4_bPNrYggb_FNRjy8jY6ExftimvRj7AvraD0ddGT2l6ccgfSPwyeEFJiUOXRax3-r4aO_zfgBVeHnX_W3N_6z4_Cs/s1600/download.jpg" /></a></div>BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A. Latar Belakang </div><div style="text-align: justify;">Upaya melibatkan peran serta stakeholder dalam penyelenggaraan sekolah bukan hal baru dalam dunia pendidikan di negara kita. Secara yuridis formal, peran stakeholder mi telah diatur dalam Undang-Undang Pendidikan. Selain itu, kenyataan telah menunjukkan bahwa hubungan antara keberhasilan sekolah- performance sekolah- dan stakeholder sangat kuat. Kedua belah pihak saling mendukung dan membutuhkan. Program-program pendidikan yang digarap sekolah tidak bisa dilepaskan begitu saja tanpa memperhatikan kebutuhan pemakainya. Begitu juga sebaliknya, masyarakat (stakeholder) tidak bisa membiarkan program-program pendidikan berjalan begitu saja tanpa ada kendali masyarakat. Hubungan antara stakeholder dan sekolah mi merupakan hubungan tanggung jawab mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian program pendidikan. Sebab, tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan tidak bisa diserahkan kepada salah satu pihak saja yaitu pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Pengalaman- pengalaman empirik, baik secara histories ataupun hasil-hasil penelitian ilmiyah telah banyak mendorong lahirnya berbagai kebijakan strategis untuk mengatur peran serta stakeholder dalam penyelengagaraan pendidikan, mulai dan tingkat pusat sampai di tingkat operasional di sekolah.peran stakeholder dalam penyelenggaraan pendidikan benar-benar memiliki kedudukan strategis dan sangat kuat ( Biro perencanaan Depdiknas, 2000). Bahkan factor mi merupakan suatu peluang yang harus dioptimalkan. Makmun (2000) mengatakan bahwa suatu manajnen itu akan berhasil jika mampu mengoptimalkan pemberdayaan dan pemanfaatan kekuatan dan peluang yang di milikinya serta mampu meminimalkan intensitas pengaruh faktor kelemahan dan hambatan disertai dengan upaya untuk memperbaiki atau mengatasinya.</div><div style="text-align: justify;">Salah satu komponen penting dalam perencanaan strategis dâlam pendidikan adalah stakeholder. Sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai system yang terdiri dan berbagai komponen, stakeholder sangat berarti bagi komponin lainnya, oleh karena itu peran stakeholder hams dioptimalkan dalam kaitan mi, persoalan yang dihadapi antara lain</div><div style="text-align: justify;">stategi apa yang hams dikembangkan dalam rangka mengoptimalkan peran serta stakeholder dalam penyenggaraan pendidikan. </div><div style="text-align: justify;">Masalah ini merupakan persoalan yang cukup krusial yang hams mendapatkan pemecahan semua pihak, terutama pam manajer di sekolah sebab stakeholder suatu sekolah cukup bervariasi baik dari segi profesi, kepentingan, motivasi, dan kemampuannya. Persoalan tentang profesi yang berkaitan dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap sekolah yang akan terlibat dalam urun rembuk perencanaan strategi ataupun operasional di sekolah. Pihak-pihak terkait mi nantinya mewamai berbagai keinginan, kepentingan, dan motif yang hams mendapat porsi wajar sehingga masingmasing pihak merasa terakomodasi dengan baik sehingga tumbuh sikap kepedulian semua pihak. Stakeholder merasa berkepentingan terhadap sekolah, dan sebaliknya sekolah membutuhkan stakeholdemya. Penyatuan komitmen semua pihak mi akan tercapai jika semua pihak merasa terakomodasi dan saling kontributif. Dengan demikian, sikap yang tidak proporsional yang muncul dikalangan tertentu dari salah satu stakeholder dapat dihindari. Antara lain adanya kecendrungan untuk mempercayakan seratus persen pendidikan anak terhadap pihak sekolah (guru) yang tidak disertai dengan perlakuan yang sepadan. Acapkali, apabila tingkat prestasi anak tidak memenuth harapannya sekolah atau guru yang dijadikan penyebab utama atau pihak yang bertanggung jawab. Hubungan seperti ini, laksana hubungan seorang pembei dan penjual barang komoditas. Disinalah pentingnya penyadaran kedua belah pihak sehingga muncul konsepsi tentang sekolah dan performan yang dimaui semua pihak. </div><div style="text-align: justify;">Persoalan lain yang harus diperhatikan sehubungan dengan strategi pengembangan peran serta stakeholder menyangkut masalah pola hubungan dan system peran serta yang akan di terapkan oleh pihak sekolah dan pihak terkait. Kita menyadari bahwa tingkat kritis masyarakat saat mi sudah jauh berkembang. Dalam hal mi pola hubungan yang manut terhadap pihak atas semata telah mengalami perubahan pula. Komonikasi monolog tidak tepat bahkan dapat menghambat potensi kritis yang ada dalam masyarakat. Dialog merupakan suatu jalan yang memungkirikan terjadinya titik temu dalam menyikapi dan menghargai keragaman termasuk didalamnya penyatuan konsepsi tentang performan sekolah selain itu system hubungan antara arus bawah dan atas hams dipertemukan.</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/01/interaksi-individu-dengan-lingkungan.html" target="_blank">INTERAKSI INDIVIDU DENGAN LINGKUNGAN</a></blockquote><div style="text-align: justify;">B. Rumusan masalah</div><div style="text-align: justify;">Sehubungan dengan judul dan latar belakang diatas adalah:</div><div style="text-align: justify;">1. Bagaimana konsepsi peran stakeholder yang ideal dalam manajemen pendidikan?</div><div style="text-align: justify;">C. Tujuan Penulisan</div><div style="text-align: justify;">Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan adalah untuk mendiskripsikan tentang:</div><div style="text-align: justify;">1. Konsep peran stakeholder yang ideal dalam manajemen pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A. Stakeholder dan performan sekolah</div><div style="text-align: justify;">1. Pengerlian dan pihak-pihak stakeholder.</div><div style="text-align: justify;">Secara harfiah, stakeholder dapat diartikan sebagai pemegang tongkat. Sedangkan secara etimologis, stakeholder dapat dimaknai sebagai pihak-pihak yang berkepentingan dan berpengaruh baik dari dalam atau luar organisasi terhadap keberadaan dan keberlangsungan suatu organisasi. Hal mi di perkuat oleh pendapat Gareth R. jones (1995) bahwa Stakeholder are people who have interest, claim, or stake in the organ izat on1 inwhat it-does ,and in how -</div><div style="text-align: justify;">Well-it Perfoins. </div><div style="text-align: justify;">Umunmya para stkaholder terdorong untuk berpartisipasi dalam suatu organoisasi, jika mereka menerima inducement (hadiah, seperti uang, kekuasaan, dan kedudukan dalam organisasi) yang melebihi nilai kontribusinya (keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang dikehendaki). Demikian juga pthak-pihak yang berkepentingan pada setiap jenis organisasi relatif berbeda, apakah itu organisasi Pemerintahan atau Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi bisnis atau industri. Sering kali dijumpai dalam suatu perencanaan terhadap pemecahan isu-isu utama dalam pembangunan terhadap pihak-pihak berkepentingan yang sangat berbeda, bahkan sangat bertentangan antara satu dengan yang lainnya, sehingga dalam suasana yang demikian itu sangat diperlukan prioritas penentuan keberartian dan setiap stakeholder. </div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan unsur kepentingan organisasi maka stake holder dapat dibedakan menjadi dua yaitu; stakeholder dari dalam dan luar.</div><div style="text-align: justify;">a. Stakeholder dari dalam organisasi sekolah.</div><div style="text-align: justify;">Stakeholder dari dalam organisasi sekolah merupakan pihak yang paling memiliki otoritas, kapasitas, dan intensitas yang cukup besar terhadap berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar guna mencapai visi dan melaksanakan misi sekolah. Pihak mi memiliki tanggung jawab besar dalam rangka mempertanggungjawabkan akuntabilitas organisasi. Program-program sekolah yang telah disepakati berdasarkan proses manajemen yang mantap harus dijabarkan dan dilaksanakan dalam bentuk aktivitas.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan unsur kepentingan hanya mewakili satu kelompok dalam stakeholder yaitu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah yang telah ditetapkan. Hal mi disebabkan karena kelompok ini memiliki tanggung jawab profesional.</div><div style="text-align: justify;">b. Stakeholder dari luar organisasi sekolah</div><div style="text-align: justify;">Pihak stakeholder dari luar organisasi mi secara structural tidak memiliki tanggung jawab langsung terutama dalam rangka pencapaian dan pelaksanaan program-program sekolah :Tetapi kelompok mi cukup memiliki peran yang menentukan dalam rangka pemmusan visi dan misi sekolah, kepentingan dan aspirasi kelompok mi harus benar-benar mendapatkan porsi yang wajar. Di samping sebagai pihak yahg menaruh perhatian dan kepercayaan yang cukup besar terhadap seklah terutama dalam hal pendidikan siswa. Kelompok mi termasuk pihak-pihak yang nantinya terlibat sebagai pengguna output sekolah.</div><div style="text-align: justify;">c. Sumber kekuatan stakeholders</div><div style="text-align: justify;">Pada hakekatnya ada beberapa sumber kekuatan stakeholder.perencanaan yang profesional seharusnya mampu mengidentifikasi kekuatan stakeholder. Hal ini penting sekali karena dengan identifikasi sumber kekuatan stakeholder secara tepat akan memudahkan perencanaan untuk mengembangkan perencanaan yang sitematik,terarah, tepat,dan proporsional,dan komprehensip yang pada akhirnya juga upaya mi akan mampu memberikan kemudahan bagi pam pelaksana dan pemantau kegiatan organisasi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Performan sekolah</div><div style="text-align: justify;">a. Pengertian performan sekolah</div><div style="text-align: justify;">Secara sederhana performance sekolah dapat diartikan penampilan sekolah,baik secara fisik ataupun nonfisik. Pengertian ini,nampak sederhana namun demikian kita perlu berhati-hati menterjemahkan penampilan sekolah yang menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah. Penampilan sekolah tidak hanya merujuk pada penampilan fisik sekolah, seperti gedung yang megah, perpustakaan yang dilengkapi dengan fasilitas serta sarana prasarana lain yang memenuhi standart.Penampilan sekolah merujuk pada aktivitas-aktivitas sekolah sebagai suatu sistem pendidikan di sekolah, mulai dari proses, output dan outcomesnya. </div><div style="text-align: justify;">Pidarta ( 1990 ) mengatakan bahwa performance dalam perencanaan dapat dikenakan kepada semua unsur pendidikan. Jadi performan tidak berarti perilaku tertentu saja, melainkan juga bentuk-bentuk,sifat-sifat,dan proses-proses tertentu.Penampilan - penampilan tersebut pada akhirnya tetap mengacu pada masalah mutu pendidikan disekolah tersebut,baik mutu fisik,proses, out put, dan out comesnya sesuai dengan ukuran-ukuran tertentu.bagi kita menafsirkan mutu performance pendidikann perlu perhatian khusus,sebab mutu mi tidak bisa direpresentasikan path masalah prestase belajar saja,khususnya prestasi yang berkaitan dengan prestasi akademik.jika mutu pendidikan hanya mengacu pada prestasi akademik maka hal tersebut tentu saja kurang memenuhi harapan kita,karena prestasi akademik hanya menyentuh salah satu aspek prilaku siswa.Selama mi kita menyadari bahwa prestasi akademik diindentikkan dengan nilai yang dicapai siswa, baik nilai ulangan ,rapor,ataupun NEM. Sedangkan tes yang digunakan untuk mendapatkan nilai tersebut pada umumnya mengukur aspek kognitif saja. Kondisi tes seperti mi tentu saja belum mampu memberikan gambaran valid tentang kemampuan siswa secara utuh. </div><div style="text-align: justify;">Pada pembahasan mi mum yang dimaksudkan mengacu pada masalah kualitas,baik yang berkaitan dengan kondisi fisik dan sarana pendidikan, proses pembelajaran. Dan mutu lulusannya sesuai dengan harapan path stakeholdemya dan tujuan pendidikan secara umum Berdasarkan aspek-aspek tersebut performan sekolah dapat diartikan sebagai perwujudan semua komponen sekolah dan hasil-hasilnya serta dampaknya terhadap masyarakat sesuai dengan tolok ukur tertentu.tolok ukur mi jika dikaitkan dengan sasaran dan tujuan sekolah dapat disamakan dengan Bidang hasil pokok. Satori (2000) mengatakan bahwa Bidang basil pokok merupakan produk lembaga yang menjadi orientasi kinerja lembaga,dan sekaligus merupakan alasan mengapa lembaga tersebut diperlukaan serta adanya nilai keunggulan dan kreatrifitas jika dibandingkan dengan lembaga lain.Sedangkan dari segi wujud/bentuk dan produknya adalah kwalitas (Mutu).kreatifitas,dan nilai keunggulan.