Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Jumat, 11 Maret 2016

PEMIKIRAN FILSAFAT DI TIMUR SEBUAH ARTIKEL TELAAH FILSAFAT ISLAM

PEMIKIRAN FILSAFAT DI TIMUR

A. Filsafat India

Filsafat India berkembang dan menjadi satu dengan agama sehingga pemikiran filsafatnya bersifat religus dan tujuan akhirnya adalah mencari keselamatan akhirat.

Filsafat India terbagi menjadi lima zaman berikut ini:

a. Zaman Weda (1500-600 SM)

Dikatakan zaman Weda karena sumber benih pemikiran filsafat berasal dari kitab-kitab Weda (Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda). Benih pemikiran filsafat tersebut dalam mentera “di atas air samudera mengapung telur dunia, kemudian pecah menjadi Wismakarman sebagai anak pertama alam semesta”. Dunia tersusun menjadi tiga bagian, yaitu surga, bumi, dan langit, di mana ketiga bagian tersebut mempunyai dewa sendiri-sendiri. Jiwa manusia tidak dapat mati. Mereka yang masuk surga adalah orang-orang yang sholeh dan hidup baik.

Zaman ini di isi oleh peradaban bangsa Arya yang bersumber pada sastra Brahman. Pemikiran filsafat ini berupa “korban”. Pada tahun 700 SM benih pemikiran filsafat pembahasaannya lebih mendalam lagi, bersumber pada sastra Upainshad.

b. Zaman Wiracarita (600 SM-200 M)

Zaman ini di isi oleh perkembangan sistem pemikiran filsafat yang berupa Upainshad. Ide pemikiran filsafat tersebut muncul berupa tulisan-tulisan tentang kepahlawanan dan tentang hubungan antara manusia dengan dewa.

Latar belakang munculnya zaman ini disebabkan adanya krisis politik, kemerosotan moral, dari kaum penjajah, banyak orang mencari ketenangan dan munculnya ahli pikir untuk menuangkan pemikirannya, sehingga terjadilah pertentangan antar pemikiran diantaranya ada aliran bertuhan (Baghawadgita), aliran yang tidak bertuhan (Jainisme dan Buddhisme), juga aliran yang spekulatif (Saddarcana).

c. Zaman Sastra Sutra (200-sekarang)

Zaman ini disebut zaman skolastik. Kitabnya Wedangga yang berbentuk prosa, di susun singkat agar mudah dihafal atau diamalkan. Zaman ini di isi oleh semakin banyaknya bahan-bahan pemikiran filsafat (Sutra) dengan ditandai lahirnya tokoh-tokoh seperti Sankara, Ramanuja, Madhwa, dan lainya.

Sementara itu sistem yang dipakai dalam filsafat India terbagi 6 sistem

Ø Nyala, sistem filsafat ini membicarakan bagian umum dan metode yang dipakai dalam penyelidikan, yaitu metode kritis. Penulisanya Gautama pada abad ke-4 SM.

Ø Waisesika, sistem pemikirannya bersifat metafisik. Ajaran pokoknya tentang dharma dan padharta. Penulisnya adalah Khanada.

Ø Sakha, artinya pemantulan. Aliran ini mengemukakan bahwa untuk merealisasikan kanyataan akhir filsafat diperlukan pengetahuan. Ajaran pokoknya ada dua, yaitu roh dan benda (purusa dan prakerti). Pendirinya adalah Sakha Kapila pada abad ke-5 SM.

Ø Yoga, yaitu suatu cara untuk mengawasi pikiran, agar kesadaran yang biasa menjadi luar biasa. Pendirinya adalah Patanjali.

Ø Purwa Wimansa, sistem inilah yang benar-benar mendasarkan pada kitab Weda. Pokok ajarannya menegakkan wibawa kitab Weda dan menunjukkan bahwa kitab Weda berisi upacara ritual.

Ø Wedanta suatu sistem yang membicarakan bagian kitab Weda yang terakhir. Kitab ini merupakan suatu kesimpulan dari kitab Weda. Sistem ini bersamaan dengan zaman sutra (skolastik) yang ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh di atas.

d. Filsafat India Pada Akhir Abad ke-20

Mulai abad ke-7 sampai abad ke-14 ajaran Wedanta mendomenasi pemikiran filsafat India. Setelah abad ke-14 pemikiran filsafat mengalami kemunduran hingga abad ke-18. Kemunduran ini sebenarnya telah muncul pada abad ke-12 saat kedatangan agama Islam di India. Tokohya Kabir yang berupaya menyingkirkan unsur-unsur yang melemahkan perjuangan Islam dan mencoba membuat suatu sintesis antara Islam dan Hindu. Kemudian, diteruskan oleh anaknya Nanak yang mempunyai sifat lebih ekstrem.

