Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Kamis, 01 Juni 2017

Pengaruh Handphone Pada Minat Belajar Anak

Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi. Konsumsi masyarakat akan teknologi menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin canggih. Komunikasi yang dulunya memerlukan waktu yang lama dalam penyampaiannya kini dengan teknologi segalanya menjadi sangat dekat dan tanpa jarak.
Awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia. Lahir dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mempermudah kegiatan-kegiatannya yang kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi telah berkembang pesat dan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman sehingga terjadi pengalihan fungsi teknologi.
Salah satu teknologi yang perkembangannya sangat pesat saat ini adalah handphone. Meskipun memang benar peranan handphone pada saat ini sangatlah penting dan sangat membantu orang dalam berkomunikasi jarak, baik dekat maupun jarak jauh. Namun demikian, ternyata handphone juga membawa dampak buruk yang tidak sedikit, mulai dari bahaya terganggunya kesehatan karena gelombang mikrowive yang digunakannya, hingga bahaya akhlak dan moral para penggunanya.
Beberapa tahun yang lalu handphone hanya dimiliki oleh kalangan pembisnis yang memang benar-benar membutuhkan itu untuk kelancaran pekerjaannya. Seiring berjalannya waktu handphone bisa dimiliki oleh semua kalangan. Baik yang sangat membutuhkan maupun yang kurang membutuhkan. Termasuk pelajar perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan pelajar. kini handphone (Hp) adalah sakunya seorang pelajar, hampir semua anak didik mengantongi handphone. Hal ini merupakan kebanggan bagi Orang tua, karena mempunyai anak yang tidak ketinggalan zaman. Orang tua menyadari akan pentingnya handphone bagi anaknya dengan berbagai alasan, namun Orang tua tidak menyadari bahwa disamping itu handphone juga mempunyai dampak negatif.
Tantangan dunia pendidikan adalah etika, etika moral seorang siswa, hal ini tercermin dari ditemukannya beberapa handphone siswa yang berisikan video porno, hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran siswa akan moral. Kini dunia handphone adalah dunia untuk berkomunikasi, berbagi, mencipta dan menghibur dengan suara, tulisan, gambar, musik dan video. Disamping harga yang ditawarkan cukup terjangkau, berbagai fitur handphone juga diberikan sebagai penunjang majunya teknologi. Namun terkadang juga handphone dapat mengganggu atau memiliki beberapa hal negatif diantaranya tempat untuk menyimpan gambar-gambar porno,atau menggunakan handphone saat tengah diadakan proses belajar yang dapat mengganggu siswa atau perhatian dan minat mereka dalam belajar menjadi berkurang di karenakan mereka lebih sibuk untuk saling berkiriman pesan.
1.2 Rumusan Masalah
  1. Seberapa besar pengaruh handphone terhadap prestasi belajar Siswa?
  2. Bagaimana cara mengatasi masalah kecanduan handphone untuk para siswa?
1.3. Tujuan
  1. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh handphone terhadap prestasi belajar Siswa
  2. Untuk mengatahui Bagaimana cara mengatasi masalah kecanduan handphone untuk para siswa
Baca Juga
HAKEKAT GURU PERSPEKTIF UU. NO. 14 TAHUN 2005
1.4. Manfaat 
Makalah ini dapat digunakan sebagai informasi agar lebih ketat dalam mengawasi siswa sehingga prestasi belajar siswa tersebut tidak menurun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Handphone
Telepon  genggam  sering  disebut  handphone (HP)  atau  telepon selular  (ponsel)  adalah  perangkat  telekomunikasi elektronik  yang mempunyai  kemampuan  dasar  yang  sama  dengan  telepon konvensional saluran  tetap,  namun  dapat  dibawa  kemana-mana  (portabel,  mobile)  dan tidak  perlu  disambungkan  dengan  jaringan  telepon  menggunakan  kabel[1]. Handphone  tersebut,  merupakan  pengembangan  teknologi  telepon yang dari  masa  ke  masa  mengalami  perkembangan,  yang  di  mana  perangkat handphone tersebut  dapat  digunakan  sebagai  perangkat  mobile atau berpindah-pindah sebagai sarana komunikasi, penyampaian informasi dari suatu pihak kepihak lainnya menjadi semakin efektif dan efesien.
