Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Sabtu, 26 Januari 2019

peran stakeholder dalam manajemen pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya melibatkan peran serta stakeholder dalam penyelenggaraan sekolah bukan hal baru dalam dunia pendidikan di negara kita. Secara yuridis formal, peran stakeholder mi telah diatur dalam Undang-Undang Pendidikan. Selain itu, kenyataan telah menunjukkan bahwa hubungan antara keberhasilan sekolah- performance sekolah- dan stakeholder sangat kuat. Kedua belah pihak saling mendukung dan membutuhkan. Program-program pendidikan yang digarap sekolah tidak bisa dilepaskan begitu saja tanpa memperhatikan kebutuhan pemakainya. Begitu juga sebaliknya, masyarakat (stakeholder) tidak bisa membiarkan program-program pendidikan berjalan begitu saja tanpa ada kendali masyarakat. Hubungan antara stakeholder dan sekolah mi merupakan hubungan tanggung jawab mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian program pendidikan. Sebab, tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan tidak bisa diserahkan kepada salah satu pihak saja yaitu pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Pengalaman- pengalaman empirik, baik secara histories ataupun hasil-hasil penelitian ilmiyah telah banyak mendorong lahirnya berbagai kebijakan strategis untuk mengatur peran serta stakeholder dalam penyelengagaraan pendidikan, mulai dan tingkat pusat sampai di tingkat operasional di sekolah.peran stakeholder dalam penyelenggaraan pendidikan benar-benar memiliki kedudukan strategis dan sangat kuat ( Biro perencanaan Depdiknas, 2000). Bahkan factor mi merupakan suatu peluang yang harus dioptimalkan. Makmun (2000) mengatakan bahwa suatu manajnen itu akan berhasil jika mampu mengoptimalkan pemberdayaan dan pemanfaatan kekuatan dan peluang yang di milikinya serta mampu meminimalkan intensitas pengaruh faktor kelemahan dan hambatan disertai dengan upaya untuk memperbaiki atau mengatasinya.
Salah satu komponen penting dalam perencanaan strategis dâlam pendidikan adalah stakeholder. Sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai system yang terdiri dan berbagai komponen, stakeholder sangat berarti bagi komponin lainnya, oleh karena itu peran stakeholder hams dioptimalkan dalam kaitan mi, persoalan yang dihadapi antara lain
stategi apa yang hams dikembangkan dalam rangka mengoptimalkan peran serta stakeholder dalam penyenggaraan pendidikan.
Masalah ini merupakan persoalan yang cukup krusial yang hams mendapatkan pemecahan semua pihak, terutama pam manajer di sekolah sebab stakeholder suatu sekolah cukup bervariasi baik dari segi profesi, kepentingan, motivasi, dan kemampuannya. Persoalan tentang profesi yang berkaitan dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap sekolah yang akan terlibat dalam urun rembuk perencanaan strategi ataupun operasional di sekolah. Pihak-pihak terkait mi nantinya mewamai berbagai keinginan, kepentingan, dan motif yang hams mendapat porsi wajar sehingga masingmasing pihak merasa terakomodasi dengan baik sehingga tumbuh sikap kepedulian semua pihak. Stakeholder merasa berkepentingan terhadap sekolah, dan sebaliknya sekolah membutuhkan stakeholdemya. Penyatuan komitmen semua pihak mi akan tercapai jika semua pihak merasa terakomodasi dan saling kontributif. Dengan demikian, sikap yang tidak proporsional yang muncul dikalangan tertentu dari salah satu stakeholder dapat dihindari. Antara lain adanya kecendrungan untuk mempercayakan seratus persen pendidikan anak terhadap pihak sekolah (guru) yang tidak disertai dengan perlakuan yang sepadan. Acapkali, apabila tingkat prestasi anak tidak memenuth harapannya sekolah atau guru yang dijadikan penyebab utama atau pihak yang bertanggung jawab. Hubungan seperti ini, laksana hubungan seorang pembei dan penjual barang komoditas. Disinalah pentingnya penyadaran kedua belah pihak sehingga muncul konsepsi tentang sekolah dan performan yang dimaui semua pihak.