Setelah abad ke-19, pemikiran filsafat India bangkit berkat sentuhan barat. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray. Tahun 1875 muncul gerakan pembaru filsafat India, yaitu Arya Samaj sebagai pendirinya Awami D. saraswati. Gerakan ini bertujuan untuk mengadakan pembaruan terhadap agama Hindu dan mencari sintesis yang kuno dengan yang baru, antara barat dan timur.

B. Filsafat Tiongkok.

Filsafat Tiongkok dapat dikatakan hidup di dalam kebudayaan Tiongkok. Hal ini disebabkan, karena pemikiran filsafat selalu diberikan dalam setiap jenjang pendidikan dari sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Adapu buku yang dianggap suci oleh rakyat Tiongkok adalah.

- Analecta Confucius

- Karangan-karangan Mencius

- Ilmu tinggi (The Great Learning)

- Ajaran Tentang Jalan Tengah (Doctrine of the Mean)

Sedangkan agama di Tiongkok menurut Fung Yu Lan, yaitu Confucianisme, Taoisme, dan Buddhisme. Menurut rakyat Tiongkok, fungsi filsafat dalam kehidupan manusia adalah untuk mempertinggi tingkat rohani, menurut Mencius orang bijaksana adalah sebagai puncak hubungan antar manusia.

Dari sudut moral, orang yang arif bijaksana adalah manusia yang paling sempurna di dalam suatu masyarakat. Menurut kebiasaan masyarakat Tiongkok kewajiban (bukan Hak) memungkinkan manusia untuk memperoleh watak yang digambarkan sebagai orang arif bijaksana.

1. Latar Belakang Filsafat Tiongkok

Aspek yang melatarbelakangi pemikiran filsafat Tiongkok, yaitu aspek geografis, aspek ekonomi, aspek sikap terhadap alam, dan sistem kekerabatan. Tiongkok adalah suatu negeri daratan (continental) yang luas sekali, tidak pernah melihat lautan. Rakyatnya mengandalkan pertanian sehingga Tiongkok menjadi negeri agraris yang selalu mengandalkan potensi atau hail tanahnya.

Dalam tradisi Tiongkok, jenis pekerjaan yang mendapat tempat terhormat adalah menuntut ilmu dan mengolah tanah. Adapun akar atau sumber alam pikiran rakyat Tiongkok adalah Taoisme dan Confucianisme. Dalam bidang kesenian, rakyat Tiongkok menganggap bahwa kesenian merupakan alat untuk pendidikn moral.

Keadaan rakyat Tiongkok yang agraris ini berpengaruh pada metode filsafatnya. Terdapat dua macam konsep, yaitu metode intuisi dan hipotesis. Bahasa yang digunakan dalam pemikiran filsafat adalah Sugestif, artinya isi pemikirannya tidak tegas, hanya mengandung saran-saran.

2. Sentuhan dengan Filsafat Barat

Orang Barat menamakan Tiongkok sebagai negeri timur jauh, sedangkan orang Tiongkok menganggap kebudayaan lain salah atau tidak setinggi dengan kebudayaan yang dimilikinya. Semua orang asing disebut sebagai orang Barbar. Sehingga menimbulkan rasa nasionalismenya sangat tinggi.

3. Aliran-aliran Pemikiran Filsafat Tiongkok

Di Tiongkok terdapat dua aliran filsafat yaitu,

Confusianisme di pelopori oleh K’ung Fu Tzu hasil pemikiran filsafatnya adalah ritual dan harus menguasai aspek keagamaan dan sosial. Ia mengatakan, bahwa hendaknya raja tetap raja, hamba tetap hamba, ayah tetap ayah, anak tetap anak.

Taoisme pendirinya adalah Lao Tze hasil pemikiran filsafatnya adalah orang hendaknya memberikan kasih sayangnya tidak terbatas pada para anggota keluarganya, tetapi harus kepada seluruh anggota keluarga yang lain.

C. Filsafat Islam

Dalam kurun waktu 5 abad para ahli pikir Islam merenungkan kedudukan manusia di dalam hubungannya dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan, dengan menggunakan akal pikirannya. Mereka berpikir secara sistematis dan analistis serta kritis sehingga lahirlah para filosuf Islam yang mempunyai kemampuanan tinggi karena kebijaksanaannya.