Jadi,  dari  pengertian  di  atas,  alat  komunikasi  handphone dapat diartikan suatu barang atau benda yang dipakai sebagai sarana komunikasi baik itu berupa, lisan maupun tulisan, untuk penyampaian informasi atau pesan  dari  suatu  pihak  kepihak  lainnya  secara  efektif  dan  efesien  karena perangkatnya  yang  bisa  dibawa  kemana-mana  dan  dapat  dipakai  dimana saja.
2.2 Fungsi Handphone
Memang jelas fungsi handphone terbesar  yaitu  sebagai  alat  Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, sesuai  dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas  handphone tersebut bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan untuk  memperluas  jaringan,  dan  handphone tersebut  juga  bisa  sebagai penghilang  stress  karena  berbagai  feature  handphone yang  beragam seperti  kamera,  permainan,  Mp3,  video,  radio,  televisi  bahakan  jaringan internet seperti yahoo, facebook, twitter, dan lain-lain.
2.3 Aktivitas Belajar Siswa
  1. Pegertian Belajar
Belajar  memiliki  peranan  yang  sangat  penting  dalam  kehidupan manusia. Manusia terlahir sebagai mahluk yang lemah yang tidak mampu berbuat  apa-apa serta tidak  mengetahui  apa-apa, akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai skill (kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan.
Sesungguhnya  kemampuan  untuk  belajar  dan  melakukan  berbagai upaya uji coba, termasuk kemampuan adaptasi terhadap aneka situasi yang dimiliki  manusia  maupun  hewan.  Kemampuan  adaptasi  inilah  yang membantu  kedua  mahluk  tersebut  bisa  hidup  dan  berada  di  muka  bumi. Manusia  tidak  hanya  mempelajari  bahasa,  ilmu  pengetahuan,  profesi, maupun  keahlian  tertentu  saja.  Sesungguhnya  dia  juga  mempelajari berbagai  macam  tradisi,  etika,  moral  dan  kepribadian.  Oleh  karena  itu, belajar  memiliki  peranan  penting  dalam  kehidupan  manusia.
Dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,  belajar  memiliki  tiga  arti yang  sangat  berkaitan:  pertama,  belajar  berarti  berusaha  memperoleh kepandaian  atau  ilmu,  kedua,  belajar  berarti  berlatih  dan,  ketiga,  belajar berarti berubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.[2]
Berikut  kutipan  firman  Allah  SWT  dan  Hadits  Nabi  SAW,  baik secara  eksplisit  maupun  implisit  mewajibkan  orang  untuk  belajar  agar memperoleh ilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Zumar ayat 9:
“….Katakanlah:  adakah  sama  orang-orang  yang  mengetahui  dengan  orang-orang  yang  tidak  mengetahui?,  sesungguhnya,  orang-orang  yang berakallah yang mampu menerima pelajaran” (az-Zumar: 9)[3]
Islam  memandang  umat  manusia  sebagai  mahluk  yang  dilahirkan dalam  keadaan  kosong,  tidak  berilmu  pengetahuan.  Akan  tetapi,  Tuhan memberi potensi  yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  untuk  kemaslahatan umat manusia sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikismanusia yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan kegiatan belajar.  Seperti,  1)  Indera  penglihatan  (mata),  alat  fisik  yang  berguna untuk  menerima  informasi  visual,  2)  Indera  pendengaran  (telinga),  alat fisik  untuk  menerima  informasi  verbal,  dan  3)  Akal,  yang  merupakan potensi kejiwaan manusia berupa psikis  yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).[4]
Fadilah  Suralaga,  Dkk,  dalam  bukunya  Psikologi  Pendidikan dalam  Perspektif  Islam,  mendefinisikan  “Belajar  adalah  merupakan tahapan  perubahan  seluruh  tingkah  laku  individu  yang  relatif  menetap sebagai  hasil  dari  pengalaman  dan  interaksi  dengan  di  lingkungan  yang melibatkan proses kognitif”.[5]
