Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi. Konsumsi masyarakat akan teknologi menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin canggih. Komunikasi yang dulunya memerlukan waktu yang lama dalam penyampaiannya kini dengan teknologi segalanya menjadi sangat dekat dan tanpa jarak.
Awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia. Lahir dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mempermudah kegiatan-kegiatannya yang kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi telah berkembang pesat dan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman sehingga terjadi pengalihan fungsi teknologi.
Salah satu teknologi yang perkembangannya sangat pesat saat ini adalah handphone. Meskipun memang benar peranan handphone pada saat ini sangatlah penting dan sangat membantu orang dalam berkomunikasi jarak, baik dekat maupun jarak jauh. Namun demikian, ternyata handphone juga membawa dampak buruk yang tidak sedikit, mulai dari bahaya terganggunya kesehatan karena gelombang mikrowive yang digunakannya, hingga bahaya akhlak dan moral para penggunanya.
Beberapa tahun yang lalu handphone hanya dimiliki oleh kalangan pembisnis yang memang benar-benar membutuhkan itu untuk kelancaran pekerjaannya. Seiring berjalannya waktu handphone bisa dimiliki oleh semua kalangan. Baik yang sangat membutuhkan maupun yang kurang membutuhkan. Termasuk pelajar perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan pelajar. kini handphone (Hp) adalah sakunya seorang pelajar, hampir semua anak didik mengantongi handphone. Hal ini merupakan kebanggan bagi Orang tua, karena mempunyai anak yang tidak ketinggalan zaman. Orang tua menyadari akan pentingnya handphone bagi anaknya dengan berbagai alasan, namun Orang tua tidak menyadari bahwa disamping itu handphone juga mempunyai dampak negatif.
Tantangan dunia pendidikan adalah etika, etika moral seorang siswa, hal ini tercermin dari ditemukannya beberapa handphone siswa yang berisikan video porno, hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran siswa akan moral. Kini dunia handphone adalah dunia untuk berkomunikasi, berbagi, mencipta dan menghibur dengan suara, tulisan, gambar, musik dan video. Disamping harga yang ditawarkan cukup terjangkau, berbagai fitur handphone juga diberikan sebagai penunjang majunya teknologi. Namun terkadang juga handphone dapat mengganggu atau memiliki beberapa hal negatif diantaranya tempat untuk menyimpan gambar-gambar porno,atau menggunakan handphone saat tengah diadakan proses belajar yang dapat mengganggu siswa atau perhatian dan minat mereka dalam belajar menjadi berkurang di karenakan mereka lebih sibuk untuk saling berkiriman pesan.
1.2 Rumusan Masalah
- Seberapa besar pengaruh handphone terhadap prestasi belajar Siswa?
- Bagaimana cara mengatasi masalah kecanduan handphone untuk para siswa?
1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh handphone terhadap prestasi belajar Siswa
- Untuk mengatahui Bagaimana cara mengatasi masalah kecanduan handphone untuk para siswa
Baca Juga
HAKEKAT GURU PERSPEKTIF UU. NO. 14 TAHUN 2005
1.4. Manfaat
Makalah ini dapat digunakan sebagai informasi agar lebih ketat dalam mengawasi siswa sehingga prestasi belajar siswa tersebut tidak menurun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Handphone
Telepon genggam sering disebut handphone (HP) atau telepon selular (ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel[1]. Handphone tersebut, merupakan pengembangan teknologi telepon yang dari masa ke masa mengalami perkembangan, yang di mana perangkat handphone tersebut dapat digunakan sebagai perangkat mobile atau berpindah-pindah sebagai sarana komunikasi, penyampaian informasi dari suatu pihak kepihak lainnya menjadi semakin efektif dan efesien.
Jadi, dari pengertian di atas, alat komunikasi handphone dapat diartikan suatu barang atau benda yang dipakai sebagai sarana komunikasi baik itu berupa, lisan maupun tulisan, untuk penyampaian informasi atau pesan dari suatu pihak kepihak lainnya secara efektif dan efesien karena perangkatnya yang bisa dibawa kemana-mana dan dapat dipakai dimana saja.
2.2 Fungsi Handphone
Memang jelas fungsi handphone terbesar yaitu sebagai alat Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, sesuai dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas handphone tersebut bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan untuk memperluas jaringan, dan handphone tersebut juga bisa sebagai penghilang stress karena berbagai feature handphone yang beragam seperti kamera, permainan, Mp3, video, radio, televisi bahakan jaringan internet seperti yahoo, facebook, twitter, dan lain-lain.