Persoalan lain yang harus diperhatikan sehubungan dengan strategi pengembangan peran serta stakeholder menyangkut masalah pola hubungan dan system peran serta yang akan di terapkan oleh pihak sekolah dan pihak terkait. Kita menyadari bahwa tingkat kritis masyarakat saat mi sudah jauh berkembang. Dalam hal mi pola hubungan yang manut terhadap pihak atas semata telah mengalami perubahan pula. Komonikasi monolog tidak tepat bahkan dapat menghambat potensi kritis yang ada dalam masyarakat. Dialog merupakan suatu jalan yang memungkirikan terjadinya titik temu dalam menyikapi dan menghargai keragaman termasuk didalamnya penyatuan konsepsi tentang performan sekolah selain itu system hubungan antara arus bawah dan atas hams dipertemukan.
Baca Juga
INTERAKSI INDIVIDU DENGAN LINGKUNGAN
B. Rumusan masalah
Sehubungan dengan judul dan latar belakang diatas adalah:
1. Bagaimana konsepsi peran stakeholder yang ideal dalam manajemen pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan adalah untuk mendiskripsikan tentang:
1. Konsep peran stakeholder yang ideal dalam manajemen pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Stakeholder dan performan sekolah
1. Pengerlian dan pihak-pihak stakeholder.
Secara harfiah, stakeholder dapat diartikan sebagai pemegang tongkat. Sedangkan secara etimologis, stakeholder dapat dimaknai sebagai pihak-pihak yang berkepentingan dan berpengaruh baik dari dalam atau luar organisasi terhadap keberadaan dan keberlangsungan suatu organisasi. Hal mi di perkuat oleh pendapat Gareth R. jones (1995) bahwa Stakeholder are people who have interest, claim, or stake in the organ izat on1 inwhat it-does ,and in how -
Well-it Perfoins.
Umunmya para stkaholder terdorong untuk berpartisipasi dalam suatu organoisasi, jika mereka menerima inducement (hadiah, seperti uang, kekuasaan, dan kedudukan dalam organisasi) yang melebihi nilai kontribusinya (keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang dikehendaki). Demikian juga pthak-pihak yang berkepentingan pada setiap jenis organisasi relatif berbeda, apakah itu organisasi Pemerintahan atau Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi bisnis atau industri. Sering kali dijumpai dalam suatu perencanaan terhadap pemecahan isu-isu utama dalam pembangunan terhadap pihak-pihak berkepentingan yang sangat berbeda, bahkan sangat bertentangan antara satu dengan yang lainnya, sehingga dalam suasana yang demikian itu sangat diperlukan prioritas penentuan keberartian dan setiap stakeholder.
Berdasarkan unsur kepentingan organisasi maka stake holder dapat dibedakan menjadi dua yaitu; stakeholder dari dalam dan luar.
a. Stakeholder dari dalam organisasi sekolah.
Stakeholder dari dalam organisasi sekolah merupakan pihak yang paling memiliki otoritas, kapasitas, dan intensitas yang cukup besar terhadap berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar guna mencapai visi dan melaksanakan misi sekolah. Pihak mi memiliki tanggung jawab besar dalam rangka mempertanggungjawabkan akuntabilitas organisasi. Program-program sekolah yang telah disepakati berdasarkan proses manajemen yang mantap harus dijabarkan dan dilaksanakan dalam bentuk aktivitas.
Berdasarkan unsur kepentingan hanya mewakili satu kelompok dalam stakeholder yaitu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah yang telah ditetapkan. Hal mi disebabkan karena kelompok ini memiliki tanggung jawab profesional.
b. Stakeholder dari luar organisasi sekolah
Pihak stakeholder dari luar organisasi mi secara structural tidak memiliki tanggung jawab langsung terutama dalam rangka pencapaian dan pelaksanaan program-program sekolah :Tetapi kelompok mi cukup memiliki peran yang menentukan dalam rangka pemmusan visi dan misi sekolah, kepentingan dan aspirasi kelompok mi harus benar-benar mendapatkan porsi yang wajar. Di samping sebagai pihak yahg menaruh perhatian dan kepercayaan yang cukup besar terhadap seklah terutama dalam hal pendidikan siswa. Kelompok mi termasuk pihak-pihak yang nantinya terlibat sebagai pengguna output sekolah.
c. Sumber kekuatan stakeholders
Pada hakekatnya ada beberapa sumber kekuatan stakeholder.perencanaan yang profesional seharusnya mampu mengidentifikasi kekuatan stakeholder. Hal ini penting sekali karena dengan identifikasi sumber kekuatan stakeholder secara tepat akan memudahkan perencanaan untuk mengembangkan perencanaan yang sitematik,terarah, tepat,dan proporsional,dan komprehensip yang pada akhirnya juga upaya mi akan mampu memberikan kemudahan bagi pam pelaksana dan pemantau kegiatan organisasi.