</div><div style="text-align: justify;">b. Aspek-aspek performance sekolah</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan pembahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa aspek performan sekolah sangat kompleks.Performance mengacu pada bentuk-bentuk ,sifat-sifat, proses,dan hasil-hasil yang dicapai dalam keseluruhan proses,pendidikan disekolah.semua aspek tersebut hams sesuai dengan tujuan atau criteria tertentu sebagai acuan kualitas. Dengan demikian aspek-aspek performance sekolah mi dapat dirinci menjadi:</div><div style="text-align: justify;">1. Aspek-aspek yang berkaitan dengan masukan pendidikan</div><div style="text-align: justify;">Masukan pendidikan sangat mempengaruhi performance dan mutu pendidikan disekolah . Bentuk,wujud,dan kualitasnya sebagai masukan mentah dapat mempengaruhi proses dan kualitas kegiatan pendidikan berikutnya. Karena itu wujud awal suatu masukan pendidikan mi hams dijadikan standar awal pengukuran kinerja suatu sekolah sehingga dapat diketahui performance sekolah secara keseluruhan. Unsur-unsur masukan mi dapat berupa; siswa;guru;sarana;dan prasarana pendidikan.</div><div style="text-align: justify;">2. Aspek-aspek yang berkaitan dengan proses pendidikan</div><div style="text-align: justify;">Proses pendidikan merujuk path aktivitas pembelajaran di sekolah , yaitu system interaksi antar komponen-komponen pendukung yang ada,seperti siswa,guru,kurikulum,tujuan pembelajaran, manajemen,dan prosedur didaktik sesuai dengan standar atau aturan yang disepakati secara umum. Aspek-aspek tersebut akan berinteraksi dengan baik jika didukung lingkungan belajar yang kondusif,misalnya suasana yang demokratis,ramah,dan menyenangkan. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia menyebutkan bahwa faktor guru ,buku pelajaran proses pendidikan ,alat pelajaran, manajemen sekolah,besarnya kelas sekolandan faktor keluarga merupakan faktor-faktor yang ditemukan sangat ampuh didalam memberikan efek terhadap prestasi belajar murid ( Surjadi, 1989 ).Sedangkan secara individual ataupun kelompok proses belajar yang bermutu baruslah merupakan proses belajar yang bermakna terhadap siswa. Proses belMar mi akan terjadi jika apa yang diajarkan berkaitan erat dengan pengalaman kognitif,afektif,dan psikomotorik yang telah ada dalam diii anak, sehingga menghasilakn pengalaman yang lebih luas,mendalam,mantap,dan bernilai (Noehi, 1992)</div><div style="text-align: justify;">3. Aspek-aspek yang berkaitan dengan keluaran pendidikan,</div><div style="text-align: justify;">Out Put pendidikan sangat menentukan performan sekolah yang baik.Masyarakat beranggapan bahwa sekolah yang baik jika mutu lulusannya baik yang ditandai dengan pencapaian prestasi akademik tinggi,seperti nilai repor para siswa ,NEM di atas rata-rata sekolah lain ,serta jumlah siswa dapat diterima disekolah yang lebih tinggi . Out put pendidikan sangat berkaitan dengan mutu siswa secara utuh,tentu saja mutu siswa mi tidak bisa diukur dengan salah satu keberhasilan aspek perilaku siswa seperti prestasi akademik, tetapi berkaitan dengan perkembangan siswa secara keseluruhan ,baik kognisi,afeksi, dan psikomotoriknya. Bagian —bagian mi hams menjadi komitmen sekolah untuk mengembangkannya secara utuh. Sesuai dengan obyek penilaian hasil belajar yaitu adanya perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif. Hal mi dimungkinkan karena alat ukur atau tes prestase akademik belum mampu menyentuh aspek-aspek lain. Yaitu afeksi dan psikomotorik</div><div style="text-align: justify;">Kemampuan kognitif merujuk pada pengembangan kemampuan berfikir logis dan kemampuan berfikir kreatifKemampuan berfikir logis antara lain ditandai dengan:</div><div style="text-align: justify;">-Kemampuan berfikir profesional; -Kemampuan berfikir 'probalistik, Kemampuan berfikirk orelasional. Kemampuan berfikir kreatil ditandai dengan - Kemampuan berffkir lancar (fluence); - Ketrampilan berfikir luwes (Flexible) - Ketrampilan berfikir orisina1; - Ketrampilan berfikir secara terinci (elabolatif) Kemampuan afektif meliputi kemampuan seseorang mengembangkan prasaan dan emosinya secara fungsional dan bertanggung jawab kearah tercapainya keseimbangan antara rasio, indera,persepsi,imajinasi,dan Karsa.</div><div style="text-align: justify;">Pengembangan kemampuan afektif dimaksudkan untuk mempertinggi keteguhan seseorang terhadap penunaian tugas dan tanggung jawabnya. Bagi siswa kometmen itu dapat diukur melalui penyelesaian tugas-tugas mereka dalam kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada pencapaian prestasi yang maxsimal sesuai dengan kemampuan psikologis dan social yang mereka miliki.Sikap yang mendatangkan kegiatan belajar dan bekerja sebagai bagian dari kehidupan adalah dasar untuk meraih prestasi gemilang. Orang Jepang misalnya dapat menunjukkan prestasi keunggulannya diantara berbagai bangsa dalam bidang ekonomi,Iptek,dan sebagainya karena memiki komitmen yang amat tinggi terhadap dunia profesinya. </div><div style="text-align: justify;">Deminsi psikomotorik ditandai dengan keterampilan dan daya tahan fisik dalam menyelesaikan dalam tugas-tugas akademik yang merupakan wujud dari gabungan antara sejumlah proses psikomotorik yang terjadi pada din seseorang dan bekerjanya secara maksimal unsur-unsur fisik yang relevan untuk menunaikan tugas itu.</div><div style="text-align: justify;">d. Aspek-aspek yang berkaitan dengan dampak pendidikan terhadap masyarakat kita.</div><div style="text-align: justify;">Bagi sekolah-sekolah tertentu,seperti sekolah kejuruan Out Comes pendidikan dapat dijadikan parameter performan sekolah yang baik.Ketentuan mi tentu saja tidak menutup kemungkinan untuk menilai sekolah umum.Jika kita kaji lebih jauh,kualitas pendidikan suatu sekolah pada akhimya sangat ditentukan oleh penerimaan masyarakat terhadap pam Out putnya.Sikap para lulusan yang sesuai dengan norma sekitamya merupakan parameter keberhasilan sekolah . Begitu juga daya serap lapangan pekeijaaah terhadap output sekolah, serta adanya sikap pam lulusan untuk dapat mengembangkan dirinya dapat hidup.Wawasan keunggulan merupakan nilai tambah yang telah menjadi acuan keberhasilan suatu organisasi atau perorangan.Secara individual, sikap seperti mi disebut oleh Purwanto sebagai wawasan keunggulan (2000). Wawasan keunggulan dapat diartika sebagai kemampuan seseorang untuk mewujudkan atau aktualisasi secara maxsimum dan berkelanjutan segenap potensi yang ia miliki untuk meraih prestasi dalam kenerja kehidupannya. Dari sujud pendidikan aktualisasi potensi tersebut menyangkut kemampuan kogmetif, afektif, dan psikomotorik untuk meraih prestasi terbaik dari setiap aktifitas belajar yang dialami diberbagai jenjang,jenis, dan jalur pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Optimalisasi Peran Stakeholder</div><div style="text-align: justify;">1. Proses analisis stakeholder</div><div style="text-align: justify;">Sebelum melibatkan pam stakeholder dalam proses peningkatan Performen sekolah, terlebih dahulu perlu dipikirkan tentang pihak-pihak yang ber kepentingan im terhadap sekolah, sebab tidak semua pihak dapat dilibatkan dalam proses dalam manajemen sekolah. Para pembuat kebijakan disekolah hams tahu tentang keberdaan pihak-pihak tersebut serta peranan serta pengaruhnya terhadap sekolah. Pada dasarkan proses analisis stakeholder ini dapat dildentifikasikan dalam dua kegiatan yaitu : Identifikasi dan Pemetaan stakeholder</div><div style="text-align: justify;">a. Identifikasi Stakeholder</div><div style="text-align: justify;">Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh perencana dalam melakukan analisis stakeholder adalah mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan mi, bukan saja terhadap organisasi secara umum melainkanjuga dalam menghadapi isu-isu tertentu. Proses identifikasi terhadap kepentingan seringkali menjadi sulit karena sering tidak diwujudkan secara eksplisit dalam bentuk prilaku ataupun pemyataan. Jika para perencana dapat mampu membaca dan menganalisis prilaku, maka santlah dimungkinkan dapat terungkap kepentingan stakeholder yang terselubung. Selain itu para stakeholder seringkali juga memiliki sikap positif bagi organisasi terhadap isu-isu tertentu dan ada kalanya juga bisa bersifat negatif dan tidak bersahabat.</div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian perlu suatu kejeliaan perencana bahwa tidak semua stakeholder memiliki kepedulian terhadaap isu-isu yang berkembang di sekolak.Agar dalain merumuskan suatu langkah-langkah kegiatan lebih efektif,nampaknya perlu diadakan identifikasi pihak-pihak berkepentingan.</div><div style="text-align: justify;">b. Pemetaan Stakeholder </div><div style="text-align: justify;">Salah satu aspek pentmg dalam analisis stakeholder im adalah penilaian terhadap tingkat kepentingan stakeholder pada tahap mi perencana perlu menentukan kreteria penilaian mengenai : cam stakeholder dalam mengemukakan kepentingan terhadap organisasi, kemampuan atau kekuatan untuk menekan organisasi agar memperhatikan dan memenuhi harapannya, dampak kepentingan stakeholder terhadap strategi organisasi di masa yang akan datang. </div><div style="text-align: justify;">Untuk mengetahui peranan atau pengaruh stakeholder terhadap organisasi, para perencana perlu mengadakan pemetaan terhadap posisinya. Wahab (2000) menyebutkan ada tiga dimensi yang dapat digunakan untuk pemetaan tersebut, yaitu kekuatan yang dimiliki, keterdugaan dan tingkat kepentingannya. </div><div style="text-align: justify;">Dari sisi kekuatan dan keterdugaan dapat dipilih dalam dua katagori yaitu kelompok yang memiliki kekuatan tinggi dan sedang serta keberadaan kelompok yang memiliki keterdugaan tinggi dan kelompok yang memiliki keterdugaan rendah. Keempat kelompok mi sama-sama memiliki krakter yang berbeda jika dikaitkan dengan system pengolahan organisasi atau sekolah. Bagi kelompok yang memiliki kekuatan rendah dan sifat keterdugaan rendah biasanya akan sedikit memiliki masalah, t&api bagi kelompok yang memiliki kekuatan menekan tinggi dan sifat keterdugaan rendah akan menjadi suatu kelompok yang menjadi ancaman tinggi dan memiliki peluang besar bagi organisasi. Begitu juga dengan kelompok yang, memiliki kekuatan tinggi dan memiliki sifat keterdugaan tinggi akan merupakan suatu kelompok yang memiliki kemampuan menekan organisasi kuat, tetapi dapat diduga dan dikelola.bagi kelompok yang memiliki kekuatan menekan rendah dan sifat keterdugaan rendah akan merupakan suatu kelompok yang kadang-kadang sulit diduga, namun demikian masih dapat dikelola dan dikendalikan. </div><div style="text-align: justify;">Jika analisis mi dikaitkan dengan aspek kepentingan dan kekuatan, dapat dipilah menjadi empat katagori pula, yaitu (1) kelompok yang memiliki kekuatan rendah dan kepentingan rendah ; keimpok im akan memiliki ciri-ciri kelompok usaha minimal atau bisa jadi acuh tak acuh terhadap kepentingan sekolah, (2) kelompok yang memiliki kekuatan tinggi dan kepentingan rendah, kelompok mi merupakan kelompok perlu dipuaskan karena kelompok mi merupakan asat bagi pengembangan sekolah jika