A. Pendahuluan
Dalam upaya memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, maka di dalamnya terjadi proses pendidikan atau proses belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang atau si terdidik ke arah kedewasaan dan kematangan. Proses tersebut akan membawa pengaruh terhadap perkembangan jiwa seorang anak didik , dan subjek didik ke arah yang lebih dinamis, baik terhadap bakat atau pengalaman, moral, intelektual maupun fisik menuju kedewasaan dan kematangan.
Untuk memberikan makna yang lebih jelas dan tegas tentang kedewasaan dan kematangan yang ingin dituju dalam pendidikan, apakah kedewasaan yang bersifat biologis, psikologis, pedagogis, dan sosiologis, maka masalah ini merupakan bidang garapan yang akan di rumuskan oleh filsafat pendidikan. Disamping itu, pengalaman menunjukkan bahwa tidak semua manusia, baik potensi jasmani maupun potensi rohaninya berkembang sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, lahirlah pemikiran manusia untuk memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap perkembangan potensi manusia
Baca Juga PERANAN GURU SEBAGAI INSAN MULTIDIMENSI
Dari uraian di atas, jelas bahwa pendidikan adalah sebagai pelaksanaan dari ide-ide filsafat. Dengan kata lain, ide filsafat telah memberikan asas sistem nilai atau normatif bagi peranan pendidikan yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, dan segala aktivitasnya. Sehingga dapat dikatakan, bahwa filsafat pendidikan sebagai jiwa, pedoman, dan sumber pendorong adanya pendidikan.
Selanjutnya, perbincangan tentang teori belajar telah lama diperbincangkan oleh para ahli. Terutama setelah filosof Perancis Rene Descartes (abad 16) menyatakan bahwa teori dibnagun dari keragu-raguan. Ia terkenal dengan motonya cogito ergo sum, hingga penelitian demi penelitian sudah pula dilakukan. Berbagai teori belajar telah tercipta sebagai hasil kerja keras dari penelitian. Kritik-kritik terhadap teori-teori belajar yang sudah ada dan dirasakan mempunyai kelemahan selalu dilakukan oleh para ahli. Teori-teori belajar yang baru pun hadir di blantika kehidupan, mengisi lembaran sejarah dalam dunia pendidikan.
Bertolak dari pandangan di atas, maka sejauh mana peran filsafat pendidikan dalam pengembangan teori belajar pada dunia pendidikan, akan menjadi salah satu pedoman dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
B. Pembahasan
1. Tinjaun Tentang Filsafat Pendidikan
a. Pengertian Filsafat
kita sering mengatakan, betapa pentingnya filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai terapan, termasuk filsafat agama, filsafat pancasila, dan filsafat pendidikan. Namun sangatlah sukar untuk memberikan definisi konkret apalagi abstrak terhadap filsafat-filsafat tersebut.
Kata filsafat berkaitan erat dengan segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh manusia, bahkan tidak pernah ada habisnya karena mengandung dua kemungkinan, yaitu proses berpikir dan hasil berpikir. Filsafat dari segi bahasa, pada hakikatnya adalah menggunakan rasio, tetapi, tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Manusia yang berpikir dapat diketahui dalam kehidupan sehari-hari, jika pemikiran manusia dapat dipelajari, yang terdiri dari; a. Prmikiran Pseudo-Ilmiah, b. pemikiran awam, c. pemikiran Ilmiah, dan d. pemikiran filosofis.
Dalam ungkapan yang paling sederhana, Hasan Langgulung mengemukakan bahwa filsafat berarti cinta hikmah (kebijaksanaan). Orang yang cinta hikmah kebijaksanaan, selalu mencari dan meluangkan waktu u ntuk mencapainya, mempunyai sikap positif terhadapnya, dan terhadap hakikat segala sesuatu. Jadi, dari uraian tentang pengertian filsafa dari segi bahasanya dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah: a. Pengetahuan tentang kebijaksanaan, b. mencari kebenaran, dan c. pengetahuan tentang dasar-dasar atau prinsip-prinsip.
Sedangkan filsafat dalam pengertian istilah menurut para ahli adalah:
1. Plato mengemukakan dengan kebijaksanaan berbuat dan berpikir. Kebijaksanaan berbuat adalah tasawwuf, dan kebijaksanaan berpikir adalah filsafat.