2. Performan sekolah
a. Pengertian performan sekolah
Secara sederhana performance sekolah dapat diartikan penampilan sekolah,baik secara fisik ataupun nonfisik. Pengertian ini,nampak sederhana namun demikian kita perlu berhati-hati menterjemahkan penampilan sekolah yang menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah. Penampilan sekolah tidak hanya merujuk pada penampilan fisik sekolah, seperti gedung yang megah, perpustakaan yang dilengkapi dengan fasilitas serta sarana prasarana lain yang memenuhi standart.Penampilan sekolah merujuk pada aktivitas-aktivitas sekolah sebagai suatu sistem pendidikan di sekolah, mulai dari proses, output dan outcomesnya.
Pidarta ( 1990 ) mengatakan bahwa performance dalam perencanaan dapat dikenakan kepada semua unsur pendidikan. Jadi performan tidak berarti perilaku tertentu saja, melainkan juga bentuk-bentuk,sifat-sifat,dan proses-proses tertentu.Penampilan - penampilan tersebut pada akhirnya tetap mengacu pada masalah mutu pendidikan disekolah tersebut,baik mutu fisik,proses, out put, dan out comesnya sesuai dengan ukuran-ukuran tertentu.bagi kita menafsirkan mutu performance pendidikann perlu perhatian khusus,sebab mutu mi tidak bisa direpresentasikan path masalah prestase belajar saja,khususnya prestasi yang berkaitan dengan prestasi akademik.jika mutu pendidikan hanya mengacu pada prestasi akademik maka hal tersebut tentu saja kurang memenuhi harapan kita,karena prestasi akademik hanya menyentuh salah satu aspek prilaku siswa.Selama mi kita menyadari bahwa prestasi akademik diindentikkan dengan nilai yang dicapai siswa, baik nilai ulangan ,rapor,ataupun NEM. Sedangkan tes yang digunakan untuk mendapatkan nilai tersebut pada umumnya mengukur aspek kognitif saja. Kondisi tes seperti mi tentu saja belum mampu memberikan gambaran valid tentang kemampuan siswa secara utuh.
Pada pembahasan mi mum yang dimaksudkan mengacu pada masalah kualitas,baik yang berkaitan dengan kondisi fisik dan sarana pendidikan, proses pembelajaran. Dan mutu lulusannya sesuai dengan harapan path stakeholdemya dan tujuan pendidikan secara umum Berdasarkan aspek-aspek tersebut performan sekolah dapat diartikan sebagai perwujudan semua komponen sekolah dan hasil-hasilnya serta dampaknya terhadap masyarakat sesuai dengan tolok ukur tertentu.tolok ukur mi jika dikaitkan dengan sasaran dan tujuan sekolah dapat disamakan dengan Bidang hasil pokok. Satori (2000) mengatakan bahwa Bidang basil pokok merupakan produk lembaga yang menjadi orientasi kinerja lembaga,dan sekaligus merupakan alasan mengapa lembaga tersebut diperlukaan serta adanya nilai keunggulan dan kreatrifitas jika dibandingkan dengan lembaga lain.Sedangkan dari segi wujud/bentuk dan produknya adalah kwalitas (Mutu).kreatifitas,dan nilai keunggulan.
b. Aspek-aspek performance sekolah
Berdasarkan pembahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa aspek performan sekolah sangat kompleks.Performance mengacu pada bentuk-bentuk ,sifat-sifat, proses,dan hasil-hasil yang dicapai dalam keseluruhan proses,pendidikan disekolah.semua aspek tersebut hams sesuai dengan tujuan atau criteria tertentu sebagai acuan kualitas. Dengan demikian aspek-aspek performance sekolah mi dapat dirinci menjadi:
1. Aspek-aspek yang berkaitan dengan masukan pendidikan
Masukan pendidikan sangat mempengaruhi performance dan mutu pendidikan disekolah . Bentuk,wujud,dan kualitasnya sebagai masukan mentah dapat mempengaruhi proses dan kualitas kegiatan pendidikan berikutnya. Karena itu wujud awal suatu masukan pendidikan mi hams dijadikan standar awal pengukuran kinerja suatu sekolah sehingga dapat diketahui performance sekolah secara keseluruhan. Unsur-unsur masukan mi dapat berupa; siswa;guru;sarana;dan prasarana pendidikan.