Dalam kegiatan pemikiran filsafat tersebut, terdapat dua macam pemikiran, yaitu:

a) Para ahli pikir Islam berusaha menyusun sebuah sistem yang disesuaikan dengan ajaran Islam.

b) Para Ulama menggunakan metode rasional dalam menyelesaikan soal-soal ketauhidan.

Dari sekian banyak ulama Islam ada, yang keberatan terhadap pemikiran filsafat Islam dan ada yang menyetujui pemikiran filsafat Islam. Adapun ulama Islam yang keberatan terhadap pemikiran filsafat Islam (Salaf) berpendapat bahwa adanya pemikiran filsafat dianggapnya sebagai bid’ah dan menyesatkan. Sebab Al-Qur’an tidak untuk diperdebatkan, dipikirkan, dan ditakwilkan menurut akal pikir manusia. Sedangkan ulama yang menyetujui berpendapat pemikiran filsafat sangat membantu dalam menjelaskan isi dan kandungan Al-Qur’an dengan penjelaan yang dapat diterima oleh akl pikir manusia.

Ada beberapa perbedaan yang mendorong aliran pemikiran filsafat timbul diantaranya adalah :

a. Persoalan tentang zat Tuhan yang tidak dapat diraba, dirasa, dan dipikirkan.

b. Perbedaan cara berpikir.

c. Perbedaan orientasi dan tujuan hidup

d. Perasaan asabiyah keyakinan yang buta atas dasar suatu pendirian walaupun diyakini tidak benar lagi.

Lahirnya filsafat Islam setelah Kaisar Yustinus menutup akademi Neoplatonsme di Athena, banyak guru besar hijrah ke Kresipon dan disambut baik oleh Kaisar Khuswar dan di tempat yang baru para guru besar mengadakan kegiatan mengajar filsafat, juga mempengaruhi lahirnya lembaga-lembaga yang mengajarkan filsafat seperti di Alexandria, Anthipia, Beirut.

Setelah mendapatkan kemapanan, mereka mengalami proses akulturasi penguasaan ilmu. Maka mulailah mengadakan kontak intelektual yang pada saat itu tersedia warisan pemikiran yunani. Proses akultuarsi terjadi lewat dua jalur, yaitu Via Diffusa( kontak pergaulan sehari-hari) dan Via Bruditorum (kehendak mencari karya-karya Yunani). Proses akulturasi ini mencapai puncaknya dengan didirikannya lembaga-lembaga pengajaran, penterjemahan, dan perpustakaan.

Adapun pembagian aliran pemikiran filsafat Islam adalah:

1. Priode mu’tazilah dari abad ke-8 sampai abad ke-12 yang berkembang di Bagdad dan Basrah. Golongan ini memisahkan diri dari jumhur ulama yang dikatakan menyeleweng dari ajaran Islam.

2. Priode filsafat pertama dari abad ke-8 sampai abad ke-11,memakai sistem pemikiran yang dipakai para ahli pikir Islam yang bersandar pada pemikiran Hellenisme,

3. Priode kalam Asy’ari dari abad ke-9 sampai abad ke-11. Aliran pemikiran ini mengacu pada sistem Elia (Atomistis). Sistem ini mempunyai dominasi besar, sejajar dengan sunnisme dan ahli sunnah wal-jamaah.

4. Periode filsafat kedua dari abad ke-11sampai abad ke-21. Aliran ini mengacu pada sistem peripatetis. Tokohnya Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd.

Pada periode mutakallimin (700-900) muncul mazhab-mazhab seperti, Al-Khawarij, Murji’ah, Qadariyah, Jabariyah, Mu’tazilah, Ahli Sunnah Wal Jamaah. Dalam periode filsafat Islam, apabila dilihat dari sejarah peradaban manusia, dianggap sebagai lanjutan dari periode filsafat Yunani Klasik (Plato, Aristoteles).

Berikut ini pembagian aliran pemikiran filsafat Islam yang berdasar pada hubungannya dengan sistem pemikiran Yunani, yaitu:

a) Periode Mu’tazilah. Keberadaan Mu’tazilah ini sangat penting artinya dalam pemikiran filsafat Islam, karena terlihat orientasi pemikirannya dalam menetapkan hukum, pemakaian akal pikir didahulukan, kemudian baru diselaraskan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Menurut mereka Al-Qur’an dan Al-Hadits tidak mungkin bertentangan dengan akal pikir.

b) Peiode Filsafat Pertama. Ini terbagi dua, pertama bercorak Neoplatonic dan bercorak peripatetis. Periode filsafat ini banyak diadakan pengumpulan naskah-naskah filsafat Yunani. Hampir seluruh karya Plato dan Aristoteles dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Al-Kindi dan Ibnu Sina.

c) Periode Kalam Asy’ari. Aliran ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu:

Ø Perlunya mempertahankan kemurnian Tauhid, dari keragaman sistem pemikiran dalam Islam.