mereka diberi penghargaan, (3) kelompok yang memiliki kekuatan rendah dan kepentingan tinggi, kelompok mi hampir sama dengan kelompok kedua dengan cam memperhatikan saran dan pendapatnya, dan (4) kelompok yang memiliki kepentingan tinggi dan kekuatan tinggi, kelompok mi merupakan pemain-pemain kunci dalam kesuksesan organisasi ataupun sekolah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Pendekatan peran serta stakehorder </div><div style="text-align: justify;">Hasil-hasil penelitian, baik diluar negeri ataupun didalam negeri telah banyak memberikan sumbangan berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan di suatu sekolah berdasarkan penelitian tersebut, salali satu variabel yang memiliki pengaruh signifkan antara lain perbedaan struktur masyarakat dan kekuatan masyarakat disekitar sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Fuller,1989 dan Surjadi,1989 telah menyimpulkan tentang efek mutu pendidikan, bahwa dinegara-negara maju, prestasi akademis lebih banyak di terangkan oleh faktor-faktor luar sekolah (aspirasi keluarga, interaksi anaknak dengan orang tua) dibandirigkan dengan faktor sekolah itu sendiri, sedangkan di negara-negara sedang atau belum berkembang prestasi belajar akademis lebih banyak diterangkan oleh faktor-faktor </div><div style="text-align: justify;">sekolah dan pada faktor luar sekolah (Surjadi,2000). Pengaruh faktor-faktor luar sekolah, semakin memiliki daya beth cukup tmggi terhadap efek mutu pendidikan karena adanya perbedaan lingkungan belajar. Dalam penelitiannya surjadi menerangkan (2000) bahwa mutu pendidikan yang lebih tinggi didaerah perkotaan ditandai dengan lebih besamya efek faktor luar sekolah dibandingkan dengan faktor sekolah ; sedangkan efek mutu pendidikan didaerah pedesaan dipengaruhi oleh efek faktor sekolah. </div><div style="text-align: justify;">Hasil penelitian mi menunjukkan bahwa faktor lingkungan sekolah khususnya lingkungan social dan kondisi masyarakatnya akan dapat menentukan kualitas perfonnan sekolah dan mum sekolah secara umum. Faktor-faktor mi merupakan suatu peluang bagi sekolah dalam rangka peningkatan performannya, sehingga perlu dipikirkan suatupendekatan guna melibaikan unsur-unsur lingkungan temtama stakeholdernya dalam proses pengelolaan pendidikan. </div><div style="text-align: justify;">Persoalan utama yang hams dipecahkan oleh pam pembuat kebijakan pendidikan adalah bagaimana melibatkan stakeholder tersebut dalam proses pengelolaan pendidikan di suatu sekolah?</div><div style="text-align: justify;">Masalah mi perlu di pecahkan lebih awal mengingat prerkembangan demokratisasi yang terjadi pada akhir-akhir mi sehingga partisipasi mereka berdasarkan berbagaipertimbangan katagorinya dapat dioptimalkan. Tentu saja pendekatan yang hams di pilih adalah suatu pendekaatan yang benar-benar menguntungkan semua pihak dan mampu memotivasi stakeholder untuk berpartisipasi secara aktif. Karena itu, pola hubungan antara sekolah dengan para stakeholder bukanlah hubungan antara subjek dan objek, dimana yang satu menjadi perencana dan satunya menjadi sasaran saja pola hubungan subjek dan objek bisa dikatakan pula hubungan tradisional dalam pendekatan perencanan, danpula mi tidak bisa dipertahankan pada paradigma barn perencanaan pendidikan saat mi sebab peran serta masyarakat bisa tidak optimal serta dapat menghambat proses kritis yang terjadi di masyarakat. (Fahrudin, 1997). </div><div style="text-align: justify;">Proses keterlibatan masyarakat yang kim butuhkan saat mi yaitu keterlibatan masyarakat secara optimal dalam setiap proses manajemen sekolah semua pihak sama-sama memiliki tangggung jawab yang sama besar terhadap peningkatan sekolah dan performannya. Para stakeholder diharapkan tidak saja terlibat dalam sumbangan-sumbangan BP3 dan sumabangan lain yang mereka sendiri tidak tahu untuk tujuan apa sumbangansumbangan tersebut dilakukan. </div><div style="text-align: justify;">Salah satu pendekatan nampaknya cocok untuk paradigma im yaitu pendekatan perencanaan pendidikan partisipatori. Perencanaan partisipatori berarti perencanaan pendidikan yang melibatkan beberapa orang yang berkepentingan dalam merencanakan suatu pengembangan organisasi. Menurut Pidarta (1990) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam rangka penerapan pendekatan partisipatori, antara lain:</div><div style="text-align: justify;">1) Rencanakan hubungan lembaga pendidikan tersebut dengan masyarakat dan monitor hubungan tersebut harus dilakukan oleh suatu tim.</div><div style="text-align: justify;">2) Tentukan frekwensinya dan efektifitas komonikasi.</div><div style="text-align: justify;">3) Personalia suatu sekolah perlu dimutivasi untuk berpartisipasi.</div><div style="text-align: justify;">4) Memotivasi pam orang tua/mayarakat untuk berpartisipasi terutama dalam proses pengambilan keputusan.</div><div style="text-align: justify;">5) Libatkan para orang tua dalam perencanaan pendidikan putra-putri mereka.</div><div style="text-align: justify;">6) Libatkan orang tua/masyarakat dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan performan putra-putrinya.</div><div style="text-align: justify;">7) Beri dorongan kepada orang tua/masyarakat agar ikut meAdidik putra-putrinya.</div><div style="text-align: justify;">8) Lembaga pendidikan harus melaporkanb kemajuan pam siswa kepada orang tua secara periodic, teratur, dan bermakna.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3. Peranan Stakeholder dalam manajemen sekolah</div><div style="text-align: justify;">Manajemmen sekolah sebenamya merupakan proses yang cukup rumit. Dalam praktiknya, proses tersebut harus memperhatikan kepentingan berbagai pihak. Sekolah sebagai salah satu komponen pendidikan dalam system pendidikan Nasional hams memperhatikan kepentingan nasional disampmg kepentingan stakeholder di tingkat sekolah. Banyak sekolah-sekolah yang telah melaksanakan manajemennya tanpa memperhatikan unsur-unsur kepentingan pihak-pihak terkait didalamnya atau sebagai anggota suatu system yang lebih luas . Kondisi mi diperkuat dengan masih relatif sedikitnya bukti-bukti adanya pihak-pihak yang secara sepihak mempunyai kekuatan yang dapat menentukan visi, misi, tujuan dan / atau strategi suatu organisasi sekolah. </div><div style="text-align: justify;">Sadar akan kondisi mi, ketika seorang mengajar di sekolah berencana membuat suatu keputusan diunitnya, maka path saat itu Pula, perlu mempertimbangkan pihak-pihak berkepentingan yang berada diluar organisasinya, sehingga tujuan organisasi ( sekolah) itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan kondisi nil inilah, maka stakeholder perlu mendapat kedudukan strategis dalam menentukan dan mencapai performance sekolah. Banyak stakeholder secara positif dapat memperkukuh posisi organisasi,tetapi secara negatif Para stakeholder dapat menunjukkan keragaman kepentingan, bahkan kepentingan itu sering kali bertentangan. Dalam kondisi ini,perlu kiranya ada upaya untuk mengadaptasi dan mengakomodasi kepentingan menjadi kebutuhan. Agar dapat mengakomodasi kondisi yang kurang menguntungkan mi, maka perencana pendidikan diharapkan mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan yang bermakna,sehingga implementasi perencanaan itu, tidak hanya memuaskan Para stakeholder,tetapi juga mampu mencapai tujuan sekolah yang telah menjadi kesepakatan berbagai pihak. Selain itu, piha-pihak berkepentingan itu harus benar-benar terlibat secara aktif path proses manajemen,baik pada proses pengambilan keputusan,penyelenggaraan program, perolehan manfaat,dan evaluasi ataupun pengendalian. Secara sederhana proses manajemen pendidikan dalam rangka pemberdayaan stakeholder, digambarkan oleh Fahrudin (1997) sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">Dalam koridor seperti iiii keterlibatan stakeholder tidak hanya sebagai pelengkap atau kontributor yang memberikan </div><div style="text-align: justify;">bantuan dana semata untuk keberhasilan dalam suatu program, tetapi benar-benar sebagai mitra dalam keseluruhan proses pemberdayaan sekolah dan stakeholdemya dalam rangka meningkatkan performannya </div><div style="text-align: justify;">Pada proses perencanaan stakeholder harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam hal-hal perumusan visi dan misi sekolah, menentukan posisi sekolah dalam penyusunanprogram strategisnya. Dalam peruusan berbagai indicator sebagai parameter performan sekolah baik dari segi perangkat (komponen sekolah) dan kinerja ataupun kualitasnya.</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan pada proses pelaksanaan pam stake holder harus mampu memberikan masukan-masukan berupa hasil-hasil analisis dad interaksi antara komponen sekolah. Mengatasi masalah-masalah yang muncul dan masalah-masalah lain yang berhubungan dengan unsur pengendalian system.</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan dalam proses evaluasi dan perolehan manfaat para stakeholder mi hams mampu memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek komponen sekolah yang belum mampu memenuhi standar, kelemahan-kelemahan kinerja sekolah, dan kualitas lulusannya, seperti : Peningkatan prestasi akademik, sikap, dan keterampilan, hambatan dan penerimaan lulusan sekolah pada sekolah yang lebih tinggi. Penerimaan siswa pada lapangan kerja, serta perkembangan kemampuan siswa dalam rangka aktualitas did dalam kehidupan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">SIMPULAN </div><div style="text-align: justify;">A. SIMPULAN</div><div style="text-align: justify;">Stakeholder pendidikan merupakan suatu kelompok orang yang hams diperhatikan dalam proses manajemen sekolah,khususnya dalam upaya peningkatan perfoeman sekolah.Sesuai dengan pengertiannya kelompok im terdiri dari beberapa orang atau kelompok yang memiliki kepentingan tertentu terhadap keberhasilan sekolah Sekolah yang baik dan maju jika dalam proses perencanaan melibatkan stakeholdernya.Tentu saja pendekatan yang dikembangkan dalam rangka melibatkan pihak-pihak mi tidaklah pendekatan monologis yang hanya mementingkan satu pihak saja.Tetapi diperlukan suatu pendekatan baru yang menuntut keterlibatan secara aktif semua pihak, baik fisik ataupun mental. Pendekatan seperti mi dikenal dengan pendekatan perencanaan partisipatori. Hal mi disebabkan karena performan sekolah yang akan dibangun merupakan suatu yang kompleks dengan berbagai unsure dan komponenya.</div><div style="text-align: justify;">Aspek performan sekolah sangat komplek karena mengacu pada proses dan basil- basil yang dicapai keseluruhan dalam proses pendidikan disekolah. Semua aspek hams sesuai dengan tujuan atua kreteria tertentu sebagai acuan kualiatas aspek-aspek mi meliputi aspek yang. (1) berkaitan dengan masukan pendidikan (input). (2) berkaitan dengan proses pendidikan (proses). (3) berkaitan dengan keluaran pendidikan (output). (4) berkaitan dengan dampak pendidikan terhadap masyarakat</div><div style="text-align: justify;">Dalam rangka mengoptimalkan peran serta stakeholder di sekolah memerlukan langkah-langkah. (1) Identifikasi stakeholder. (2) Pemetaan stakeholder dan. (3) Proses peranserta stakeholder dalam manajemen sekolah, baik perencanaan, pelaksanaan, ataupun pengendalian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Fahrudin, Fuat, 1997. Strategi Pembangunan Partisipasi Masyarakat dalam rangka Peningkatan Mutu SD. Jakarta: Diijen Diknasmen Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Fattah, Nano, 2000. Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung : PT. Remaja Rasda Karya.</div><div style="text-align: justify;">Jones, gereth R, 1995. Organizational Theory:Texs and Cases. Reading Massachusets :Anddison Wesly Publishing Company.