2. Aspek-aspek yang berkaitan dengan proses pendidikan
Proses pendidikan merujuk path aktivitas pembelajaran di sekolah , yaitu system interaksi antar komponen-komponen pendukung yang ada,seperti siswa,guru,kurikulum,tujuan pembelajaran, manajemen,dan prosedur didaktik sesuai dengan standar atau aturan yang disepakati secara umum. Aspek-aspek tersebut akan berinteraksi dengan baik jika didukung lingkungan belajar yang kondusif,misalnya suasana yang demokratis,ramah,dan menyenangkan. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia menyebutkan bahwa faktor guru ,buku pelajaran proses pendidikan ,alat pelajaran, manajemen sekolah,besarnya kelas sekolandan faktor keluarga merupakan faktor-faktor yang ditemukan sangat ampuh didalam memberikan efek terhadap prestasi belajar murid ( Surjadi, 1989 ).Sedangkan secara individual ataupun kelompok proses belajar yang bermutu baruslah merupakan proses belajar yang bermakna terhadap siswa. Proses belMar mi akan terjadi jika apa yang diajarkan berkaitan erat dengan pengalaman kognitif,afektif,dan psikomotorik yang telah ada dalam diii anak, sehingga menghasilakn pengalaman yang lebih luas,mendalam,mantap,dan bernilai (Noehi, 1992)
3. Aspek-aspek yang berkaitan dengan keluaran pendidikan,
Out Put pendidikan sangat menentukan performan sekolah yang baik.Masyarakat beranggapan bahwa sekolah yang baik jika mutu lulusannya baik yang ditandai dengan pencapaian prestasi akademik tinggi,seperti nilai repor para siswa ,NEM di atas rata-rata sekolah lain ,serta jumlah siswa dapat diterima disekolah yang lebih tinggi . Out put pendidikan sangat berkaitan dengan mutu siswa secara utuh,tentu saja mutu siswa mi tidak bisa diukur dengan salah satu keberhasilan aspek perilaku siswa seperti prestasi akademik, tetapi berkaitan dengan perkembangan siswa secara keseluruhan ,baik kognisi,afeksi, dan psikomotoriknya. Bagian —bagian mi hams menjadi komitmen sekolah untuk mengembangkannya secara utuh. Sesuai dengan obyek penilaian hasil belajar yaitu adanya perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif. Hal mi dimungkinkan karena alat ukur atau tes prestase akademik belum mampu menyentuh aspek-aspek lain. Yaitu afeksi dan psikomotorik
Kemampuan kognitif merujuk pada pengembangan kemampuan berfikir logis dan kemampuan berfikir kreatifKemampuan berfikir logis antara lain ditandai dengan:
-Kemampuan berfikir profesional; -Kemampuan berfikir 'probalistik, Kemampuan berfikirk orelasional. Kemampuan berfikir kreatil ditandai dengan - Kemampuan berffkir lancar (fluence); - Ketrampilan berfikir luwes (Flexible) - Ketrampilan berfikir orisina1; - Ketrampilan berfikir secara terinci (elabolatif) Kemampuan afektif meliputi kemampuan seseorang mengembangkan prasaan dan emosinya secara fungsional dan bertanggung jawab kearah tercapainya keseimbangan antara rasio, indera,persepsi,imajinasi,dan Karsa.
Pengembangan kemampuan afektif dimaksudkan untuk mempertinggi keteguhan seseorang terhadap penunaian tugas dan tanggung jawabnya. Bagi siswa kometmen itu dapat diukur melalui penyelesaian tugas-tugas mereka dalam kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada pencapaian prestasi yang maxsimal sesuai dengan kemampuan psikologis dan social yang mereka miliki.Sikap yang mendatangkan kegiatan belajar dan bekerja sebagai bagian dari kehidupan adalah dasar untuk meraih prestasi gemilang. Orang Jepang misalnya dapat menunjukkan prestasi keunggulannya diantara berbagai bangsa dalam bidang ekonomi,Iptek,dan sebagainya karena memiki komitmen yang amat tinggi terhadap dunia profesinya.
Deminsi psikomotorik ditandai dengan keterampilan dan daya tahan fisik dalam menyelesaikan dalam tugas-tugas akademik yang merupakan wujud dari gabungan antara sejumlah proses psikomotorik yang terjadi pada din seseorang dan bekerjanya secara maksimal unsur-unsur fisik yang relevan untuk menunaikan tugas itu.
d. Aspek-aspek yang berkaitan dengan dampak pendidikan terhadap masyarakat kita.