2. Al-Kindi, memberikan pengertian filsafat dengan tiga lapangan, yaitu; ilmu thabi’iyyah, meliputi tingkatan alam nyata, ilmurriyadli, berhubungan dengan benda, tetapi mempunyai wujud tersendiri yang dapat dipastikan dengan angka-angka, ilmu rububiyyah, tidak berhubungan dengan benda sama sekali.
3. Ibnu Sina, membagi filsafat dalam dua bagian; teori dan praktik. Keduanya dihubungkan dengan agama. Dasarnya terdapat pada syariat., penjelasan dan kelengkapannya berdasarkan pada akal manusia.
4. Immanuel Kant, filsafat itu ilmu pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya 4 persoalan, yaitu; apakah yang dapat diketahui, apa yang seharusnya kita ketahui dan kerjakan, sampai manakah pengharapan kita, dan apakah yang dinamakan manusia.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa filsafat ialah daya upaya manusia dengan akal budaya untuk memahami, mendalami dan menyelami secara radikal dan integral serta sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan ini.
2. Pengertian Pendidikan
Secara definitif pendidikan diartikan oleh para tokoh pendidikan, sebagai berikut:
a. John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
b. SA. Bratanata dkk. Menyebutkan dengan usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.
c. Rousseau mengatakan memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu deswasa.
d. Ki Hajar Dewantara menyebutkan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
e. GBHN pendidikan adalah usaha dasar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Dari kelima rumusan di atas, dapat disimpulakan bahwa pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntutan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik serta dilakukan secara sadar dan disengaja, sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus (seumur hidup).
Jadi, apabila ditinjau tentang pengertian filasafat pendidikan, maka untuk merumuskan pengertian tersebut digunakan dua pendekatan, yaitu; pendekatan tradisional, dan pendekatan yang bersifat kritis. Filsafat pendidikan dalam arti pendekatan tradisional dan dalam bentuknya yang murni, senantiasa taat pada sistematika filsafat tradisional. Sehingga, pendidikan menempatkan filsafat sebagai dasar pendidikan dan pengajaran. Hal tersebut tampak pada penempatan filsafat metafisika sebagai salah satu problem pokok dalam filsafat pendidikan. Menurut aliran ini (tradisional), bagaimanapun sulitnya masalah metafisika tetap harus ditempatkan sebagai pusat perhatian dalam setiap bahasan filsafat pendidikan. Sedangkan filsafat pendidikan dengan pendekatan yang bersifat kritis menggunakan dua pendekatan, yaitu: analisis bahasa, dan analisis konsep. Analisis bahasa menurut Harry S. Schofield adalah usaha untuk mengadakan interprestasi yang menyangkut pendapt, yang dimilikinya. Sementara, analisis konsep adalah suatu analisis mengenai istilah-istilah yang mewakili gagasan atau konsep.
Dari pembahasan tentang pendekatan dalam filsafat pendidikan tersebut, maka pengertian filsafat pendidikan menurut pendapat para ahli adalah:
1. John S. Brubacher, mengemukakan bahwa filsafat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu pendidikan.
2. Kilpatrick mengemukakan bahwa berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha. Berfilsafat berarti memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik. Sedangkan pendidikan, adalah suatu usaha untuk merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita tersebut dalam kehidupan dan kepribadian manusia.
3. John Dewey mengemukakan bahwa filsafat pendidikan merupakan suatu perumusan secara tegas dan benar tentang problema-problema pembentukan mental dan moral, dalam kaitannya menghadapi tantangan yang timbul pada kehidupan sosial masa kini.
4. Dr. Yahya Qahar, menjelaskan pengertian pendidikan adalah filsafat yang bergerak di lapangan pendidikan, yang mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses pendidikan dalam pembentukan watak.
5. Prof. Dr. Hasan Langgulung mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adlah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai media untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmonisasikannya, serta menerapkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.
Berdasarkan uraian para ahli tentang filsafat pendidikan yang sesuai dengan kenyataan semangat dan mempunyai kepentingan terapan dan bimbingan dalam bidang pendidikan, maka filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat terhadap problem pendidikan. Jadi, filsafat pendidkan sebagai ilmu yang hakikatnya merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam dunia pendidikan.
2. Tinjauan Tentang Teori Belajar
a. makna Teori
menurut Dorin, Demmin and Gabel serta Smith, menyatakan bahwa karakteristik teori adalah sebagai berikut:
1. teori adalah sebuah penjelasan umum tentang berbagai pengamatan yang dibuat seiring dengan berjalannya waktu.
