Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Kamis, 01 Juni 2017

Filsafat Pendidikan dalam Pandangan Progresivisme

A.       Latar Bekalang Masalah
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Hal ini mengandung pengertian bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari kerja filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai aliran,  seperti aliran progesivisme. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat memiliki berbagai macam aliran, maka dalam filsafat pendidikan akan kita temukan juga berbagai macam aliran. Adapun aliran progresivisme dalam filsafat pendidikan akan kita bahas pada makalah ini.
Dari perkembangan pemikiran para filosof yang berbeda dalam menanggapi segala sesuatu, maka muncullah berbagai macam karakteristik pemikiran-pemikiran yang kemudian menjadi sebuah ciri khas dari seorang filosof sebagai hasil pemikiran tertinggi. Sejarah mencatat bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangan filsafat terdapat berbagai macam perbedaan yang jelas dari masing-masing tokoh filsafat.
Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan, bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau aliran. Dimana sebuah pemikiran manusia tidak akan pernah final ketika memikirkan sesuatu yang masih mungkin bisa dipikirkan. Oleh sebab itu, dunia filsafat pendidikan pun mempunyai berbagai pandangan ataupun aliran yang berbeda.
Dalam pandangannya progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.  
Oleh sebab itu akan dikaji lebih jauh bagaimana dasar konsep progressivisme yang terus berkembang, yang mana hasil tersebut akan menjadi bahan acuan pembaharuan-pembaharuan pendidikan dalam setiap bidangnya.