Bagi sekolah-sekolah tertentu,seperti sekolah kejuruan Out Comes pendidikan dapat dijadikan parameter performan sekolah yang baik.Ketentuan mi tentu saja tidak menutup kemungkinan untuk menilai sekolah umum.Jika kita kaji lebih jauh,kualitas pendidikan suatu sekolah pada akhimya sangat ditentukan oleh penerimaan masyarakat terhadap pam Out putnya.Sikap para lulusan yang sesuai dengan norma sekitamya merupakan parameter keberhasilan sekolah . Begitu juga daya serap lapangan pekeijaaah terhadap output sekolah, serta adanya sikap pam lulusan untuk dapat mengembangkan dirinya dapat hidup.Wawasan keunggulan merupakan nilai tambah yang telah menjadi acuan keberhasilan suatu organisasi atau perorangan.Secara individual, sikap seperti mi disebut oleh Purwanto sebagai wawasan keunggulan (2000). Wawasan keunggulan dapat diartika sebagai kemampuan seseorang untuk mewujudkan atau aktualisasi secara maxsimum dan berkelanjutan segenap potensi yang ia miliki untuk meraih prestasi dalam kenerja kehidupannya. Dari sujud pendidikan aktualisasi potensi tersebut menyangkut kemampuan kogmetif, afektif, dan psikomotorik untuk meraih prestasi terbaik dari setiap aktifitas belajar yang dialami diberbagai jenjang,jenis, dan jalur pendidikan.

B. Optimalisasi Peran Stakeholder
1. Proses analisis stakeholder
Sebelum melibatkan pam stakeholder dalam proses peningkatan Performen sekolah, terlebih dahulu perlu dipikirkan tentang pihak-pihak yang ber kepentingan im terhadap sekolah, sebab tidak semua pihak dapat dilibatkan dalam proses dalam manajemen sekolah. Para pembuat kebijakan disekolah hams tahu tentang keberdaan pihak-pihak tersebut serta peranan serta pengaruhnya terhadap sekolah. Pada dasarkan proses analisis stakeholder ini dapat dildentifikasikan dalam dua kegiatan yaitu : Identifikasi dan Pemetaan stakeholder
a. Identifikasi Stakeholder
Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh perencana dalam melakukan analisis stakeholder adalah mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan mi, bukan saja terhadap organisasi secara umum melainkanjuga dalam menghadapi isu-isu tertentu. Proses identifikasi terhadap kepentingan seringkali menjadi sulit karena sering tidak diwujudkan secara eksplisit dalam bentuk prilaku ataupun pemyataan. Jika para perencana dapat mampu membaca dan menganalisis prilaku, maka santlah dimungkinkan dapat terungkap kepentingan stakeholder yang terselubung. Selain itu para stakeholder seringkali juga memiliki sikap positif bagi organisasi terhadap isu-isu tertentu dan ada kalanya juga bisa bersifat negatif dan tidak bersahabat.
Dengan demikian perlu suatu kejeliaan perencana bahwa tidak semua stakeholder memiliki kepedulian terhadaap isu-isu yang berkembang di sekolak.Agar dalain merumuskan suatu langkah-langkah kegiatan lebih efektif,nampaknya perlu diadakan identifikasi pihak-pihak berkepentingan.
b. Pemetaan Stakeholder
Salah satu aspek pentmg dalam analisis stakeholder im adalah penilaian terhadap tingkat kepentingan stakeholder pada tahap mi perencana perlu menentukan kreteria penilaian mengenai : cam stakeholder dalam mengemukakan kepentingan terhadap organisasi, kemampuan atau kekuatan untuk menekan organisasi agar memperhatikan dan memenuhi harapannya, dampak kepentingan stakeholder terhadap strategi organisasi di masa yang akan datang.
Untuk mengetahui peranan atau pengaruh stakeholder terhadap organisasi, para perencana perlu mengadakan pemetaan terhadap posisinya. Wahab (2000) menyebutkan ada tiga dimensi yang dapat digunakan untuk pemetaan tersebut, yaitu kekuatan yang dimiliki, keterdugaan dan tingkat kepentingannya.