2. teori menjelaskan dan meramalkan timbulnya perilaku.
3. suatu teori tidak dapat dibangun di atas keragu-raguan,
4. suatu teori dapat diubah, di modifikasi,
Sedangkan menurut Kerlinger menyatakan bahwa teori adalah suatu himpunan dari konstruk-konstruk, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang saling berkaitan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis tentang suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan antar variabel, dengan tujuan menjelaskan fenomena tersebt.
Dengan demikian berdasarkan pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa makna teori adalah suatu konsep atau pandangan khusus tentang sesuatu yang harus dikerjakan atau metode untuk melaksanakan sesuatu, suatu sistem yang tersusun dari sejumlah hukum-hukum dan prinsip-prinsip, tentang hubungan antara dua atau lebih konsep dan variabel.
b. Makna Belajar
Masalah makna belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing diantaranya adalah:
1. James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Cronbach menyatakan bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
4. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.
5. Drs. Slameto mengatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan demikian, pengertian di atas tersebut memberikan ruang khusus terhadap pengertian teori belajar yang mana menurut Bruner menbedakan antara teori pembelajaran dan teori belajar, dalam hal ini pembelajaran semakna dengan pengajaran. Menurutnya teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Dikatakan preskriptif, karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang memengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. sedangkan dikatakan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori ini menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel yang menentukan hasil belajar. Dengan kata lain, teori ini menekankan kepada bagaimana seharusnya seseorang belajar.
Reigeluth, salah satu yang mengembnagkan teori Bruner ini menyatakan bahwa sifat preskriptif dan deskriptif ini dimiliki baik oleh teori pembelajaran maupun teori belajar bergantung kepada tujuan atau proposisi yang digunakan.
3. Tinjauan Tentang Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Teori Belajar.
Untuk memahami bagaimana peranan filsafat pendidikan dalam pengembangan teori belajar dapat diketahui melalui: peranan antara filsafat dan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut sebagaimana tersimpul dalam pandangan Kilpatnck bahwa peranan dan fungsi filsafat pendidikan adalah menyelidiki perbandingan pengaruh filsafat-filsafat yang bersaing di dalam proses kehidupan, serta kemungkinan proses-proses pendidikan dan pembinaan watak keduanya, mengusahakan untuk menemukan pengelolaan pendidikan yang dikendaki untuk membina watak yang paling konstruktif bagi golongan muda dan tua.
sementara pandangan-pandangan aliran-aliran filsafat pendidikan menyebutkan sebagai berikut:
a. Pragmatisme menyebutkan bahwa peranannya adalah minimalisasi peran guru dari seorang guru dan memberikan banyak keleluasaan kepada siswa untuk membuat penemuan.
b. Progressivisme tenatang asas belajar menyebutkan bahwa anak didik memiliki akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan kelebihan dibandingkan mahluk yang lain. Dengan demikian, anak didik pada dasarnya merupakan insan yang kreatif dan dinamis dalam menghadapi tantangan lingkungannya.
c. Eksistensialisme menyebutkan bahwa para siswa merupakan objek yang harus diukur, dilacak rekornya, dan dibakukan kinerjanya.
d. Perenialisme menyebutkan bahwa sekolah harus banyak mengajarkan berbagai konsep dan menjelaskannya agar bermakna bagi siswa. Karena fakta-fakta selalu berubah setiap waktu.
e. Esensialisme menyebutkan bahwa setelah siswa lulus dan meninggalkan sekolah mereka tidak sekedar menguasai pengetahuan dan keketerampilan dasar, tetapi juga harus mampu mendisiplinkan diri, memiliki pemikiranpraktis, serta mampu mengaplikasikan hikmah pembelajaran yang dimiliki di dalam dunia nyata.
f. Rekonstruksisme menyebutkan masyarakat secara terus menerus memerlukan perubahan sosial yang melalui dunia pendidikan yang dimanfaatkan untuk melakukan rekonstruksi masyarakat dalam dunia pendidikan.
C. DAFTAR RUJUKAN
Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, Remaja Rosdakarya:Bandung, 2017
Hamdani Ihsan & A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka Setia: Bandung, 1998.
Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, Prenadamedia Group: Jakarta, 2015
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta: Jakarta, 2002.
H. Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta: Jakarta, 2001.
Siswanto, Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam, Pena Salsabila: Surabaya, 2015.
0 komentar:
Posting Komentar