</div><div style="text-align: justify;">Makmun, Abin Syamsudin, 2000. Analisis Visi dan Misi Pembangunan Pendidikan Nasional, Jakarta Biro Perencanaan Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Makmun, Abin Syamsudin, 2000. Analisis posisi pembangunan Pendidikan nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Noahi, Nasution, dkk, 1997. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Pidarta, Made, 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipatori, Jakarta: Rineka Cipta.</div><div style="text-align: justify;">Puswanto, Joko, 2000. Pengembangan Institusi dalam rangka pelaksanaan program strategis, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Rohani, Ahmad,dkk, 1991. Pengelolaun Pengajaran, Jakarta: Rinika Cipta.</div><div style="text-align: justify;">Saputaro, Triono dan M. Muhadjir, 2000. Pengendalian Strategis dan Operasional dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Satori, Djam'an, 2000. Sasaran Pembangunan Pendidikan Nasional, Jakarta : Biro Perencanaan Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Sumamo, 2000. Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional Jakarta : Biro Perencanaan Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Supriadi, Dedi, 1996. KreatWtas,Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, Alfabeta.</div><div style="text-align: justify;">Surjadi, Ace dan H.A.R. Tilaar, 19994. Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya.</div><div style="text-align: justify;">Tumanggung, Amin, 2000. Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.</div><div style="text-align: justify;">Wahab Rachmad, 2000. Analisis Stakeholder Pembangunin Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-36593752945221844362019-01-25T21:11:00.004+07:002019-01-25T21:11:45.973+07:00INTERAKSI INDIVIDU DENGAN LINGKUNGAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A. Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok vs kelompok dll. Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.</div><div style="text-align: justify;">Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk contoh Interaksi sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B dan B meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung.</div><div style="text-align: justify;">Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.</div><div style="text-align: justify;">Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menyadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.</div><div style="text-align: justify;">Empati adalah interaksi sosial yang disasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif . Asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi (kerjasama) (Intinya interaksi social yang baik-baik, kerjasama, rukun, harmonis, serasa dll). Contoh kerja sama antara depertemen pendidikan nasional dengan PT Telkom dalam program Jardiknas.</div><div style="text-align: justify;">Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak baik, penuh persaingan, perang dingin, bertengkar dll). Contoh Bapak memukul anaknya karena tidak mendengarkan nasihatnya. Menyuruh pergi seorang pengemis dengan cara membentak.</div><div style="text-align: justify;">Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :Bagaimana interaksi individu dengan lingkungannya?</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/01/penerapan-teori-sibernetik-dalam.html" target="_blank">PENERAPAN TEORI SIBERNETIK DALAM PEMBELAJARAN</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A. Interaksi individu dengan lingkungan</div><div style="text-align: justify;">Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.</div><div style="text-align: justify;">Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, kita berhubungan dengan antar individu dan kelompok di lingkungan sosial yang berbeda-beda. Individu memiliki karakter yang berlainan satu dengan yang lainnya. Perbedaan antar karakter individu sebagai identitas diri individu masing-masing. Perilaku yang ditunjukkan oleh individu, membuat individu yang lain mengambil sikap atau tindakan sebagai reaksi individu yang bersangkutan. Interaksi individu akan membentuk kondisi lingkungan dalam pergaulannya.</div><div style="text-align: justify;">Reaksi yang diambil oleh individu, bisa sebagai reaksi positif atau negative terhadap perilaku individu yang lain. Reaksi positif, bisa disebabkan masing-masing individu saling menghargai, mengikuti norma yang berlaku, tidak menunjukkan egois yang berlebihan, persamaan pemikiran, kesamaan kepentingan, tujuan atau merasakan adanya perasaan senasib. Reaksi negatif yang terjadi, bisa karena ada salah satu individu tidak mengindahkan norma-norma yang ada, merasa tidak ada kesamaan kepentingan, egois yang berlebihan, tidak sejalan pemikiran, tujuan yang berbeda dan merasa diri lebih hebat dari yang lain.</div><div style="text-align: justify;">Interaksi individu bisa dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat. Masing-masing lingkungan sosial mempunyai penekanan norma-norma.</div><div style="text-align: justify;">• Lingkungan keluarga.</div><div style="text-align: justify;">Sebagai lingkungan sosial awal dalam membentuk karakter individu. Anak sebagai individu menghormati orang tua, menyayangi sesama anggota keluarga. Begitu juga dengan orang tua, menyayangi sesama anggota keluarganya. Jika tidak ada saling menyayangi akan timbul kekacauan dalam keluarga. Keluarga juga sebagai tempat individu untuk berlindung.</div><div style="text-align: justify;">• Sekolah.</div><div style="text-align: justify;">Individu dalam sekolah menjalankan peranan masing-masing. Individu sebagai murid dalam lingkungan sekolah, berinteraksi dengan individu yang sebaya. Memiliki tujuan yang sama untuk belajar, memiliki kesamaan kepentingan dan ada aturan. Membuat individu hampir tidak ada perselisihan.</div><div style="text-align: justify;">• Tempat kerja.</div><div style="text-align: justify;">Individu satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan latar belakang, Namun dengan perbedaan yang ada, mereka harus bekerjasama untuk kemajuan diri dan perusahaannya. Individu dalam lingkungan kerja melakukan hubungan komunikasi yang baik, untuk kemajuan perusahaan. Jika tidak ada komunikasi yang baik, akan membuat lingkungan kerja yang kurang nyaman.</div><div style="text-align: justify;">• Masyarakat.</div><div style="text-align: justify;">Lingkungan paling luas bagi individu untuk berinteraksi dengan individu lain. Masing-masing individu memiliki perbedaan latar belakang, kepentingan dan tujuan. Hal yang kelihatan dengan mata, bisa sebagai kebohongan karena ada kepentingan dan tujuan yang berlainan. Individu menjaga jarak sebagai perlindungan diri. Tapi masing-masing individu saling menghargai karena adanya norma sosial.</div><div style="text-align: justify;">Individu dalam berinteraksi mempunyai perbedaan maupun persamaan. Jika masing-masing individu dapat menggambarkan atau melukiskan keadaan dan perasaan diri orang lain ke dalam diri sendiri, maka akan tercipta suasana lingkungan sosial yang nyaman.</div><div style="text-align: justify;">Pada teori konvergensi disebutkan bahwa lingkungan memiliki peranan penting dalam perkembangan jiwa manusia. Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yaitu :</div><div style="text-align: justify;">a. Lingkungan fisik ; berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan tanah serta musim</div><div style="text-align: justify;">b. Lingkungan sosial ; berupa lingkungan tempat individu berinteraksi. Lingkungan sosial dibedakan dalam dua bentuk :</div><div style="text-align: justify;">a) Lingkungan sosial primer : yaitu lingkungan yang anggotanya saling kenal</div><div style="text-align: justify;">b) Lingkungan sosial sekunder : lingkungan yang hubungan anatar anggotanya bersifat longgar.</div><div style="text-align: justify;">Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata memiliki hubungan timbal balik lingkungan mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi lingkungan. Sikap individu terhadap lingkungan dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu :</div><div style="text-align: justify;">a) Individu menolak lingkungan jika tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu</div><div style="text-align: justify;">b) Individu menerima lingkungan jika sesuai dengan dengan yang ada dalam diri individu</div><div style="text-align: justify;">c) Individu bersikap netral atau berstaus quo.</div><div style="text-align: justify;">Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.</div><div style="text-align: justify;">Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.</div><div style="text-align: justify;">Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Lingkungan Membuat Individu Sebagai Makhluk Social</div><div style="text-align: justify;">Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.</div><div style="text-align: justify;">Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.</div><div style="text-align: justify;">Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.</div><div style="text-align: justify;">2. Lingkungan Membuat Wajah Budaya Bagi Individu</div><div style="text-align: justify;">Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.</div><div style="text-align: justify;">Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :</div><div style="text-align: justify;">a. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika berkunjung ke rumah.</div><div style="text-align: justify;">b. Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.</div><div style="text-align: justify;">c. Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun berubah menjadi anak yang rajin.</div><div style="text-align: justify;">d. Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya. Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga dikamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan manipulation yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">A. Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan pembahasan pada bab ii penyusun dapat menarik kesimpulan bahwa:</div><div style="text-align: justify;">Individu dalam berinteraksi sangat bergantung sekali pada keadaan di mana individu tersebut berada.</div><div style="text-align: justify;">Individu akan menolak keadaan lingkungan apabila lingkungan tersebut bertentangan dengan dengan keadaan dirinya.</div><div style="text-align: justify;">Interaksi individu akan membentuk kondisi lingkungan dalam pergaulannya.</div><div style="text-align: justify;">Individu akan menerima lingkungan apabila sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-50859054466764145712019-01-25T13:32:00.000+07:002019-01-25T13:32:30.661+07:00PENERAPAN TEORI SIBERNETIK DALAM PEMBELAJARAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A. Latar Belakang Masalah</div><div style="text-align: justify;">Teori adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab akibat diantara variable yang saling bergantung.Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil latihanatau pengalaman.Perubahan yang dimaksud harus relative permanen untuk waktu yang cukup lama.Oleh karena itu sangat dibutuhkan teori-teori belajar.Snelbecterdalambuku Ratna Wilis(1991) berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting melainkan bagian vital psikologi dan pendidikan untuk dapat maju,berkembang dan memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang.Untuk itu pemahaman tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang bersifat teoritis dan telah diuji kebenarannya melalui eksperimensangat dibutuhkan.Kebutuhan hal tersebut melahirkan teori belajar yang diantaranya adalah teori belajar sibernetik.