2.3 Aktivitas Belajar Siswa
- Pegertian Belajar
Belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia terlahir sebagai mahluk yang lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa, akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai skill (kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan.
Sesungguhnya kemampuan untuk belajar dan melakukan berbagai upaya uji coba, termasuk kemampuan adaptasi terhadap aneka situasi yang dimiliki manusia maupun hewan. Kemampuan adaptasi inilah yang membantu kedua mahluk tersebut bisa hidup dan berada di muka bumi. Manusia tidak hanya mempelajari bahasa, ilmu pengetahuan, profesi, maupun keahlian tertentu saja. Sesungguhnya dia juga mempelajari berbagai macam tradisi, etika, moral dan kepribadian. Oleh karena itu, belajar memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki tiga arti yang sangat berkaitan: pertama, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, kedua, belajar berarti berlatih dan, ketiga, belajar berarti berubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.[2]
Berikut kutipan firman Allah SWT dan Hadits Nabi SAW, baik secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Zumar ayat 9:
“….Katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya, orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran” (az-Zumar: 9)[3]
Islam memandang umat manusia sebagai mahluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikismanusia yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan kegiatan belajar. Seperti, 1) Indera penglihatan (mata), alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual, 2) Indera pendengaran (telinga), alat fisik untuk menerima informasi verbal, dan 3) Akal, yang merupakan potensi kejiwaan manusia berupa psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).[4]
Fadilah Suralaga, Dkk, dalam bukunya Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, mendefinisikan “Belajar adalah merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan di lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.[5]
Berdasarkan dari definisi-definisi di atas, belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perbuatan-perbuatan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja serta melakukan suatu perbuatan menurut apa yang kita telah pelajari dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Akan tetapi belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil, maka belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggara jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Karena itulah belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
- Tujuan Belajar
Menurut Winarno Surachman, tujuan belajar di sekolah itu ditunjukan untuk mencapai:
a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecakapan atau keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan
Tujuan belajar dalam dunia pendidikan sekarang ini lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonowi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga tanah antara lain: kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi dan kematangan berpikir analisis, sistematis dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik, dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.[6]
Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukan apa yang mungkin dapat dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang menjadi tujuan dari pendidikan, yaitu:
a. Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2) Pemahaman (menginterpretasikan)
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
4) Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
6) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode)
b. Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1) Peniruan (meniru gerak)
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (menggunakan gerak dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan beberapa gerak sekaligus)
5) Naturalisasi (menggunakan gerak secara wajar)
c. Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan sesuatu)
2) Merespons (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai)
4) Pengorganisasian(menggabung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).[7]
Cronbach (1954), mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu: tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi (melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkan dengan kemungkinan pencapaian tujuan), respons, konsekuensi (keberhasilan atau kegagalan dalan belajar), dan reaksi terhadap kegagalan.[8]
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain:
a. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi dua aspek, yakni: fisikologis (bersifat jasmani) dan psikologis (bersifat rohaniah).
1. Aspek Fisiologis
kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic(gema dan citra). Akibat selanjutnya adalah terlambatnya proses informasi yang ilakukan oleh system memori siswa tersebut.
2. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas keberhasilan belajar siswa, namun faktor umumnya yang dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a. Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat(Reber, 1988). Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ lainya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Oleh karena itu tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi, merupakan salah satu yang sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa.
b. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Dalam hal sikap siswa yang menimbulkan reaksi positif atau negatif tidak dapat dipungkiri merupakan hasil dari perhatian yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar. Maka Perhatian merupakan faktor penting dalam usaha belajar siswa, untuk dapat menjamin belajar yang baik, siswa harus ada perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, apabila pelajaran itu tidak menarik baginya, maka timbullah rasa bosan, malas dan belajarnya harus dikejar-kejar, sehingga prestasi mereka akan menurun dan yang akhirnya akan berdampak pada sikap siswa.
c. Bakat Siswa
Bakat (aptitude)adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi.
Karena bakat tersebut akan dapat mempengaruhi tinggirendahnya prestasi belajar siswa di bidang studi tertentu. Maka alangkah bijaksanannya orangtua yang tidak melakukan pemaksaan kehendak kepada anaknya.
d. Minat Siswa
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dalam hal ini minat merupakan yang dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.
Hal tersebut dapat diumpamakan seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa yang lain. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
e. Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organismebaik manusia ataupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi intristik yaitu hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya melakukan belajar. Di antara motivasi intristik siswa adalah persaan menyayangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
2. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contohnya, mendapat pujian, hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orangtua atau guru, dan masih banyak lagi contoh dari motivasi ekstrinsik.