Dari sisi kekuatan dan keterdugaan dapat dipilih dalam dua katagori yaitu kelompok yang memiliki kekuatan tinggi dan sedang serta keberadaan kelompok yang memiliki keterdugaan tinggi dan kelompok yang memiliki keterdugaan rendah. Keempat kelompok mi sama-sama memiliki krakter yang berbeda jika dikaitkan dengan system pengolahan organisasi atau sekolah. Bagi kelompok yang memiliki kekuatan rendah dan sifat keterdugaan rendah biasanya akan sedikit memiliki masalah, t&api bagi kelompok yang memiliki kekuatan menekan tinggi dan sifat keterdugaan rendah akan menjadi suatu kelompok yang menjadi ancaman tinggi dan memiliki peluang besar bagi organisasi. Begitu juga dengan kelompok yang, memiliki kekuatan tinggi dan memiliki sifat keterdugaan tinggi akan merupakan suatu kelompok yang memiliki kemampuan menekan organisasi kuat, tetapi dapat diduga dan dikelola.bagi kelompok yang memiliki kekuatan menekan rendah dan sifat keterdugaan rendah akan merupakan suatu kelompok yang kadang-kadang sulit diduga, namun demikian masih dapat dikelola dan dikendalikan.
Jika analisis mi dikaitkan dengan aspek kepentingan dan kekuatan, dapat dipilah menjadi empat katagori pula, yaitu (1) kelompok yang memiliki kekuatan rendah dan kepentingan rendah ; keimpok im akan memiliki ciri-ciri kelompok usaha minimal atau bisa jadi acuh tak acuh terhadap kepentingan sekolah, (2) kelompok yang memiliki kekuatan tinggi dan kepentingan rendah, kelompok mi merupakan kelompok perlu dipuaskan karena kelompok mi merupakan asat bagi pengembangan sekolah jika mereka diberi penghargaan, (3) kelompok yang memiliki kekuatan rendah dan kepentingan tinggi, kelompok mi hampir sama dengan kelompok kedua dengan cam memperhatikan saran dan pendapatnya, dan (4) kelompok yang memiliki kepentingan tinggi dan kekuatan tinggi, kelompok mi merupakan pemain-pemain kunci dalam kesuksesan organisasi ataupun sekolah.

2. Pendekatan peran serta stakehorder
Hasil-hasil penelitian, baik diluar negeri ataupun didalam negeri telah banyak memberikan sumbangan berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan di suatu sekolah berdasarkan penelitian tersebut, salali satu variabel yang memiliki pengaruh signifkan antara lain perbedaan struktur masyarakat dan kekuatan masyarakat disekitar sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Fuller,1989 dan Surjadi,1989 telah menyimpulkan tentang efek mutu pendidikan, bahwa dinegara-negara maju, prestasi akademis lebih banyak di terangkan oleh faktor-faktor luar sekolah (aspirasi keluarga, interaksi anaknak dengan orang tua) dibandirigkan dengan faktor sekolah itu sendiri, sedangkan di negara-negara sedang atau belum berkembang prestasi belajar akademis lebih banyak diterangkan oleh faktor-faktor
sekolah dan pada faktor luar sekolah (Surjadi,2000). Pengaruh faktor-faktor luar sekolah, semakin memiliki daya beth cukup tmggi terhadap efek mutu pendidikan karena adanya perbedaan lingkungan belajar. Dalam penelitiannya surjadi menerangkan (2000) bahwa mutu pendidikan yang lebih tinggi didaerah perkotaan ditandai dengan lebih besamya efek faktor luar sekolah dibandingkan dengan faktor sekolah ; sedangkan efek mutu pendidikan didaerah pedesaan dipengaruhi oleh efek faktor sekolah.
Hasil penelitian mi menunjukkan bahwa faktor lingkungan sekolah khususnya lingkungan social dan kondisi masyarakatnya akan dapat menentukan kualitas perfonnan sekolah dan mum sekolah secara umum. Faktor-faktor mi merupakan suatu peluang bagi sekolah dalam rangka peningkatan performannya, sehingga perlu dipikirkan suatupendekatan guna melibaikan unsur-unsur lingkungan temtama stakeholdernya dalam proses pengelolaan pendidikan.
Persoalan utama yang hams dipecahkan oleh pam pembuat kebijakan pendidikan adalah bagaimana melibatkan stakeholder tersebut dalam proses pengelolaan pendidikan di suatu sekolah?
Masalah mi perlu di pecahkan lebih awal mengingat prerkembangan demokratisasi yang terjadi pada akhir-akhir mi sehingga partisipasi mereka berdasarkan berbagaipertimbangan katagorinya dapat dioptimalkan. Tentu saja pendekatan yang hams di pilih adalah suatu pendekaatan yang benar-benar menguntungkan semua pihak dan mampu memotivasi stakeholder untuk berpartisipasi secara aktif. Karena itu, pola hubungan antara sekolah dengan para stakeholder bukanlah hubungan antara subjek dan objek, dimana yang satu menjadi perencana dan satunya menjadi sasaran saja pola hubungan subjek dan objek bisa dikatakan pula hubungan tradisional dalam pendekatan perencanan, danpula mi tidak bisa dipertahankan pada paradigma barn perencanaan pendidikan saat mi sebab peran serta masyarakat bisa tidak optimal serta dapat menghambat proses kritis yang terjadi di masyarakat. (Fahrudin, 1997).