</div><div style="text-align: justify;">Teori ini sangat penting kami angkat mengingat dunia pendidikan saat ini sudah memasuki Milenium ke-3 yang mana perkembangan pendidikan harus sejalan dengan kemajuan tekhnologi informasi,sehingga pendidik dituntut untuk lebih proaktif serta seefektif mungkin dalam menyusun pembelajaran dan merangsang anak didik agar muncul minat untuk belajar melalui teori belajar sibernetik yang intisari teori tersebut menekankan pada sebuah informasi yang diterima.</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/01/historiografinya-dan-istilah-dalam.html" target="_blank">Historiografinya dan istilah dalam filsafat Islam.</a></blockquote><div style="text-align: justify;">B. Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan latar belakang masalah diatas,rumusan masalah yang dapat dibahas dalam makalah ini adalah:</div><div style="text-align: justify;">a.Apakah pengertian teori belajar sibernetik?</div><div style="text-align: justify;">b. Siapa sajakh tokoh teori belajar sibernetik tersebut?</div><div style="text-align: justify;">c. Bagaimanakah penerapan teori belajar sibernetik tersebut?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Tujuan Penulisan</div><div style="text-align: justify;">a. Untuk mengetahui pengertian teori sibernetik.</div><div style="text-align: justify;">b. Untuk mengetahui tokoh penemu teori sibernetik.</div><div style="text-align: justify;">c. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teori belajar sibernetik dalam pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D. Manfaat Penulisan</div><div style="text-align: justify;">Penyusunan makalah ini bermanfaat secara:</div><div style="text-align: justify;">a. Teoritis;untuk mengkaji Ilmu Psikologi Pendidikan khususnya dalam menerapkan teori sibernetik dalam pembelajaran.</div><div style="text-align: justify;">b. Praktis;agar mahasiswa memahami tentang pengertian serta tokoh dalam teori belajar sibernetik.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A. Pengertian Teori Sibernetik</div><div style="text-align: justify;">Teori Sibernetik adalah teori belajar yang mementingkan aspek pengeolahan informasi. Teori ini lebih berorientasi pada proses belajar dari pada hasil belajar. Bagamana informasi tersebut dipelajari akan menentukan proses belajar siswa. Teori ini tidak ada proses belajarpun yang ideal diterapkan di segala situasi. Sayu informasi akan dipelajari siswa dalam satu proses belajar. Namun siswa lain akan mempelajarinya dalam beberapa proses belajar tergantung kemampuan imajinasi yang dimiliki individu siswa.</div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya menurut Teori Sibernetik (budiningsih;2005) belajar adalah pengolahan informasi. Seolah- olah Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori Kognitif. Dengan demikian proses belajar memang penting dalam teori sibernetik namun, yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang proses yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses bagamana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem infomasi yang dipelajari. Tokoh pengeikut Teori ini seperti: Gage, dan Berliner, Biehler, Snoman, Baine, dan Tennyson.</div><div style="text-align: justify;">Hal lain yang berkaitan dengan teori Sibernetik adalah komponen pemrosesan infomasi di pilah berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah:</div><div style="text-align: justify;">1. Sensory Receptor merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Informasi itu ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu yang sangat singkat.</div><div style="text-align: justify;">2. Working Memory diasumsikan mampu menangkap informasi yang di beri perhatian oleh individu.</div><div style="text-align: justify;">3. Long Term Memory berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu.</div><div style="text-align: justify;">Sejalan dengan Teori pemrosesan informasi, Ausubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu. Relgeluth dan Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata di dalam srtuktur koginif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci. Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian (enconding) diikuti dengan penyimpanan informasi (storage) dan diakhiri dengan mengungkapkan informasi- informasi yang di simpan dalam (retrieval)</div><div style="text-align: justify;">B. Tokoh Pememu Teori Sibernetik</div><div style="text-align: justify;">a. Landa</div><div style="text-align: justify;">Landa merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik.Menurut landa,ada dua macam proses berfikir.Pertama,disebut proses berfikir “algoritmik”,yaitu proses berfikir liner,konvergen,lurus menuju ke satu target tertentu.Kedua,adalah cara berfikir “heuristic”,yakni cara berfikir divergen,menuju ke beberapa target sekaligus.</div><div style="text-align: justify;">Proses belajar akan berjalan dengan baik jikab yang hendak dipelajari itu(istilah yang lebih teknis yaitu sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya.Satu hal lebih tapat apabila disajikan dalam bentuk ”terbuka” dan member keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berfikir.</div><div style="text-align: justify;">b. Pask dan Scott</div><div style="text-align: justify;">Menurut Pask dan Scott,proses berfikir anak ada dua macam:1.Pendekatan serialis dengan pendekatan algoritmik 2.Berfikir menyeluruh(who list) tidak sama dengan heuristic.Cara berfikir menyeluruh adalah berfikir cenderung melompat ke depan,langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan yang berorientasi pada pengolahan informasi menekankan beberapa hal seperti ingatn jangka pendek(short term memory) dan ingatan jangka panjang(long term memory) dan sebagainya yang berhubungan dengan apa yang terjadi di otak kita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Penerapan (Aplikasi) Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran</div><div style="text-align: justify;">Aplikasi Teori Sibernetik terhadap pembelajaran hendaknya menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang kegiatan- kegiatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong untuk kerja, memberikan balikan informative, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar. Sehingga dalam penyusunan pembelajaran nantinya akan membentuk program yang akan diberikan kepada siswa di antaranya adalah:</div><div style="text-align: justify;">• Menentukan tujuan instruksional</div><div style="text-align: justify;">• Menentukan materi pelajaran</div><div style="text-align: justify;">• Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi tersebut</div><div style="text-align: justify;">• Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi (algoritmik dan heuristic)</div><div style="text-align: justify;">• Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasi</div><div style="text-align: justify;">• Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar kritik.</div><div style="text-align: justify;">Dalam penerapan Teori Sibernetik di dalam pembelajaran mempunyai beberapa keistimewaan di antaranya adalah:</div><div style="text-align: justify;">• Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol</div><div style="text-align: justify;">• Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis</div><div style="text-align: justify;">• Kapabilitas belajar dapat di sajikan lebih lengkap</div><div style="text-align: justify;">• Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya</div><div style="text-align: justify;">• Control belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing- masing individu</div><div style="text-align: justify;">• Balikan informative memberikan rambu- rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah di capai di bandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.</div><div style="text-align: justify;">Di samping ada keistimewaannya teori ini juga ada kelemahannya karena lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari dan kurang memperhatikan bagamana proses belajar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;">KESIMPULAN</div><div style="text-align: justify;">a. Teori belajar sibernetik adalah salah satu teori belajar yang menekankan pada pengolahan informasi dengan memberikan keleluasaan dalam proses belajar siswa sesuai dengan kemampuan berfikirnya.</div><div style="text-align: justify;">b. Tokoh penemu teori sibernetik yaitu Landa serta Pask dan Scott.</div><div style="text-align: justify;">c. Penerapan teori sibernetik adalah dengan memberikan informasi yang jelas dan terarah tentang masalah yang akan dipelajari,disertai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran,merangsang ingatan pada prasyarat belajar,memberikan motivasi dan bimbingan serta menilai unjuk kerja anakn didik sehingga mampu meningkatkan aktifitas belajarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Budiningsih,Asri.Belajar Dan Pembelajaran.Yogyakarta:FIP UNY.2002</div><div style="text-align: justify;">B.Uno,Hamzah.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.Bandung:Bumi Aksara.2008</div><div style="text-align: justify;">Djamarah,Drs.Saiful Bahri.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta.2002</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-49944290720246097262019-01-23T23:04:00.001+07:002019-01-23T23:04:08.953+07:00PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS SEKOLAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOrNP6g08yLtSlyJRKu8UdisWJh8Y_S27exfNScCmNGqwkVp062Oa5XMrRXrrVlKOJzjML2rC07imv9MyCPnXykz0Zv9r0lG36LNguSZjU6fZyom3rlZ4kWqU9DRUE6E9X4vcJ3luZYjk/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="183" data-original-width="275" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOrNP6g08yLtSlyJRKu8UdisWJh8Y_S27exfNScCmNGqwkVp062Oa5XMrRXrrVlKOJzjML2rC07imv9MyCPnXykz0Zv9r0lG36LNguSZjU6fZyom3rlZ4kWqU9DRUE6E9X4vcJ3luZYjk/s1600/images.jpg" style="cursor: move;" /></a></div><div style="text-align: center;"><b>ABSTRAK</b></div><div style="text-align: justify;">Dalam berbagai literatur, kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudut pandang, yakni: (1) pendekatan sifat, atau karakteristik bawaan lahir, atau traits approach; (2) pendekatan gaya atau tindakan dalam memimpin, atau style approach; dan (3) pendekatan kontingensi atau contingency approach. Pada perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-cara menjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan kesadaran tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesional dan bermoral. </div><div style="text-align: justify;">Secara konseptual pemberdayaan menawarkan keuntungan bagi individu dan organisasi. Keuntungan dimaksud mencakup beberapa dimensi. Pertama, peluang untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian bagi peningkatan mutu layanan. Kedua, memasarkan keterampilan baru dan beragam pengalaman yang ada. Ketiga, meningkatkan motivasi. Keempat, meningkatkan etos kerja yang memiliki dampak positif bagi produktifitas. Kelima, mereduksi stress bekerja dikalangan staf. </div><div style="text-align: center;"><b>Kata kunci, Peran Kepemimpinan dan Pemberdayaan Komunitas Sekolah</b></div><blockquote class="tr_bq">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/01/peranan-guru-sebagai-insan-multidimensi.html" target="_blank">PERANAN GURU SEBAGAI INSAN MULTIDIMENS</a></blockquote><div style="text-align: justify;"><b>A. PENDAHULUAN</b></div><div style="text-align: justify;">Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan bahwa penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan pemimpin yang bersangkutan. Kenyataan atau gagasan, serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua pihak maklum adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, ganti kebijakan”, bahkan sampai hal-hal teknis seperti ganti tata ruang kantor, ganti kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah, kepemimpinan itu merupakan fenomena yang kompleks sehingga selalu menarik untuk dikaji.