  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana Pengertian dan Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan Progresivisme?
  2. Apa Landasan Filosofis Filsafat Pendidikan Progresivisme?
  3. Bagaimana Pandangan Filsafat Pendidikan Progresivisme Terhadap Pendidikan?
  1. Tujuan
  1. Untuk mengetahui Pengertian dan Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan Progresivisme.
  2. Untuk mengetahui Landasan Filosofis Filsafat Pendidikan Progresivisme.
  3. Untuk mengetahui Pandangan Filsafat Pendidikan Progresivisme Terhadap Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
  1. Progresivisme Dalam Pengertian dan Sejarah.
1.    Pengertian Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi ragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan, dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi.
Dengan pemilikan kemampuan berpikir yang baik, subjek-subjek didik akan terampil membuat keputusan-keputusan terbaik pula untuk dirinya dan masyarakatnya serta dengan mudah pula dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.[1]
Menurut Redja Mudyaharjo, Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).[2]
Para progresivis berkeyakinan, bahwa manusia secara alamiah memiliki kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan atau mengatasi berbagai problem kehidupannya menuju suatu perkembangan yang lebih baik, yang mengarah pada suatu progres.
2.    Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan Progresivisme.
Secara historis, progresivisme ini telah muncul pada abad ke-19, namun perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, terutama di negara Amerika Serikat. Bahkan pemikiran yang dikembangkan aliran ini pun sesungguhnya memiliki benang merah yang secara tegas dapat dilihat sejak zaman Yunani kuno.
Lahirnya filsafat pendidikan progresivisme, merupakan protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan konvensional yang bersifat formalis tradisionalis yang telah diwariskan oleh filsafat abad ke-19 yang dianggapnya kurang kondusif dalam melahirkan manusia-manusia yang sejati.[3]
Dalam kesejarahannya, filsafat progressivisme bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan  oleh  William  James  (1842-1910), dan  John  Dewey  (1859-1952),  yang  menitikberatkan  pada  segi  manfaat  bagi  hidup  praktis.  Dan  dalam  banyak  hal  progressivisme  identik  dengan pragmatisme.  Oleh  karena  itu  apabila  orang  menyebut  pragmatisme, maka berarti sama dengan progressivisme. Filsafat Progressivisme tidak mengakui kemutlakan kehidupan, menolak  absolutisme  dan  otoriterisme  dalam  segala  bentuknya,  nilai-nilai  yang  dianut  bersifat  dinamis  dan  selalu  mengalami  perubahan, sebagaimana  dikembangkan  oleh  Immanuel  Kant,  salah  seorang penyumbang  pemikir  pragmatisme-progressivisme  yang  meletakkan dasar  dengan  penghormatan  yang  bebas  atas  martabat  manusia  dan martabat  pribadi. Sehingga  filsafat  ini  menjunjung  tinggi  hak  asasi individu dan menjunjung tinggi nilai demoktratis.
Oleh karena itu, filsafat progressivisme ini dianggap sebagai the liberal  road  of  the  culture  (kebebasan  mutlak  menuju  ke  arah kebudayaan),  maksudnya  nilai-nilai  yang  dianut  bersifat  fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka (open minded), dan menuntut pribadi-pribadi penganutnya untuk selalu bersikap menjelajah, meneliti, guna  mengembangkan  pengalamannya.  Mereka  harus  memiliki  sikap terbuka dan berkemauan  baik sambil  mendengarkan kritik dan  ide-ide lawan sambil memberi kesempatan kepada mereka untuk membuktikan argumen tersebut.[4]
Tokoh Progresivisme Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir & rdquo; pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya & rdquo;. Fungsi berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat perasaan dan gerak jasmaniah adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.[5]
  1. Landasan Filosofis Filsafat Pendidikan Progresivisme.
Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme Baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.
Progresivisme beranggapan bahwa kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh manusia tidak lain adalah karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logis dan sisematisasi berpikir ilmiah. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya dalam masyarakat. Aliran ini memandang, bahwa yang riil adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan dipraktikkan dalam kehidupan nyata.[6]
  1. Pandangan Filsafat Pendidikan Progresivisme Terhadap Pendidikan
Pendidikan  dalam  aliran Progressivisme  ini  muncul sebagai oposisi  atas  pendidikan  model  tradisional di Amerika Serikat, sekitar tahun 1800-an. Kebangkitan  ini  dipicu  oleh  adanya anggapan  dari  masyarakat  terutama  para pendidik  bahwa  sekolah  gagal  untuk menjaga  langkah  dari  zaman  dengan perubahan  hidup  yang  terjadi  dalam masyarakat  Amerika  itu  sendiri.  bahwa  Progressivisme  muncul untuk mereformasi  metode-metode  pendidikan tradisional. Para  pendidik progressivisme berpikiran bahwa para guru haruslah dibayar lebih banyak agar mereka lebih  banyak juga memberikan  perhatian kepada  murid-murid  secara  individu  dan menghilangkan  pandangan  atau  pendapat bahwa  semua  murid  itu  memiliki kemampuan  yang  sama.
Berdasarkan pada pandangan ini pula, maka aliran ini berpendapat bahwa pendidikan mestilah dimaknai sebagai sebuah proses yang berlandaskan pada asas pragmatis. Dengan asas ini, pendidikan bertujuan untuk memberikan pengalaman empiris kepada anak didik sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat.[7]
Oleh karena itu, sekolah  yang  ideal menurut alirannya  adalah  sekolah yang  mengaksentuasikan isi pendidikannya pada persoalan-persoalan yang terdapat di lingkungan masyarakat, serta dapat  memberi  jaminan  kepada  para siswanya  selama  ia  belajar.  Maksudnya adalah bahwa sekolah harus mampu untuk membantu  dan  menolong  siswanya  untuk bertumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan  tempat  untuk  para  murid untuk  mengembangkan  minat  dan bakatnya  melalui   bimbingan  para  guru.[8]
 BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
a)      Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
b)      Lahirnya filsafat pendidikan progresivisme, merupakan protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan konvensional yang bersifat formalis tradisionalis yang telah diwariskan oleh filsafat abad ke-19 yang dianggapnya kurang kondusif dalam melahirkan manusia-manusia yang sejati.
c)      Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme Baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.
d)     bahwa pendidikan mestilah dimaknai sebagai sebuah proses yang berlandaskan pada asas pragmatis. Dengan asas ini, pendidikan bertujuan untuk memberikan pengalaman empiris kepada anak didik sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat.
 DAFTAR RUJUKAN
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama, 2011,
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
http://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera53-5i7a8ujE-4a5FZerUL4qzKqK.pdf Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013, Di akses (18-09-2016: 11.18)

[1] Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama, 2011, Hlm. 151
[2] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, Hlm. 142
[3] Ibid, Hlm. 152
[6] Ibid, Hlm. 154
[7] Ibid, Hlm. 156
[8] http://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera53-5i7a8ujE-4a-5FZerUL4qzKqK.pdf Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013, Di akses (18-09-2016: 11.18)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label