Berdasarkan  dari  definisi-definisi  di  atas,  belajar  merupakan  proses dasar  dari  perkembangan  hidup  manusia.  Dengan  belajar,  manusia melakukan  perbuatan-perbuatan  kualitatif  individu  sehingga  tingkah lakunya  berkembang.  Semua  aktivitas  dan  prestasi  hidup  manusia  tidak lain adalah dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja serta melakukan suatu perbuatan  menurut  apa  yang  kita  telah  pelajari  dari  pengalaman  dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Akan tetapi belajar  itu  bukan  sekedar  pengalaman.  Belajar  adalah  suatu  proses  dan bukan  suatu  hasil,  maka  belajar  merupakan  kegiatan  yang  berproses  dan merupakan  unsur  yang  sangat  fundamental  dalam  setiap  penyelenggara jenis  dan  jenjang  pendidikan.  Ini  berarti  bahwa  berhasil  atau  gagalnya pencapaian  tujuan  pendidikan  itu  sangat  tergantung  pada  proses  belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Karena  itulah belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
  1. Tujuan Belajar
Menurut  Winarno  Surachman,  tujuan  belajar  di  sekolah  itu ditunjukan untuk mencapai:
a.  Pengumpulan pengetahuan
b.  Penanaman konsep dan kecakapan atau keterampilan
c.  Pembentukan sikap dan perbuatan
Tujuan  belajar  dalam  dunia  pendidikan  sekarang  ini  lebih  dikenal dengan  tujuan  pendidikan  menurut  Taksonowi  Bloom  yaitu  tujuan  belajar siswa  diarahkan  untuk  mencapai  ketiga  tanah  antara  lain:  kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh fakta atau ingatan, pemahaman,  aplikasi dan kematangan berpikir analisis, sistematis dan evaluasi. Tujuan belajar  afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik, dan tujuan psikomotorik  untuk  memperoleh  keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan  gerak  maupun  keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.[6]
Dalam  hal  ini,  Bloom  dan  Krathwohl  menunjukan  apa  yang mungkin  dapat  dikuasai  (dipelajari)  oleh  siswa  yang  menjadi  tujuan  dari pendidikan, yaitu:
a.  Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1)  Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2)  Pemahaman (menginterpretasikan)
3)  Aplikasi  (menggunakan  konsep  untuk  memecahkan  suatu masalah)
4)  Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5) Sintesis  (menggabungkan  bagian-bagian  konsep  menjadi suatu konsep utuh)
6)  Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode)
b.  Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1)  Peniruan (meniru gerak)
2)  Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3)  Ketepatan (menggunakan gerak dengan benar)
4)  Perangkaian (melakukan beberapa gerak sekaligus)
5)  Naturalisasi (menggunakan gerak secara wajar)
c.  Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1)  Pengenalan (ingin menerima, sadar akan sesuatu)
2)  Merespons (aktif berpartisipasi)
3)  Penghargaan (menerima nilai-nilai)
4) Pengorganisasian(menggabung-hubungkan  nilai-nilai  yang dipercayai)
5)  Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).[7]
Cronbach (1954), mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu: tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi (melihat hubungan  di  antara  komponen-komponen  situasi  belajar,  melihat  makna dari  hubungan  tersebut  dan  menghubungkan  dengan  kemungkinan pencapaian  tujuan),  respons,  konsekuensi  (keberhasilan  atau  kegagalan dalan belajar), dan reaksi terhadap kegagalan.[8]
  1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara  global,  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  siswa  dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain:
a.  Faktor Internal Siswa
Faktor  yang  berasal  dari  dalam  diri  siswa  sendiri,  meliputi  dua aspek, yakni:  fisikologis  (bersifat  jasmani)  dan  psikologis  (bersifat rohaniah).
  1.  Aspek Fisiologis
kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang  menandai  tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan  intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa,  seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan,  juga  sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa  yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic(gema  dan citra). Akibat selanjutnya adalah terlambatnya proses informasi yang ilakukan oleh system memori siswa tersebut.