Proses keterlibatan masyarakat yang kim butuhkan saat mi yaitu keterlibatan masyarakat secara optimal dalam setiap proses manajemen sekolah semua pihak sama-sama memiliki tangggung jawab yang sama besar terhadap peningkatan sekolah dan performannya. Para stakeholder diharapkan tidak saja terlibat dalam sumbangan-sumbangan BP3 dan sumabangan lain yang mereka sendiri tidak tahu untuk tujuan apa sumbangansumbangan tersebut dilakukan.
Salah satu pendekatan nampaknya cocok untuk paradigma im yaitu pendekatan perencanaan pendidikan partisipatori. Perencanaan partisipatori berarti perencanaan pendidikan yang melibatkan beberapa orang yang berkepentingan dalam merencanakan suatu pengembangan organisasi. Menurut Pidarta (1990) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam rangka penerapan pendekatan partisipatori, antara lain:
1) Rencanakan hubungan lembaga pendidikan tersebut dengan masyarakat dan monitor hubungan tersebut harus dilakukan oleh suatu tim.
2) Tentukan frekwensinya dan efektifitas komonikasi.
3) Personalia suatu sekolah perlu dimutivasi untuk berpartisipasi.
4) Memotivasi pam orang tua/mayarakat untuk berpartisipasi terutama dalam proses pengambilan keputusan.
5) Libatkan para orang tua dalam perencanaan pendidikan putra-putri mereka.
6) Libatkan orang tua/masyarakat dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan performan putra-putrinya.
7) Beri dorongan kepada orang tua/masyarakat agar ikut meAdidik putra-putrinya.
8) Lembaga pendidikan harus melaporkanb kemajuan pam siswa kepada orang tua secara periodic, teratur, dan bermakna.

3. Peranan Stakeholder dalam manajemen sekolah
Manajemmen sekolah sebenamya merupakan proses yang cukup rumit. Dalam praktiknya, proses tersebut harus memperhatikan kepentingan berbagai pihak. Sekolah sebagai salah satu komponen pendidikan dalam system pendidikan Nasional hams memperhatikan kepentingan nasional disampmg kepentingan stakeholder di tingkat sekolah. Banyak sekolah-sekolah yang telah melaksanakan manajemennya tanpa memperhatikan unsur-unsur kepentingan pihak-pihak terkait didalamnya atau sebagai anggota suatu system yang lebih luas . Kondisi mi diperkuat dengan masih relatif sedikitnya bukti-bukti adanya pihak-pihak yang secara sepihak mempunyai kekuatan yang dapat menentukan visi, misi, tujuan dan / atau strategi suatu organisasi sekolah.
Sadar akan kondisi mi, ketika seorang mengajar di sekolah berencana membuat suatu keputusan diunitnya, maka path saat itu Pula, perlu mempertimbangkan pihak-pihak berkepentingan yang berada diluar organisasinya, sehingga tujuan organisasi ( sekolah) itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan kondisi nil inilah, maka stakeholder perlu mendapat kedudukan strategis dalam menentukan dan mencapai performance sekolah. Banyak stakeholder secara positif dapat memperkukuh posisi organisasi,tetapi secara negatif Para stakeholder dapat menunjukkan keragaman kepentingan, bahkan kepentingan itu sering kali bertentangan. Dalam kondisi ini,perlu kiranya ada upaya untuk mengadaptasi dan mengakomodasi kepentingan menjadi kebutuhan. Agar dapat mengakomodasi kondisi yang kurang menguntungkan mi, maka perencana pendidikan diharapkan mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan yang bermakna,sehingga implementasi perencanaan itu, tidak hanya memuaskan Para stakeholder,tetapi juga mampu mencapai tujuan sekolah yang telah menjadi kesepakatan berbagai pihak. Selain itu, piha-pihak berkepentingan itu harus benar-benar terlibat secara aktif path proses manajemen,baik pada proses pengambilan keputusan,penyelenggaraan program, perolehan manfaat,dan evaluasi ataupun pengendalian. Secara sederhana proses manajemen pendidikan dalam rangka pemberdayaan stakeholder, digambarkan oleh Fahrudin (1997) sebagai berikut:
Dalam koridor seperti iiii keterlibatan stakeholder tidak hanya sebagai pelengkap atau kontributor yang memberikan
bantuan dana semata untuk keberhasilan dalam suatu program, tetapi benar-benar sebagai mitra dalam keseluruhan proses pemberdayaan sekolah dan stakeholdemya dalam rangka meningkatkan performannya
Pada proses perencanaan stakeholder harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam hal-hal perumusan visi dan misi sekolah, menentukan posisi sekolah dalam penyusunanprogram strategisnya. Dalam peruusan berbagai indicator sebagai parameter performan sekolah baik dari segi perangkat (komponen sekolah) dan kinerja ataupun kualitasnya.