B. Faktor Eksternal Siswa
Faktor ini terdiri dari dua macam, seperti halnya faktor internal siswa, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staff administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Selanjutnya, yang dimaksud dengan lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga temanteman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa. Di antara lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolahan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang akan dicapai oleh siswa.
2. Lingkungan Nonsosial
Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan siswa. Beberapa contoh yang kita bisa ambil yang berhubungan dengan faktor lingkungan nonsosial, seperti: kondisi gedung sekolah yang tidak memadai, fasilitas tidak lengkap, ruang kelas yang kusam dan kotor, di antara faktor yang bisa mempengaruhi siswa dalam proses belajar.
Contoh lain seperti waktu yang digunakan siswa untuk belajar, secara umum memang waktu belajar yang digunakan siswa bukan merupakan penyebab hasil belajar yang mutlak akan tetapi tidak dapat dipungkiri waktu yang dipergunakan siswa untuk belajar juga merupakan hal yang dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa, karena setiap siswa memiliki perbedaan waktu yang disenangi dan kesiapan untuk belajar. Maka kesiapan sistem memori siswa dalam menyerap, mengolah, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa itulah dapat menyebabkan proses dan hasil belajar siswa.
- Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya yang terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat kegiatankegiatan atau aktivitas jasmani dan rohani yang dilakukan siswa di sekolah, meliputi:
1) Visual activities seperti membaca, memperhatikan, gambar, demonstrasi, percobaan, dan sebagainya.
2) Oral activitiesseperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan sebagainya.
3) Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik, pidato, ceramah, dan sebagainya.
4) Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, dan sebagainya.
5) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, patron, dan sebagainya.
6) Moro activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak, dan lain sebagainya.
7) Mental activities,seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Tentu saja kegiatan-kegiatan tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dari berbagai uraian di atas maka dapat dipastikan bahwa peranan aktivitas siswa seperti mengamati, menanggap, melakukan fantasi, mengingat, dan berfikir, adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar, karena proses belajar merupakan kegiatan yang aktif dari subyek untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman, dan belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil.
Perlu ditambahkan yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut itu harus selalu terkait. Sebagai contoh seseorang sedang belajar dengan membaca, secara fisik kelihatan orang tersebut sedang membaca suatu buku, tapi mungkin pikiran atau sikap mentalnya tidak setuju pada buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental. Kalau sudah demikian, maka belajar tidak akan optimal. Begitu juga sebaliknya kalau yang aktif hanya mentalnya saja, juga kurang bermanfaat.
Jadi, jelas bahwa aktivitas itu sangat diperlukan dalam belajar, tidak ada kegiatan tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, dan tujuan, adalah motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari berupa aktivitas dalam belajar
2.4 Pengaruh Handphone Terhadap Prestasi Siswa
Memang jelas manfaat handphone terbesar yaitu sebagai alat komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, yaitu sesuai dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas handphone tersebut bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan untuk memperluas jaringan.
Adapun dampak positif dari handphone adalah sebagai berikut:
- Mempermudah komunikasi (Melakukan komunikasi dengan orang tua). Peran ini memang vital terutama bagi siswa yang relatif jauh rumahnya dari sekolah dan ada kendala transportasi. Untuk itu peranan HP sangat penting sekali untuk memastikan kapan dan kapan jemputan diperlukan.
- Mencari informasi IPTEK lewat internet, hal ini dimungkinkan dengan penemuan seri HP canggih generasi 3G yang memberikan kesempatan penggunanya untuk browsing internet lewat Handphone
- Memperluas jaringan persahabatan dengan mengakses jejaring sosial yang bisa kita dapatkan dengan mendownload aplikasi java yang sesuai dengan handphone kita.
- Mempermudah kegiatan belajar, handphone yang dilengkapi feature seperti Document Viewer dapat membantu pelajar dalam mempelajari materi dalam bentuk ebook atau pdf secara portable dengan mudah.
- Membantu pelajar untuk berlatih English conversation dengan format Mp3 atau Mp4.
- Menghilangkan kepenatan pelajar setelah belajar dengan mendengarkan music dengan feature Mp3 player atau radio Fm*.