2.  Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk  aspek  psikologis  yang  dapat mempengaruhi  kuantitas dan kualitas keberhasilan  belajar  siswa, namun  faktor  umumnya  yang  dipandang  lebih  esensial itu adalah sebagai berikut:
a.  Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya  dapat  diartikan  sebagai kemampuan  psikofisik  untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan  dengan  cara yang  tepat(Reber, 1988). Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak  saja,  melainkan  juga  kualitas organ-organ tubuh lainnya.  Akan  tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada  peran  organ-organ  lainya,  lantaran  otak  merupakan “menara  pengontrol”  hampir  seluruh  aktivitas  manusia.  Oleh karena itu tingkat kecerdasan  atau  intelegensi  (IQ)  siswa  tidak dapat  diragukan  lagi,  merupakan  salah  satu  yang  sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa.
b.  Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan  untuk  mereaksi  atau  merespon  (response tendency) dengan  cara  yang  relatif  tetap  terhadap  objek  orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Dalam  hal  sikap  siswa  yang  menimbulkan  reaksi  positif atau  negatif  tidak  dapat  dipungkiri  merupakan  hasil  dari perhatian yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar. Maka Perhatian merupakan faktor penting dalam usaha belajar siswa, untuk  dapat  menjamin  belajar  yang  baik,  siswa  harus  ada perhatian  terhadap  bahan  yang  dipelajarinya,  apabila  pelajaran itu tidak menarik baginya, maka timbullah rasa bosan, malas dan belajarnya  harus  dikejar-kejar,  sehingga  prestasi  mereka  akan menurun dan yang akhirnya akan berdampak pada sikap siswa.
c.  Bakat Siswa
Bakat (aptitude)adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang  untuk  mencapai  keberhasilan  pada  masa  yang  akan datang  (Chaplin,  1972;  Reber,  1988).  Dengan  demikian  setiap orang  pasti  memiliki  bakat  dalam  arti  berpotensi  mencapai prestasi  sampai  ke  tingkat  tertentu  sesuai  dengan  kapasitas masing-masing.  Jadi,  secara  umum  bakat  itu  mirip  dengan intelegensi.
Karena bakat tersebut  akan  dapat  mempengaruhi  tinggirendahnya prestasi belajar siswa di bidang studi tertentu. Maka alangkah  bijaksanannya  orangtua  yang  tidak  melakukan pemaksaan kehendak kepada anaknya.
d.  Minat Siswa
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan  yang  tinggi  atau  keinginan  yang  besar  terhadap sesuatu.  Dalam  hal  ini  minat  merupakan  yang  dapat mempengaruhi  kualitas  pencapaian  hasil  belajar  siswa  dalam bidang studi tertentu.
Hal  tersebut  dapat  diumpamakan  seorang  siswa  yang menaruh  minat  besar terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam akan memusatkan  perhatiannya  lebih  banyak  dari  pada siswa  yang  lain.  Kemudian  karena  pemusatan perhatian  yang intensif  terhadap  materi  itulah  yang  memungkinkan  siswa tersebut untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
e.  Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organismebaik  manusia  ataupun  hewan  yang  mendorong  untuk  berbuat sesuatu.  Dalam  pengertian  ini,  motivasi  berarti  pemasok  daya (energizer) untuk  bertingkah  laku  secara  terarah  (Gleitman, 1986; Reber, 1988). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.  Motivasi  intristik yaitu  hal  atau  keadaan  yang  berasal dari  dalam  diri  siswa  sendiri  yang  mendorongnya melakukan  belajar.  Di  antara  motivasi  intristik  siswa adalah  persaan  menyayangi  materi  dan  kebutuhannya terhadap  materi  tersebut,  misalnya  untuk  kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
2.  Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan  kegiatan  belajar.  Contohnya,  mendapat pujian,  hadiah,  peraturan/tata  tertib  sekolah,  suri tauladan  orangtua  atau  guru,  dan  masih  banyak  lagi contoh dari motivasi ekstrinsik.
B. Faktor Eksternal Siswa
 Faktor  ini  terdiri  dari  dua  macam,  seperti  halnya  faktor  internal siswa, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1.  Lingkungan Sosial
Lingkungan  sosial  sekolah  seperti  para  guru,  para  staff administrasi  dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat  belajar  siswa.  Selanjutnya,  yang  dimaksud  dengan lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga temanteman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa. Di antara lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat  orang  tua,  praktik  pengelolahan  keluarga,  ketegangan keluarga  dan  demografi  keluarga  (letak  rumah),  semuanya  dapat memberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang akan dicapai oleh siswa.