</div><div style="text-align: justify;">Dalam berbagai literatur, kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudut pandang, yakni: (1) pendekatan sifat, atau karakteristik bawaan lahir, atau traits approach; (2) pendekatan gaya atau tindakan dalam memimpin, atau style approach; dan (3) pendekatan kontingensi atau contingency approach. Pada perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-cara menjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan kesadaran tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesional dan bermoral.</div><div style="text-align: justify;">Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi </div><div style="text-align: justify;">Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan, manusia hidup berkelompok. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.</div><div style="text-align: justify;">Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relative pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan penting dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>B. PEMBAHASAN</b></div><div style="text-align: justify;">Kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin”, apabila ditambah awalan me menjadi memimpin, yang berarti menunjukkan jalan dan membimbing. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Demikian pula kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum, serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. </div><div style="text-align: justify;">Definisi lain dari kepemimpinan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga seseorang tersebut mampu menggerakakn orang-orang untuk melakukan perbuatan atau tindakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip oleh Mohammad Thoha, kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka denga sukarela menyumbangkan kemampuannya secara maksimal demi pencapaian tujuan kelompok yang telah ditetapkan. </div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah untuk memberikan pengaruh kepada orang lain melalui interaksi individu dan kelompok sebagai wujud kerjasama dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara terminologi kepemimpinan menurut pendapat para ahli adalah: </div><div style="text-align: justify;">1. Soetopo mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampauan atau kesiapan yang dimilki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun dan menggerakan untuk pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu, dengan melibatkan unsur-unsur kepemimpinan antara lain, a. Orang yang dapat mempengaruhi orang lain, b. orang dapat dipengaruhi, c. maksud-maksud tujuan tertentu, d. serangkaian tindakan tertentu untuk mencapai tujuan tersebut. </div><div style="text-align: justify;">2. Joseph C. Rast, berpendapat kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama. </div><div style="text-align: justify;">3. Muhaimin, mendefinisikan kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>C. FUNGSI KEPEMIMPINAN</b></div><div style="text-align: justify;">Fungsi kepemimpinan mengandung dua dimensi utama yaitu kemampuan pemimpin dalam mengarahkan (derection) dan tingkat dukungan (supprot) dari anggota organisasi. Dalam sisi lain tugas dan fungsi kepemimpinan sangat kompleks dan sistemik yaitu, sebagai pengambil keputusan (decison making), pengendali konfilk (confict controler), dan pembangun tim (team building). Secara operasionalnya fungsi kepemimpinan dibedakan menjadi lima pokok, yaitu: </div><div style="text-align: justify;">1. fungsi instruktif. Yaitu sebagai komunikator menentukan apa, bagaimana, kapan dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.</div><div style="text-align: justify;">2. fungsi konsultatif. Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, pertama, usaha menetapkan keputusan, kedua, konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan, dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan. </div><div style="text-align: justify;">3. fungsi partisipatif. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. </div><div style="text-align: justify;">4. fungsi delegasi. Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat dan menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan, dalam arti lain (kepercayaan). </div><div style="text-align: justify;">5. fungsi pengendalian. Fungsi ini bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi ini dapat diwujudkan menlalaui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. </div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, fungsi utama dari pemimpin adalah; a. Bertugas memberikan struktur yang jelas disaat situasi rumit yang dihadapi kelompoknya, b. bertugas mengawasi dan menyalurkan perilaku kelom pok yang dipimpinnya, dan c. bertugas sebagai juru bicara kelompok yang dipimpinnya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>D. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN</b></div><div style="text-align: justify;">1. teori pendekatan sifat </div><div style="text-align: justify;">Sifat merupakan salah satu karakteristik yang spesifik yang dimiliki oleh individu, seperti sifat kepercayaan diri, keberanian, dll. Menurut teori sifat, hanya individu yang memiliki sifat-sifat tertentulah yang bisa menjadi seorang pemimpin. Adapun menurut Stogdill faktor kepribadian dalam kepemimpinan harus lebih kuat pada pemimpin dibanding pada para pengikut. Kepribadian itu menyangkut kewaspadaan, kepercayaan diri, dan integritas yang tinggi. </div><div style="text-align: justify;">2. teori pendekatan prilaku (behaviour leadership). </div><div style="text-align: justify;">Pendekatan prilaku dalam kepemimpinan merupakan jawaban dari keterbatasan pendekatan sifat, sebagai teori kepemimpinan klasik yang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan (leader are born, not built). </div><div style="text-align: justify;">3. teori pendekatan situasional (situasional leadership)</div><div style="text-align: justify;">Teori kepemimpinan situasional ini tidak pelak peletakan dasarnya berasal teori sifat dan teori prilaku, dari keduanya itu mensyaratkan bahwa, cara yang efektif memimpin adalah tergantung situasi. Menurut Hersey dan Blanchard sebagaimana dikutip oleh Atiqullah kepemimpinan situasional mengidentifikasi empat situasi pengikit yaitu; directing, perilaku pemimpin dangan pengarahan yang tinggi/dukungan rendah. Coaching, pengarahan tinggi/dukungan tinggi, supporting, berupa perilaku pemimpin yang tinggi dukungan/rendah pengarahan, delegating, perilaku pemimpin dengan dukungan rendah/pengarahan rendah. </div><div style="text-align: justify;">4. teori kepemimpinan karismatik (charismatic leadership) dengan ciri-ciri sebagai berikut; a. Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas, b. mengkomunikasikan visi itu dengan efektif, c. mendemonstrasikan konsistensi dan fokus, d. mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya. </div><div style="text-align: justify;">5. teori kepemimpinan tranformasional (tranformational leadership). </div><div style="text-align: justify;">Teori ini sifatnya transaksional yaitu membimbing atau memotivasi pengikutnya atau bawahannya kearah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan ketentuan-ketentuan peran dan tugas. Teori ini memberikan pertimbangan yang bersifat individual, stimulasi intelektual dan memiliki karismatik. Kepemimpinan teransformational dibangun dari kepemimpinan transaksional. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>E. PEMBERDAYAAN SEKOLAH </b></div><div style="text-align: justify;">Pemberdayaan sekolah pada umumnya terkait langsung dengan sumber daya sekolah itu sendiri. Secara kualitatif, sumber daya sekolah dapat diklafisikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu; sumber daya manusia, sumber daya materiil, dan sumber daya falisitatif, berupa struktur sekolah organisasi sekolah yang mudah ditata, yang masing-masingnya dapat memfasilitasi tugas pokok dan unit struktur itu. </div><div style="text-align: justify;">Untuk mencapai produk pemberdayaan yang optimal, komunitas sekolah harus mampu bekerja dengan menggunakan format berpikir yang cerdas, karenanya, istilah perencanaan, implementasi program, efisiensi dan akuntabilitas menjadi kata kunci dalam diskusi komunitas sekolah untuk tujuan masa kini dan dimasa datang. </div><div style="text-align: justify;">Terkait pemberdayaan sekolah pada masa depan Whitaker dan Moses mengatakan bahwa salah satu pemberdayaan sekolah yaitu memperdayakan komunitas sekolah yang sangat fundamental bagi proses sekolah, antara lain adalah: </div><div style="text-align: justify;">1. pemberdayaan mengkreasi rasa memimpin diri (self-leading). Bagi pembangkitan motivasi, bertindak, dan produktivitas. </div><div style="text-align: justify;">2. pemberdayaan menggiring, yaitu keputusan dibuat untuk bersama-sama membangun serta menginplementasikan dalam mencapai hasil dan komitmen yang besar. </div><div style="text-align: justify;">3. pemberdayaan mencegah sedemikian rupa munculnya sikap mindless bureaucracy. </div><div style="text-align: justify;">4. pemberdayaan menginpirasi pertumbuhan komunitas sekolah dan usaha-usaha untuk selalu memperbahrui profesionalitas diri. . </div><div style="text-align: justify;">5. pemberdayaan bagi komunitas sekolah menstimulasi kolaborasi diantara sesama.</div><div style="text-align: justify;">Secara konseptual pemberdayaan menawarkan keuntungan bagi individu dan organisasi. Keuntungan dimaksud mencakup beberapa dimensi. Pertama, peluang untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian bagi peningkatan mutu layanan. Kedua, memasarkan keterampilan baru dan beragam pengalaman yang ada. Ketiga, meningkatkan motivasi. Keempat, meningkatkan etos kerja yang memiliki dampak positif bagi produktifitas. Kelima, mereduksi stress bekerja dikalangan staf. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>F. PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS SEKOLAH</b></div><div style="text-align: justify;">Adapun peran kepemimpinan dalam pemberdayaan sekolah adalah: </div><div style="text-align: justify;">1. sebagai leader, 2. sebagai administrator, 3. Sebagai manajer, 4. Sebagai supervisor. 5. Sebagai decison making (pengambil keputusan), 6. Sebagai confict controler (pengendali konflik), dan 7. Sebagai team building (Pembangun tim). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>G. KESIMPULAN</b></div><div style="text-align: justify;">kepemimpinan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga seseorang tersebut mampu menggerakakn orang-orang untuk melakukan perbuatan atau tindakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan</div><div style="text-align: justify;">1. fungsi instruktif. 2. fungsi konsultatif. 3. fungsi partisipatif. 4. fungsi delegasi. 5. fungsi pengendalian. </div><div style="text-align: justify;">fungsi utama dari pemimpin adalah; a. Bertugas memberikan struktur yang jelas disaat situasi rumit yang dihadapi kelompoknya, b. bertugas mengawasi dan menyalurkan perilaku kelom pok yang dipimpinnya, dan c. bertugas sebagai juru bicara kelompok yang dipimpinnya</div><div style="text-align: justify;">1. teori pendekatan sifat. 2. teori pendekatan prilaku (behaviour leadership). 3. teori pendekatan situasional (situasional leadership). 4. teori kepemimpinan karismatik (charismatic leadership). 5. teori kepemimpinan tranformasional (tranformational leadership). </div><div style="text-align: justify;">Secara konseptual pemberdayaan menawarkan keuntungan bagi individu dan organisasi. Keuntungan dimaksud mencakup beberapa dimensi. Pertama, peluang untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian bagi peningkatan mutu layanan. Kedua, memasarkan keterampilan baru dan beragam pengalaman yang ada. Ketiga, meningkatkan motivasi. Keempat, meningkatkan etos kerja yang memiliki dampak positif bagi produktifitas. Kelima, mereduksi stress bekerja dikalangan staf. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>DAFTAR RUJUKAN </b></div><div style="text-align: justify;">Mohammad Thoha, <i>Manajemen Pendidikan Islam Konseptual dan Operasional</i>, Pustaka Radja: Surabaya, 2016. </div><div style="text-align: justify;">Atiqullah, <i>Perilaku Kepemimpinan Kolektif Pondok Pesantren</i>, Pustaka Radja: Surabaya, 2016. </div><div style="text-align: justify;">Abdul Muin, <i>Kepemimpinan Pendidikan</i>, Lembaga Pengkajian & Pengembangan Ilmiah, 2010</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-38945579146917951932019-01-19T19:37:00.001+07:002019-01-19T19:37:30.139+07:00HUBUNGAN AR-RA’YU DALAM HAL ILMU PENGETAHUAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">BAB I</div><div style="text-align: justify;">PENDAHULUAN</div><div style="text-align: justify;">A. Latar Belakang</div><div style="text-align: justify;">Menurut ajaran islam manusia dibekali Allah dengan berbagai perlengkapan yang sangat berharga antara lain akal, kehendak, kemampuan untuk berbicara. Dengan akalnya manusia dapat membedakan antara yang benar dengan yang salah, yang baik dengan yang buruk, antara kenyataan dengan khayalan. Dengan mempergunakan akalnya manusia akan selalu sadar pada kehendak yang bebas (freewill). Manusia dapat memilih jalan yang dilaluinya, membedakan yang mutlak dan yang nisbi. kemudian ia dimintai pertanggungjawaban mengenai segala perbuatannya. </div><div style="text-align: justify;">Sebagai sumber ajaran yang ke-3, kedudukan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat penting sekali dalam sistem ajaran islam. Didalam kepustakaan, sumber ajaran islam yang ke-3 ini disebut dengan istilah ar-ra’yu atau sering juga disebut dengan kata ijtihad. Ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu yang memenuhi syarat untuk mencari, menemukan dan menetapkan nilai dan norma yang tidak jelas atau tidak terdapat patokannya didalam al-qur’an dan al-hadis.</div><div style="text-align: justify;">B. Rumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">1. Apa yang dimaksud ijtihad atau ar-ra’yu</div><div style="text-align: justify;">2. Sebutkan syarat-syarat ijtihad atau ar-ra’yu</div><div style="text-align: justify;">3. Sebutkan macam-macam ijtihad dan jelaskan</div><div style="text-align: justify;">4. Bagaimana hubungan ijtihad dalam hal ilmu pengetahuan</div><div style="text-align: justify;">C. Tujuan penulisan</div><div style="text-align: justify;">1. Untuk memahami pengertian ijtihad atau ar-ra’yu</div><div style="text-align: justify;">2. Untuk mengetahui syarat-syarat ijtihad atau ar-ra’yu</div><div style="text-align: justify;">3. Untuk mengetahui macam-macam ijtihad dan penjelasanya</div><div style="text-align: justify;">4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ijtihad dalam hal ilmu pengetahuan. </div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/01/telaah-pengembangan-silabus-dan-rpp.html" target="_blank">TELAAH PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP</a></blockquote><div style="text-align: justify;">BAB II</div><div style="text-align: justify;">PEMBAHASAN</div><div style="text-align: justify;">A. Pengertian Ijtihad atau Ar-Ra’yu</div><div style="text-align: justify;">Ada tiga istilah dalam bahasa arab yang hampir sama artinya dalam bahasa indonesia. Ketiga istilah tersebut yaitu ijtihad, jihad dan mujahadah. Wacana ijtihad biasa dipakai dalam sulfik dan terkadang pula dalam pemikiran. Wacana ijtihad biasa dipakai dalam fiqih yang lebih ditekankan pada kemampuan fisik dalam menegakkan agama Allah. Sedangkan mujahadah bisa dipakai dalam tasawuf yang menekankan kemampuan rohaniyah.</div><div style="text-align: justify;">Kata ijtihad dapat berarti al-thaqah (kemampuan, kekuatan) atau berarti al-musyaqah (kesulitan, kesukaran). Dengan demikian karena lapangan ijtihad adalah masalah-masalah yang sukar dan berat. Orang yang mampu melakukan ijtihad adalah orang-orang yang benar-benar pakar. Dengan itu al-syaukani mengatakan bahwa ijtihad yaitu pengerahan kemampuan dalam aktivitas-aktivitas yang berat dan sukar atau secara umum memiliki makna segenap mencurahkan daya intelektual dan bahkan spiritual dalam menghadapi suatu kegiatan atau permasalahan yang sukar.</div><div style="text-align: justify;">Ijtihad memiliki arti kesungguhan, yaitu mengerjakan sesuatu dengan segala kesungguhan. Ijtihad dari sudut istilah berarti menggunakan seluruh potensi nalar secara maksimal dan optimal untuk mengistinbat suatu hukum agama yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok ulama yang memenuhi persyaratan tertentu, pada waktu tertentu untuk merumuskan kepastian hukum mengenai suatu perkara yang tidak ada status hukumnya dalam al-qur’an dan as-sunnah dengan tetap berpedoman pada dua sumber utama. Dengan demikian ijtihad bukan berarti penalaran bebas dalam menggali hukum satu peristiwa yang dilakukan oleh mujtahid, melainkan tetap bersandar pada al-qur’an dan as-sunnah .</div><div style="text-align: justify;">Jadi, ijtihad adalah mengerahkan segenap kemampuan intelektual dan spiritual untuk mengeluarkan hukum yang ada dalam al-qur’an dan as-sunnah, sehingga hukum tersebut dapat diterapkan dalam lapangan kehidupan manusia sebagai solusi atas persoalan-persoalan umat. Sukar tidaknya masalah yang dihadapi tergantung kepada tinggi rendahnya kualitas intelektual dan spiritual seorang mujtahid. Jadi, bukan masalahnya yang sukar dan berat sebagaimana dikemukakan al-syaukani diatas, tetapi kualitas mujtahidnya zaman sekarang tidak muncul hasil-hasil ijthad baru, karen rendahnya kualitas mujtahid dibandingkan dengan para pendiri imam madzhab. Jadi, bukan tertutupnya pintu ijtihad, tetapi tertutupnya pintu intelektual dan spiritual manusia itu sendiri. </div><div style="text-align: justify;">B. Syarat-Syarat Ijtihad atau Ar-Ra’yu</div><div style="text-align: justify;">Syarat adalah ketentuan formal yang harus terpenuhi seluruhnya oleh seorang mujatahid. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka tidak sah (gugur) aktifitas ijtihadnya. Ijtihad tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga terjadinya kekacauan atas nama agama. Karena itu, untuk bisa melaksanakan ijtihad seorang mujtahid harus memenuhi sejumlah persyaratan tertentu meliputi:</div><div style="text-align: justify;">1. Syarat umum :</div><div style="text-align: justify;">a. Islam.</div><div style="text-align: justify;">b. Dewasa.</div><div style="text-align: justify;">c. Berakal sehat.</div><div style="text-align: justify;">d. Kuat daya tangkap dan ingatannya.</div><div style="text-align: justify;">2. Syarat khusus yang harus dipenuhi oleh seorang mujtahid agar dia dapat mengistinbath suatu hukum dari suatu peristiwa meliputi:</div><div style="text-align: justify;">a. Menguasai al –qur’an dan ilmu-ilmu al-qur’an terutama ayat-ayat hukumnya dan latar belakang sejarah turunnya.</div><div style="text-align: justify;">b. Menguasai hadis dan ilmu hadis.</div><div style="text-align: justify;">c. Menguasai bahasa arab dan seluruh cabang ilmunya.</div><div style="text-align: justify;">d. Menguasai ilmu ushul-fiqh.</div><div style="text-align: justify;">e. Memahami tujuan-tujuan pook syari’at islam.</div><div style="text-align: justify;">3. Syarat pelengkap yang harus dipenuhi oleh seorang mujtahid ialah:</div><div style="text-align: justify;">a. Mengetahui tidak adanya dalil yang qath’i tentang kasus yang dihadapi.</div><div style="text-align: justify;">b. Mengetahui masalah-masalah yang masih menjadi khilafiyah (perbedaan pendapat, ed.) dan masalah-masalah yang belum ada kepastian hukumnya.</div><div style="text-align: justify;">c. Sholeh dan takwa. </div><div style="text-align: justify;">Sedangkan M. Dawan Raharjo yang mengutip pendapat Yusuf al-Qardhawi, tentang syarat-syarat mujtahid yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1. Memahami al-Qur’an;</div><div style="text-align: justify;">2. Memahami sunnah rasul;</div><div style="text-align: justify;">3. Menguasai bahasa arab;</div><div style="text-align: justify;">4. Mengetahui masalah-masalah hukum yang telah ijma’;</div><div style="text-align: justify;">5. Menguasai ilmu usul fiqh, terurama metode qiyas dan ijma’;</div><div style="text-align: justify;">6. Memahami maksud dan tujuan syari’at;</div><div style="text-align: justify;">7. Mengenal manusia dan kehidupan sekitarnya, dan</div><div style="text-align: justify;">8. Memiliki sikap adil dan takwa.</div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi, ijtihad sebagai upaya kemauan seseorang dalam menemukan suatu hukum perlu didorong dan dilatih agar tradisi keilmuan dapat berkembang terus. Mereka yang baru ahli dalam ilmu kedokteran misalnya, tetapi tidak ahli dalam bahasa arab perlu mencari korelasi antara pendekatan medis dengan pendekatan ayat al-qur’an melalui terjemahan yang paling sederhana ditambah tafsir-tafsir yang sudah diterjemahkan. </div><div style="text-align: justify;">C. Macam-Macam Ijtihad atau Ar-Ra’yu</div><div style="text-align: justify;">Ijtihad mempunyai beberapa macam bentuk :</div><div style="text-align: justify;">1. Ijma’, kesepakatan ulama dalam menetapkan hukum.</div><div style="text-align: justify;">2. Qiyas, menggabungkan atau menyamakan dari berbagai hukum yang ada. </div><div style="text-align: justify;">3. Istihsӑn, fatwa yang dikeluarkan oleh seorang faqih (ahli fiqih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.</div><div style="text-align: justify;">4. Maslahah mursalah, tidakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya.</div><div style="text-align: justify;">5. Sududz dzariah, tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.</div><div style="text-align: justify;">6. Istishab, tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.</div><div style="text-align: justify;">7. Urf, tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat istiadat dan kebiasaan masyarakat. </div><div style="text-align: justify;">D. Ijtihad Dalam Hal Ilmu Pengetahuan</div><div style="text-align: justify;">Menurut Hasan Langgulung ada lima sumber nilai yang di akui dalam islam yaitu al-qur’an dan sunnah nabi, itulah yang asal. Sumber ketiga yaitu qiyas, artinya membandingkan masalah yang disebutkan al-qur’an dan sunnah dengan masalah yang dihadapi oleh umat islam pada masa tertentu, tetapi nash yang tegas tidak ada dalam al-qur’an disini menggunakan qiyas. Kemudian sumber keempat adalah kemaslahatan umum pada suatu ketika yang dipikirkan patut menurut pandangan islam. Sedang sumber yang kelima adalah kesepakatan atau ijma’ ulama dan ahli fikih islam ada suatu ketika yang dianggap sesuai dengan al-qur’an dan sunnah.</div><div style="text-align: justify;">Pendidikan islam merujuk pada tiga sumber yakni al-qur’an, hadis, dan ijtihad. Ijtihad adalah usaha yang dilakukan oleh para ulama (mujtahid) untuk menetapkan suatu hukum syariat islam terhadap hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya dalam al-qur’an dan sunnah. Hal ini sejalan dengan pendapat Zakiyah Djarajjat bahwa “landasan pendidikan islam itu terdiri dari al-qur’an dan sunnah nabi yang dapat dikembangkan dengan jtihad”.</div><div style="text-align: justify;">Itihad dalam hal ini dapat meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid, tidak boleh bertentangan dengan al-qur’an dan sunnah. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari al-qur’an dan sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam ha-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup disuatu tempat pada kondisi dan situsi tertentu. Teori-teori baru dari hasil pendidikan harus dikaitkan dengan ajaran islam yang sesuai dengan kebutuhan hidup.