Di samping handphone mempunyai manfaat bagi penggunanya, handphone tersebut juga mempunyai dampak negatif, di antara dampak negatifnya secara umum yaitu:
1. Membuat siswa malas belajar Anak-anak yang sudah kecanduan handphone, maka setiap saatnya hanya bermain handphone dan handphone. Mereka tidak lagi berpikir pada hal yang lain. Bagi mereka handphone merupakan teman setia yang setiap ke mana-mana selalu dibawa, rasanya tidak lengkap tanpa handphone di genggamannya.
Pada saat belajar di rumah siswa mendampingi buku dengan handphone. Pada awalnya mendengarkan musik atau Mp3 untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman akan tetapi ketika bunyi telepon atau sms (short messege service) maka buku itu ditinggalkan siswa berpaling ke handphone.Mereka malas belajar dan lebih senang teleponan (talking-talking) dan smsan.
keberadaan handphone memang sangat penting bagi kehidupan di jaman era globalisasi seperti sekarang ini. Tapi jika ternyata handphone disalahgunakan maka akan berdampak negatif. Seperti handphone yang semesti belum diberikan kepada siswa tetap sudah diberikan kalau, memang jika siswa bisa memanfaatkan sesuai fungsinya maka itu sangat baik tapi tidak sedikit siswa yang menyalahgunakan handphone dari fungsinya dan pada akhirnya handphone tersebut dapat mengganggu proses belajar dan menurunkan prestasi belajar siswa.
2. Menggangu konsentasi belajar siswa
Konsentrasi adalah tingkat perhatian kita terhadap sesuatu, dalam konteks belajar berarti tingkat perhatian siswa terpusat terhadap segala penjelasan atau bimbingan yang diberikan guru. Seharusnya ketika seorang guru sedang memberikan materi pelajaran seluruh perhatian siswa harus terfokus kepada penjelasan guru tersebut. Akan tetapi sering sekali handphone yang mereka punya menjadi salah satu penyebab konsentrasi siswa menurun, bagaimana tidak ketika seorang guru sedang menjelaskan pelajaran siswa lebih asyik memainkan handphone seperti smsan dengan temannya, main games, bahkan update status di jejaring sosial facebook dan lain sebagainya. Akibat dari itu semua saat evaluasi atau ulangan siswa tidak bisa menajawab soal akhirnya mendapat nilai yang buruk, dan hal itulah yang menyebabkan proses belajar gagal.
3. Melupakan tugas dan kewajiban
Handphone sebenarnya sangatlah bermanfaat jika dipergunakan sebagaiman mestinya. Tetapi yang terjadi khususnya para pelajar menyalahgunakan handphone tersebut untuk keperluan lain. Anakanak terlalu asyik bermain handphone dengan feature handphone yang semakin canggih selain untuk menelepon dan sms, handphonetersebut sudah ada feature permainan (games), Mp3, video, kamera, radio, televisi bahkan jaringan internet. Tidak sedikit siswa melupakan tugas dan kewajiabannya akibat bermain handphone.
Mereka tidak lagi memperhatikan tugas dan kewajibannya sebab disibukkan oleh handphone yang mereka punya. Akibatnya siswa tidak menguasai materi belajarnya dan tidak sedikit siswa yang lupa mengerjakan tugas dari guru karena sibuk memainkan handphone. dengan bermain handphone saat pelajaran berlangsung atau tidak mengerjakan PR, itu berarti siswa telah mengabaikan dan melupakan tugas dan kewajibannya. Hal itu tentunya tidak boleh terjadi oleh karena itu di sini memerlukan peranan dan perhatian dari guru dan orang tua.
4. Mengganggu perkembangan anak
Dengan perkembangan alat komunikasi handphone maka tercipta feature canggih yang tersedia di handphone seperti yang telah disebutkan sebelumnya akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah, tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima panggilan, sms, misscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri, lebih parah lagi ada yang menggunakan handphone untuk mencontek (curang) dalam ulangan, bermain game saat guru menjelaskan pelajaran di samping itu karena saat ini handphone sudah dilengkapi dengan layanan internet tidak jarang ditemui siswa yang asyik bermain faceboo/twitter saat pelajar berlangsung dan sebagainya. Kalau hal tersebut dibiarkan maka generasi yang kita harapkan akan menjadi rusak dan perkembangan teknologi yang kita banggakan kehadirannya dapat berdampak buruk untuk perkembangan dan masa depan anak.
5. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku
Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. Alat komunikasi handphone bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang mengandung unsur porno dan sebagainya yang sama sekali tidak layak dilihat seorang pelajar dan pada akhirnya sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan prilaku.