2.  Lingkungan Nonsosial
Faktor  yang  termasuk  lingkungan  nonsosial  ialah  gedung sekolah  dan letaknya,  rumah  tempat  tinggal  keluarga  siswa  dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan siswa. Beberapa  contoh  yang  kita  bisa  ambil  yang  berhubungan dengan faktor lingkungan nonsosial, seperti: kondisi gedung sekolah yang tidak memadai, fasilitas tidak lengkap, ruang kelas yang kusam dan  kotor,  di  antara  faktor  yang  bisa  mempengaruhi  siswa  dalam proses belajar.
Contoh lain seperti waktu yang digunakan siswa untuk belajar, secara  umum  memang  waktu  belajar  yang  digunakan  siswa  bukan merupakan  penyebab  hasil  belajar  yang  mutlak  akan  tetapi  tidak dapat dipungkiri waktu yang dipergunakan siswa untuk belajar juga merupakan  hal  yang  dapat  mempengaruhi  proses  belajar  dan  hasil belajar  siswa,  karena  setiap  siswa  memiliki  perbedaan  waktu  yang disenangi dan kesiapan untuk belajar. Maka kesiapan sistem memori siswa  dalam  menyerap,  mengolah,  dan  menyimpan  item-item informasi  dan  pengetahuan  yang  dipelajari  siswa  itulah  dapat menyebabkan proses dan hasil belajar siswa.
  1. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian sekolah  merupakan  arena  untuk  mengembangkan  aktivitas,  banyak  jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya  yang terdapat di  sekolah-sekolah  tradisional.  Paul  B.  Diedrich  membuat  kegiatankegiatan  atau  aktivitas  jasmani  dan  rohani  yang  dilakukan  siswa  di sekolah, meliputi:
1) Visual  activities seperti  membaca,  memperhatikan,  gambar,  demonstrasi, percobaan, dan sebagainya.
2) Oral activitiesseperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi  saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan sebagainya.
3) Listening  activities seperti  mendengarkan  uraian,  percakapan diskusi, musik, pidato, ceramah, dan sebagainya.
4) Writing  activities seperti  menulis  cerita,  karangan,  laporan,  angket, menyalin, dan sebagainya.
5) Drawing  activities seperti  menggambar,  membuat  grafik,  peta, patron, dan sebagainya.
6) Moro  activities seperti  melakukan  percobaan,  membuat  konstruksi, model,  mereparasi,  bermain,  berkebun,  berternak,  dan  lain sebagainya.
7) Mental activities,seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,  melihat  hubungan,  mengambil  keputusan,  dan sebagainya.
8)  Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Tentu saja kegiatan-kegiatan tersebut saling berhubungan satu sama  lainnya.  Dalam  suatu  kegiatan  motoris  terkandung  kegiatan  mental  dan disertai oleh perasaan tertentu. Dari  berbagai  uraian  di  atas  maka  dapat  dipastikan  bahwa  peranan aktivitas  siswa  seperti  mengamati,  menanggap,  melakukan  fantasi, mengingat, dan berfikir, adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar, karena proses belajar merupakan kegiatan yang aktif dari subyek untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman, dan belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil.
Perlu ditambahkan  yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut itu harus selalu terkait. Sebagai contoh seseorang sedang belajar dengan  membaca,  secara  fisik  kelihatan  orang  tersebut  sedang  membaca suatu buku, tapi mungkin pikiran atau sikap mentalnya tidak setuju pada buku  yang dibaca.  Ini menunjukkan tidak ada keserasian  antara  aktivitas fisik  dengan  aktivitas  mental.  Kalau  sudah  demikian,  maka  belajar  tidak akan  optimal.  Begitu  juga  sebaliknya kalau yang  aktif  hanya  mentalnya saja, juga kurang bermanfaat.