Ø Untuk menangkis hal-hal yang melemahkan Tauhid dari serangan luar

Ø Terdapat gerakan yang membahayakan ketauhidan.

Atas pertimbangan di atas, maka per;u adanya upaya memperkokoh akidah Islam. Seperti Al-Asy’ari, ia membuat sintesis teologi sebagai alternatifnya.

d) Periode Filsafat Kedua.. Ini pusatnya di Spanyol berkat jasa seorang pahlawan Islam Tariq bin Ziyad yang meluaskan Islam sampai Ke Spanyol, tahun 710.

D. Filsafat Indonesia

Pandangan hidup dan sistem pemikiran bangsa Indonesia tidak sama dengan pandangan hidup dan sistem pemikiran bangsa di negara lainnya, dimana pandangan hidup dan sistem pemikirannya bersumber pada pemikiran filsafat Yunani, walaupun filsafat Yunani ini telah dapat dibuktikan dengan keberhasilannya membangun peradaban manusia, tetapi pada akhirnya akan mengalami kepincangan hidup. Karena dari sifat individualistis dan materialistis yang akarnya dari pemikiran Yunani tidak dapat warna yang Transendental atau yang Immanent, tetapi pemikiran Yunani hanya diwarnai oleh warna mitologi dan rasio.

Dengan demikian pandangan hidup atau pemikiran yang diperuntukkan membangun peradaban manusia, akan melahirkan manusia-manusia yang egoitis, yaitu manusia yang mementingkan dirinya sendiri dan menganggap orang lain sebagai objek kepentingan diri sendiri.

E. Pemikiran Filsafat Indonesia

Pemikiran filsafat Indonesia adalah suatu pemikiran filsafat yang diperuntukkan dalam atau sebagai landasan hidup bangsa Indonesia. Untuk itu, perlu sekali adanya suatu sistem pandangan hidup yang di dalamnya terdapat keselarasan atau keharmonisan antara hakikat pribadi manusia Indonesia dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan ketentraman.

Maksud hakikat pribadi dalam kedudukannya sebagai manusia Indonesia adalah sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan mahkluk Tuhan. Untuk mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan ketentraman seseorang harus mengupayakan dengan tiga cara keselarasan atau keharmonisan, yaitu:

a. Selaras atau harmonis dengan dirinya sendiri

b. Selaras atau harmonis dengan (terhadap) pergaulan sesama manusia, dan dilingkungan kehidupannya.

c. Selaras atau harmonis dengan (terhadap) Tuhan Yang Maha Kuasa.

Jadi, pandangan hidup model Indonesia mempunyai dimensi yang berakar keselarasan atau keharmonisan dengan hakikat kedudukan kodrat manusia, yang implementasinya berup asas kekeluargaan dan asas kehidupan yang diridai Tuhan.

F. Materi Filsafat (Pandangan Hidup) Indonesia

Suatu pandangan hidup yang sesuai dengan manusia Indonesia adalah suatu pandangan hidup yang berasal dari akar hikmat yang terkandung dalam khasanah budaya Indonesia, yang dapat dijumpai dalam berbagai adat-istiadat, peribahasa, pepatah yang kesemuanya itu merupakan ungkapan-ungkapan perilaku kehidupan manusia Indonesia.

Dari keragaman tersebut menyebabkan pandangan hidupnya juga beragam. Keragaman tersebut menunjukkan adanya kekayaan budaya yang semuanya itu lebih ditentukan oleh aspek-aspek geografis, lingkungan, dan lainnya. Dengan keragaman suku, adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, dan budaya, semuanya mempunyai suatu kesamaan hakikat. Dari kesamaan hakikat inilah nantinya akan muncul suatu rumusan pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu filasafat Pancasila.

G. Bentuk Filsafat Indonesia

Bentuk filsafat Indonesia terdiri dari lima sila berikut:

Sila I, sila II, sila III, sila IV, dan sila, V.

Dengan demikian, pancasila mempunyai sifat yang abstrak, umum, universal, tetap tidak berubah, menyatu dalam suatu inti hakikat mutlak: Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil, yang kedudukannya sebagai inti pedoman dasar yang tetap. Jadi, pancasila adalah satu-satunya pandangan hidup (filsafat) yang dapat mempersatukan rakyat dan bangsa Indonesia.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Blog Archive