6. Pemborosan
Dengan mempunyai alat komunikasi handphone, maka pengeluaran kita akan bertambah, apalagi kalau handphone hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan. Dengan anggaran orang tua yang serba minim para siswa memaksa orang tuanya untuk dapat dibelikan handphone.Belum lagi para pelajar setelah itu harus meminta uang kepada orang tua untuk membeli pulsa setiap bulan bahkan setiap hari. Jika siswa tidak mempunyai buku maka mereka beralasan dengan tidak punya uang, tetapi dibalik itu kalau untuk urusan membeli pulsa tidak ada kata : “ tidak punya uang
2.5 Cara mengatasi kecanduan Siswa terhadap Handphone
Jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan maka diperlukan perhatian secara seksama dari berbagai pihak yang terkait baik dari orang tua, guru, dan lingkungan karena jika dibiarkan secara berlarut-larut maka kondisi semacam ini justru menimbulkan kerugian yang cukup besar baik pada siswa tersebut, orang tua, masyarakat maupun negara. Untuk itulah, diperlukan upaya yang mungkin dapat diterapkan antara lain
1) Profesionalisme guru di dalam pembelajaran
Profesionalitas guru sangat berperan dalam proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan karena kemampuan guru dalam mengelolah kelas serta menyampaikan materi-materi pembelajaran dengan menggunakan teknik-teknik, pembelajaran tidak membosankan siswa sehingga siswa menjadi antusias dalam mengikuti materi-materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2) Adanya pelarangan penggunaan handphone pada waktu-waktu tertentu
Pelarangan pemakaian handphone pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung sangatlah efektif karena siswa tidak dapat dengan leluasa tukar menukar jawaban bilamana guru memberikan quiz alhasil siswa mempunyai kesadaran untuk meningkatkan kualitas dirinya melalui proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3) Peran serta orang tua dan masyarakat
Kepedulian orang tua dan masyarakat pada aktivitas anak-anaknya di luar lingkungan sekolah sangat memengaruhi pembentukan mentalitas anak. Hal ini perlu dicermati karena keberadaan anak di lingkungan sekolah. Sehubungan dengan itu, perlu kiranya di jalin hubungan kerjasama yang harmonis dengan pihak keluarga dan masyarakat sekitar sehingga siswa dengan penuh kesadaran tidak mengakses gambar-gambar yang berbau pornografi yang akhirnya dapat merusak mentalitas dari siswa tersebut.
4) Kesadaran dari setiap siswa
Timbulnya kesadaran dari setiap siswa untuk memiliki handphone untuk hal-hal yang bersifat positif bukan untuk berlomba-lomba memiliki handphone yang bermerk demi meningkatkan status sosial siswa sehingga timbul hal-hal yang tidak diinginakan seperti pencurian handphone di lingkungan sekolah yang dapat meresahkan lingkungan sekolah dan siswa itu sendiri.
5) Pengetahuan siswa tentang efek penggunaan handphone
Adanya pengetahuan siswa mengenai efek penggunaan handphone sangat membantu setiap siswa dalam menggunakan handphone. Hal ini dikarenakan semakin sering siswa menggunakan handphone untuk hal-hal yang kurang bermanfaat maka radiasi yang dipancarkan oleh handphone ke dalam tubuh semakin meningkat dan dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada tubuh mulai dari tingkat molekuler, susunan atom-atomnya bahkan sampai pada perubahan sistem yang adz pada tubuh seperti sistem hormonal, enzim dan metabolism tubuh sampai perubahan struktur DNA. Untuk tingkat molekuler misalnya dapat menimbulkan gangguan pada sistem syaraf pusat, gangguan pada pengaturan fungsi kelenjar buntu oleh syaraf dan perubahan permeabilitas pembuluh darah yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan dan berdampak pada prestasi belajar siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, , Edisi ke-III, Cet –IV, 2007.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet II, 1996
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. VII, 2002.
Soenarjo, R.H.A. Dkk. Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Departemen Agama RI, 1971.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2009
Suralaga, Fadilah, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005.
Uno, Hamzah B, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara, Cet. IV, 2010.
Zambrana. A., “Pengertian Handphone”, www.Mokletrpl2.Blogspot.com, 23 Desember 2010
[1] A. Zambrana, “Pengertian Handphone”, www.Mokletrpl2.Blogspot.com, 23 Desember 2010.
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
[3] R.H.A. Soenarjo, Dkk., Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI,1971)
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010), Cet. XV
[5] Fadilah Suralaga, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I
[6] Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet ke II
[7] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. IV
[8] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. V
0 komentar:
Posting Komentar