Jadi, jelas bahwa aktivitas itu sangat diperlukan dalam belajar, tidak ada  kegiatan  tanpa  adanya  aktivitas. Oleh  karena  itu  hasil  belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, dan tujuan, adalah motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari berupa aktivitas dalam belajar
2.4 Pengaruh Handphone Terhadap Prestasi Siswa
Memang jelas manfaat handphone terbesar  yaitu  sebagai  alat komunikasi  agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, yaitu  sesuai  dengan  fungsi  awalnya,  dan  selain  fungsi  di  atas handphone tersebut  bisa  bermanfaat  untuk  menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan untuk memperluas jaringan.
Adapun dampak positif dari handphone adalah sebagai berikut:

  1. Mempermudah komunikasi (Melakukan komunikasi dengan orang tua). Peran ini memang vital terutama bagi siswa yang relatif jauh rumahnya dari sekolah dan ada kendala transportasi. Untuk itu peranan HP sangat penting sekali untuk memastikan kapan dan kapan jemputan diperlukan.
  2. Mencari informasi IPTEK lewat internet, hal ini dimungkinkan dengan penemuan seri HP canggih generasi 3G yang memberikan kesempatan penggunanya untuk browsing internet lewat Handphone
  3. Memperluas jaringan persahabatan dengan mengakses jejaring sosial yang bisa kita dapatkan dengan mendownload aplikasi java yang sesuai dengan handphone kita.
  4. Mempermudah kegiatan belajar, handphone yang dilengkapi feature seperti Document Viewer dapat membantu pelajar dalam mempelajari materi dalam bentuk ebook atau pdf secara portable dengan mudah.
  5. Membantu pelajar untuk berlatih English conversation dengan format Mp3 atau Mp4.
  6. Menghilangkan kepenatan pelajar setelah belajar dengan mendengarkan music dengan feature Mp3 player atau radio Fm*.
Di samping handphone mempunyai manfaat bagi penggunanya, handphone tersebut juga mempunyai dampak negatif, di antara dampak negatifnya secara umum yaitu:
1.  Membuat siswa malas belajar Anak-anak  yang  sudah  kecanduan  handphone, maka setiap saatnya hanya bermain handphone dan  handphone. Mereka tidak lagi berpikir  pada  hal  yang  lain.  Bagi  mereka  handphone  merupakan teman  setia  yang  setiap  ke  mana-mana  selalu  dibawa,  rasanya  tidak lengkap tanpa handphone di genggamannya.
Pada saat belajar di rumah  siswa  mendampingi  buku  dengan handphone.  Pada  awalnya  mendengarkan  musik  atau  Mp3  untuk menciptakan  suasana  belajar  yang  nyaman  akan  tetapi  ketika  bunyi telepon atau sms (short messege service) maka buku itu ditinggalkan siswa berpaling ke handphone.Mereka malas belajar dan lebih senang teleponan (talking-talking) dan smsan.
keberadaan  handphone memang sangat penting bagi kehidupan di  jaman  era globalisasi seperti sekarang ini. Tapi  jika  ternyata handphone disalahgunakan  maka akan berdampak negatif. Seperti handphone yang  semesti  belum  diberikan  kepada siswa tetap sudah diberikan kalau, memang jika siswa bisa  memanfaatkan  sesuai fungsinya maka itu sangat baik tapi tidak sedikit siswa  yang menyalahgunakan  handphone dari  fungsinya dan  pada  akhirnya handphone  tersebut dapat mengganggu proses  belajar  dan menurunkan prestasi belajar siswa.
2.  Menggangu konsentasi belajar siswa
Konsentrasi adalah tingkat perhatian kita terhadap sesuatu, dalam konteks belajar berarti tingkat perhatian siswa terpusat terhadap segala penjelasan  atau  bimbingan yang diberikan guru. Seharusnya ketika seorang guru sedang  memberikan  materi  pelajaran  seluruh  perhatian siswa  harus  terfokus  kepada  penjelasan  guru  tersebut. Akan  tetapi sering  sekali  handphone yang  mereka  punya  menjadi  salah  satu penyebab konsentrasi siswa menurun, bagaimana tidak ketika seorang guru sedang menjelaskan pelajaran  siswa  lebih  asyik  memainkan handphone  seperti  smsan  dengan  temannya, main  games,  bahkan update status di jejaring sosial facebook dan lain sebagainya. Akibat dari itu semua saat evaluasi atau ulangan siswa tidak bisa menajawab soal  akhirnya  mendapat  nilai  yang  buruk,  dan  hal  itulah  yang menyebabkan proses belajar gagal.