</div><div style="text-align: justify;">Ijtihad dibidang pendidikan semakin dibutuhkan, sebab ajaran yang terdapat dalam al-qur’an dan sunnah hanya sebatas pokok-pokok dan prinsip-prinsip. Bila diperinci, maka perincian itu sekedar contoh dalam menerapkan prinsip itu karena sejak diturunkan sampai nabi Muhammad saw. wafat, ajaran islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang seirama dengan tuntutan perkembangan zaman.</div><div style="text-align: justify;">Dalam hal ini pemikiran para filsafat. Pemimpin dan intelektual muslim yang berijtihad dalam bidang pendidikan menjadi referensi (sumber) pengembangan pendidikan islam. Hasil pemikiran itu baik dalam filsafat, ilmu pengetahuan, fikih islam, sosial budaya, pendidikan dan sebagainya menentukan sehingga membentuk suatu pemikiran dan konsepi komprehensif yang saling menunjang khususnya bagi penddidikan islam. Dalam usaha modernisasi pendidikan islam, pemikiran kalangan intelektual pembaharu yang dapat dijadikan referensi-referensi bagi pengemabangan pendidikan islam.</div><div style="text-align: justify;">Pergantian dan perbedaan zaman terutama karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang bermuara kepada perubahan kehidupan sosial, telah menuntut ijtihad dalam bentuk penelitain dan pengkajian kembali prinsip-prinsip ajaran islam, apakah ia boleh ditafsirkan dengan yang lebih relevan dengan lingkungn dan kehidupan sosial yang tidak boleh diubah, maka lingkungan dan kehidupan sosial yang perlu diciptakan sehingga sesuai dengan prinsip tersebut. Sebaliknya, jika ditafsir, maka ajaran-ajaran itulah yang menjadi kehidupan muslim. Zaman sekarang sudah berbeda dengan zaman ketika ajaran islam pertama kali diterapkan. Dismping itu diyakini pula bahwa ajaran islam berlaku disegala zaman dan tempat (shalih li kuli zaman wa makan), disegala situasi dan kondisi lingkungan sosial. Kenyataan yang dihadirkan oleh perubahan zaman dan perkembangan IPTEK menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat.</div><div style="text-align: justify;">Sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial, manusia tentu saja mempunyai kebutuhan individu dan kebutuhan sosial menurut tingkatnya. Dalam kehidupan bersama mereka mempunyai kebutuhan bersama untuk kelanjutan hidup kelompoknya. Kehidupan itu meliputi berbagai aspek kehidupan individu dengan sosial. Seperti sistem politik, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan, yang tersebut terakhir adalah kebutuhan yang terpenting karena ia menyangkut pembinaan generasi mendatang dalam rangka memenuhi kebutuhan yang tersebut sebenarnya.</div><div style="text-align: justify;">Sistem pembinaan disatu pihak dituntut agar senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu dan teknologi yang berkembang pesat. Dipihak lain dituntun agar tetap bertahan dalam hal sesuai dengan ajaran islam. Hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab bagi para mujtahid dibidang pendidikan untuk selalu berijtihad sehingga teori pendidikan islam senantiasa relevan dengan tuntutan zaman dan perubahan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">BAB III</div><div style="text-align: justify;">KESIMPULAN</div><div style="text-align: justify;">A. Kesimpulan</div><div style="text-align: justify;">Pendidikan islam merujuk pada tiga sumber yakni al-qur’an, hadis, dan ijtihad. Ijtihad adalah usaha yang dilakukan oleh para ulama (mujtahid) untuk menetapkan suatu hukum syariat islam terhadap hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya dalam al-qur’an dan sunnah. Ijtihad sangatlah penting bagi kehidupan, karena keadaan zaman yang terus berkembang dan banyak masalah-masalah kontemporer yang tidak ditemukan hukumnya dalam al-qur’an dan as-sunnah sehingga dengan melalui ijtihad atau ar-ra’yu masalah-masalah yang tidak ditemukan hukumnya tersebut mempunyai solusi atau jalan keluar untuk mengatasinya, apalagi dalam ilmu pengetahuan karena yang namanya ijtihad tidak bisa terlepas dengan yang namanya ilmu, al-qur’an dan as-sunnah.</div><div style="text-align: justify;">Ijtihad meliputi aspek pendidikan harus mengacu kepada syariat yang ada, berupa al-Qur’an dan hadis. Suatu teori-teori baru dimunculkan dalam ijtihad para ulama karena tidak terdapat dalam al-Qur’an. Teori-teori tersebut meliputi pendidikan. Hal itu dikaitkan dengan ajaran islam yang sesuai dengan kebutuhan hidup.</div><div style="text-align: justify;">B. Saran</div><div style="text-align: justify;">Sebagai manusia yang hakiki kami selaku penulis tugas makalah ini mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi penulisan dan pembahasan mulai dari awal sampai selesai.Tentunya saran merupakan hal yang sangat kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;">Mahfud Rois, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga. 2011</div><div style="text-align: justify;">Makbuloh Deden, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers. 2011</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-10029155325865763192019-01-16T21:12:00.001+07:002019-01-16T21:43:10.794+07:00MUNAJAHKU DALAM MAHABBAHMU<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><iframe height="480" src="https://drive.google.com/file/d/1gfB58kJ2dHDuM6S-5g7a1MJwwC1wKdw7/preview" width="640"></iframe> <br />
<blockquote class="tr_bq">Baca Juga<br />
<a href="https:/2019/01/antara-cinta-dan-indahnya-sebuah.html" target="_blank">ANTARA CINTA DAN INDAHNYA SEBUAH KESABARAN</a></blockquote></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8964788442416384559.post-72628419654172384352019-01-16T20:45:00.003+07:002019-01-16T20:45:40.427+07:00ANTARA CINTA DAN INDAHNYA SEBUAH KESABARAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDnup6MHxJhmwbsrUbFxyI406UQdG3U-imVa30JyldTOMBj4eZRnvBbX5SN4q5QdKSzOV96Xd54CusjLj8v0JbTKlWE4QsxV4SAOyvxmZP5QnoMMygoSrg99ARzjvrCDjRqgG4kfvxWJk/s1600/72-kata-bijak-tentang-cinta-dan-kesabaran-koleksi-gambar-cinta-jarak-jauh-of-gambar-cinta-jarak-jauh-1024x1024.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="921" data-original-width="1024" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDnup6MHxJhmwbsrUbFxyI406UQdG3U-imVa30JyldTOMBj4eZRnvBbX5SN4q5QdKSzOV96Xd54CusjLj8v0JbTKlWE4QsxV4SAOyvxmZP5QnoMMygoSrg99ARzjvrCDjRqgG4kfvxWJk/s200/72-kata-bijak-tentang-cinta-dan-kesabaran-koleksi-gambar-cinta-jarak-jauh-of-gambar-cinta-jarak-jauh-1024x1024.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Di saat engkau menyakitinya.. Maka lihatlah saat dia rela meneteskan air matanya untukmu agar engkau selalu bahagia, Disaat engkau ingin mncapakkannya begitu saja Maka ingatlah dia yang slalu brusaha untuk menjadi pelangi ketika awan kelabu menyelimuti dirimu. Disaat engkau ingin mnduakan pasangan hidupmu Maka ingatlah dia yang slalu setia dsampingmu ketika kamu butuh seseorang yang mampu membuatmu tegar, Cintailah seperti kamu mencintai dirimu sendiri.. Begitu juga sayangilah, orang yang kamu sayangi seperti kamu menyayangi dirimu sendiri, Sesunguhnya dibalik kesusahan ada kemudahan” “dibalik kesedihan ada kebahagiaan” “Maha suci Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan” Ketika kita pergi bersembunyi hanyalah untuk ditemukan. Ketika kita berjalan jauh hanyalah untuk melihat siapa yang masih setia mengikuti. Pilih seorang mampu mengerti pikiranmu disaat engkau terdiam. Yg mampu merasakan kasih sayangmu disaat kemarahanmu. Milikilah cinta yang tak bersyarat, maka tidak akan mudah berkarat. Dalam cinta jangan hanya berusaha merengkuh, sebab bisa timbul sikap angkuh. Mulailah mencintai dengan keluasan memberi, sebab engkau akan temukan kepuasan dalam diri. Jangan mencintai dengan pamrih, sebab hanya akan membuat hatimu perih. Belajarlah dari cinta-Nya. Hidayah itu datang dengan mencoba bukan dengan menunggu.</div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Baca Juga<br />
<a href="https:/2018/11/selamat-pagi-cinta.html" target="_blank">SELAMAT PAGI CINTA……</a></blockquote><div style="text-align: justify;">Jadi bukan menunggu hidayah datang baru berjilbab, namun berjilbablah sekarang juga, semoga Allah beri hidayah untuk istiqomah.</div><div style="text-align: justify;">Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya rasa ketersinggungan diri. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain, Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan. Tanda-tanda bertobat adalah menyesal terhadap maksiat yang telah dilakukan dan bertekad yang kuat untuk tidak mengulanginya kembali. Ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a. Sudah sepatutnya kita menjaga shalat lima waktu. Barang siapa yang selalu menjaganya, berarti telah menjaga agamanya. Barang siapa yang sering menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Lebih baik MENUNGGU orang yang benar-benar kita harapkan.. Daripada menghabiskan waktu dengan orang yang tidak tepat..</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Cinta bukan tentang bagaimana perasaan itu muncul.. Tapi bagaimana perasaan itu agar tetap utuh… Cinta bukan tentang jarak yang memisahkan.. Tapi tentang kepercayaan satu sama lain.. CINTA itu seperti menanam sebuah pohon, Jika kita SABAR pohon itu bisa menjadi pohon yang sangat besar dan kuat.. Istiqamah yang paling pokok ialah istiqamahnya hati. Jika hati seorang hamba istiqamah maka anggota badan yang lain pun akan istiqamah. Diriwayatkan dari shahabat Anas radhiyallaahu ‘anhu secara marfu’, “Tidak akan istiqamah (dengan sempurna) keimanan seorang hamba sampai hatinya istiqamah, dan hati seorang hamba tidak akan istiqamah sampai lisannya bisa istiqamah. Kriteria pria idaman adalah ia bertanggung jawab terhadap istrinya dalam hal nafkah. Sehingga seorang pria harus memiliki jalan hidup yang jelas dan tidak boleh ia hidup tanpa arah yang sampai menyia-nyiakan tanggungannya. Sejak dini atau pun sejak muda, ia sudah memikirkan bagaimana kelak ia bisa menafkahi istri dan anak-anaknya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ya ALLAH, sesungguhnya aku memohon kecintaan-Mu dan kecintaan orang-orang yang mencintai-Mu dan amal yang menyampaikanku pada cinta-Mu. Ya ALLAH, jadikanlah kecintaanku kepada-Mu lebih aku cintai daripada diriku, keluargaku, dan air sejuk (Harta). Siapa saja yang mencintai Sang Kekasih, maka ia pasti membenarkan apa pun yang diucapkan. Siapa saja yang merasa damai bersama Sang Kekasih, maka ia pasti ridha terhadap apa pun yang dilakukan. Siapa saja yang benar-benar merindukan-Nya, maka ia pasti berjalan menemui-Nya tanpa kenal rasa lelah. Orang Yang Paling Pintar Adalah Orang Yang Senantiasa Mengingat Kematian. Sehingga Dengan Segala Persiapan Yang Ia Miliki, Ia Siap Menghadapi Kematian, Kapan pun Dan Dimanapun. Orang yang menganggap cinta adalah “cantik” Adalah orang yang tak paham dengan arti cinta, sedang yang menganggap “jelek” adalah orang yang sombong seolah tau akan arti cinta. Seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika engkau memiliki mutiara dunia, engkau pasti sangat terpukul saat mutiara itu hilang. Bagaimana engkau bisa menghilangkan mutiara akhirat dan kebahagiaanmu dengan menyia-nyiakan jam demi jam dan waktu- waktumu? Bagaimana engkau bisa bersedih bila kehilangan usiamu tanpa ada yang bisa menggantikannya. Perjalanan sang waktu ini sangatlah mengherankan, Tapi lebih mengherankan lagi kelalaian manusia terhadap waktu, Sabar dalam menghadapi musibah memanglah sulit, Tapi hilangnya kesabaran lebih sulit lagi akibat, Semua yang bisa di capai itu dekat, tapi kematian lebih dekat dari semuanya. Sabar ketika berkeinginan, Setiap hari kita selalu dituntun oleh keinginan. Karena tidak sabar, keinginan inilah yang akan menjerumuskan kita. Jadi, sabar adalah meluruskan niat ketika punya keinginan. Sabar itu berproses. Dari proses itu, insya Allah akan berbuah pahala.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;"><b>Mutiara dunia untuk Menggapai Mutiara Akhirat, 31 Desember 1999</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Blog ibnurushttp://www.blogger.com/profile/09094961356819371440noreply@blogger.com0