3.  Melupakan tugas dan kewajiban
Handphone sebenarnya sangatlah bermanfaat jika dipergunakan sebagaiman  mestinya. Tetapi yang terjadi khususnya para pelajar menyalahgunakan  handphone tersebut  untuk  keperluan  lain.  Anakanak terlalu asyik bermain handphone dengan feature handphone yang semakin canggih selain untuk  menelepon  dan  sms,  handphonetersebut  sudah  ada  feature permainan (games),  Mp3,  video,  kamera, radio, televisi bahkan jaringan internet. Tidak sedikit siswa melupakan tugas dan kewajiabannya akibat bermain handphone.
Mereka tidak lagi memperhatikan tugas dan kewajibannya sebab disibukkan  oleh  handphone yang  mereka  punya.  Akibatnya  siswa tidak menguasai materi  belajarnya dan tidak sedikit siswa  yang lupa mengerjakan  tugas  dari  guru  karena  sibuk  memainkan  handphone. dengan  bermain  handphone saat  pelajaran  berlangsung  atau  tidak mengerjakan PR, itu berarti siswa telah mengabaikan dan melupakan tugas  dan  kewajibannya.  Hal  itu  tentunya  tidak  boleh  terjadi  oleh karena  itu  di  sini  memerlukan  peranan  dan  perhatian  dari  guru  dan orang tua.
4.  Mengganggu perkembangan anak
Dengan perkembangan alat komunikasi handphone maka tercipta feature canggih  yang  tersedia  di  handphone seperti  yang  telah disebutkan  sebelumnya  akan  mengganggu  siswa  dalam  menerima pelajaran  di  sekolah,  tidak  jarang  mereka  disibukkan  dengan menerima  panggilan,  sms,  misscall  dari  teman  mereka  bahkan  dari keluarga  mereka  sendiri,  lebih  parah  lagi  ada  yang  menggunakan handphone untuk mencontek (curang) dalam ulangan, bermain  game saat  guru  menjelaskan  pelajaran  di  samping  itu  karena  saat  ini handphone sudah  dilengkapi  dengan  layanan  internet  tidak  jarang ditemui  siswa  yang  asyik  bermain  faceboo/twitter  saat  pelajar berlangsung  dan  sebagainya.  Kalau  hal  tersebut  dibiarkan  maka generasi  yang  kita  harapkan  akan  menjadi  rusak  dan  perkembangan teknologi yang kita banggakan kehadirannya dapat berdampak buruk untuk perkembangan dan masa depan anak.
5.  Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku
Jika tidak ada kontrol dari  guru dan orang tua.  Alat komunikasi handphone  bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar  yang mengandung  unsur  porno  dan  sebagainya  yang  sama  sekali  tidak layak  dilihat  seorang  pelajar  dan  pada  akhirnya  sangat  berpotensi mempengaruhi sikap dan prilaku.
6.  Pemborosan
Dengan  mempunyai  alat  komunikasi  handphone, maka pengeluaran  kita  akan  bertambah,  apalagi  kalau  handphone  hanya digunakan  untuk  hal-hal  yang  tidak  bermanfaat  maka  hanya  akan menjadi  pemborosan.  Dengan  anggaran  orang  tua  yang  serba  minim para siswa memaksa orang tuanya untuk dapat dibelikan  handphone.Belum lagi para pelajar setelah itu harus meminta uang kepada orang tua  untuk  membeli  pulsa  setiap  bulan  bahkan  setiap  hari.  Jika  siswa tidak  mempunyai  buku  maka  mereka  beralasan  dengan  tidak  punya uang,  tetapi  dibalik  itu  kalau  untuk  urusan  membeli  pulsa  tidak  ada kata : “ tidak punya uang
2.5 Cara mengatasi kecanduan Siswa terhadap Handphone
Jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan maka diperlukan perhatian secara seksama dari berbagai pihak yang terkait baik dari orang tua, guru, dan lingkungan karena jika dibiarkan secara berlarut-larut maka kondisi semacam ini justru menimbulkan kerugian yang cukup besar baik pada siswa tersebut, orang tua, masyarakat maupun negara. Untuk itulah, diperlukan upaya yang mungkin dapat diterapkan antara lain
1)   Profesionalisme guru di dalam pembelajaran
Profesionalitas guru sangat berperan dalam proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan karena kemampuan guru dalam mengelolah kelas serta menyampaikan materi-materi pembelajaran dengan menggunakan teknik-teknik, pembelajaran tidak membosankan siswa sehingga siswa menjadi antusias dalam mengikuti materi-materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2)   Adanya pelarangan penggunaan handphone pada waktu-waktu tertentu
Pelarangan pemakaian handphone pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung sangatlah efektif karena siswa tidak dapat dengan leluasa tukar menukar jawaban bilamana guru memberikan quiz alhasil siswa mempunyai kesadaran untuk meningkatkan kualitas dirinya melalui proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3)   Peran serta orang tua dan masyarakat
Kepedulian orang tua dan masyarakat pada aktivitas anak-anaknya di luar lingkungan sekolah sangat memengaruhi pembentukan mentalitas anak. Hal ini perlu dicermati karena keberadaan anak di lingkungan sekolah. Sehubungan dengan itu, perlu kiranya di jalin hubungan kerjasama yang harmonis dengan pihak keluarga dan masyarakat sekitar sehingga siswa dengan penuh kesadaran tidak mengakses gambar-gambar yang berbau pornografi yang akhirnya dapat merusak mentalitas dari siswa tersebut.
4)   Kesadaran dari setiap siswa
Timbulnya kesadaran dari setiap siswa untuk memiliki handphone untuk hal-hal yang bersifat positif bukan untuk berlomba-lomba memiliki handphone yang bermerk demi meningkatkan status sosial siswa sehingga timbul hal-hal yang tidak diinginakan seperti pencurian handphone di lingkungan sekolah yang dapat meresahkan lingkungan sekolah dan siswa itu sendiri.
5)   Pengetahuan siswa tentang efek  penggunaan handphone
Adanya pengetahuan siswa mengenai efek penggunaan handphone sangat membantu setiap siswa dalam menggunakan handphone. Hal ini dikarenakan semakin sering siswa menggunakan handphone untuk hal-hal yang kurang bermanfaat maka radiasi yang dipancarkan oleh handphone ke dalam tubuh semakin meningkat dan dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada tubuh mulai dari tingkat molekuler, susunan atom-atomnya bahkan sampai pada perubahan sistem yang adz pada tubuh seperti sistem hormonal, enzim dan metabolism tubuh sampai perubahan struktur DNA. Untuk tingkat molekuler misalnya dapat menimbulkan gangguan pada sistem syaraf pusat, gangguan pada pengaturan fungsi kelenjar buntu oleh syaraf dan perubahan permeabilitas pembuluh darah yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan dan berdampak pada prestasi belajar siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, , Edisi ke-III, Cet –IV, 2007.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet II, 1996
Syah,  Muhibbin,  Psikologi  Pendidikan  dengan  Pendekatan  Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. VII, 2002.
Soenarjo, R.H.A. Dkk. Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Departemen Agama RI, 1971.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan  Psikologi  Proses  Pendidikan,  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2009
Suralaga,  Fadilah,  Dkk.,  Psikologi  Pendidikan  dalam  Perspektif  Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005.
Uno,  Hamzah  B, Orientasi  Baru  dalam  Psikologi  Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara, Cet. IV, 2010.
Zambrana.  A.,  “Pengertian  Handphone”,  www.Mokletrpl2.Blogspot.com, 23 Desember 2010

[1] A. Zambrana, “Pengertian Handphone”, www.Mokletrpl2.Blogspot.com, 23 Desember 2010.
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
[3] R.H.A. Soenarjo, Dkk.,  Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI,1971)
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung:PT. Remaja  Rosda Karya, 2010), Cet. XV
[5] Fadilah Suralaga, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I
[6] Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet ke II
[7] Hamzah B. Uno,  Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. IV
[8] Nana  Syaodih  Sukmadinata,  Landasan  Psikologi  Proses  Pendidikan,  (Bandung:  PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. V

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label