Sedangkan pada proses pelaksanaan pam stake holder harus mampu memberikan masukan-masukan berupa hasil-hasil analisis dad interaksi antara komponen sekolah. Mengatasi masalah-masalah yang muncul dan masalah-masalah lain yang berhubungan dengan unsur pengendalian system.
Sedangkan dalam proses evaluasi dan perolehan manfaat para stakeholder mi hams mampu memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek komponen sekolah yang belum mampu memenuhi standar, kelemahan-kelemahan kinerja sekolah, dan kualitas lulusannya, seperti : Peningkatan prestasi akademik, sikap, dan keterampilan, hambatan dan penerimaan lulusan sekolah pada sekolah yang lebih tinggi. Penerimaan siswa pada lapangan kerja, serta perkembangan kemampuan siswa dalam rangka aktualitas did dalam kehidupan.

BAB III
SIMPULAN
A. SIMPULAN
Stakeholder pendidikan merupakan suatu kelompok orang yang hams diperhatikan dalam proses manajemen sekolah,khususnya dalam upaya peningkatan perfoeman sekolah.Sesuai dengan pengertiannya kelompok im terdiri dari beberapa orang atau kelompok yang memiliki kepentingan tertentu terhadap keberhasilan sekolah Sekolah yang baik dan maju jika dalam proses perencanaan melibatkan stakeholdernya.Tentu saja pendekatan yang dikembangkan dalam rangka melibatkan pihak-pihak mi tidaklah pendekatan monologis yang hanya mementingkan satu pihak saja.Tetapi diperlukan suatu pendekatan baru yang menuntut keterlibatan secara aktif semua pihak, baik fisik ataupun mental. Pendekatan seperti mi dikenal dengan pendekatan perencanaan partisipatori. Hal mi disebabkan karena performan sekolah yang akan dibangun merupakan suatu yang kompleks dengan berbagai unsure dan komponenya.
Aspek performan sekolah sangat komplek karena mengacu pada proses dan basil- basil yang dicapai keseluruhan dalam proses pendidikan disekolah. Semua aspek hams sesuai dengan tujuan atua kreteria tertentu sebagai acuan kualiatas aspek-aspek mi meliputi aspek yang. (1) berkaitan dengan masukan pendidikan (input). (2) berkaitan dengan proses pendidikan (proses). (3) berkaitan dengan keluaran pendidikan (output). (4) berkaitan dengan dampak pendidikan terhadap masyarakat
Dalam rangka mengoptimalkan peran serta stakeholder di sekolah memerlukan langkah-langkah. (1) Identifikasi stakeholder. (2) Pemetaan stakeholder dan. (3) Proses peranserta stakeholder dalam manajemen sekolah, baik perencanaan, pelaksanaan, ataupun pengendalian.

DAFTAR PUSTAKA
Fahrudin, Fuat, 1997. Strategi Pembangunan Partisipasi Masyarakat dalam rangka Peningkatan Mutu SD. Jakarta: Diijen Diknasmen Depdiknas.
Fattah, Nano, 2000. Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung : PT. Remaja Rasda Karya.
Jones, gereth R, 1995. Organizational Theory:Texs and Cases. Reading Massachusets :Anddison Wesly Publishing Company.
Makmun, Abin Syamsudin, 2000. Analisis Visi dan Misi Pembangunan Pendidikan Nasional, Jakarta Biro Perencanaan Depdiknas.
Makmun, Abin Syamsudin, 2000. Analisis posisi pembangunan Pendidikan nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Noahi, Nasution, dkk, 1997. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.
Pidarta, Made, 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipatori, Jakarta: Rineka Cipta.
Puswanto, Joko, 2000. Pengembangan Institusi dalam rangka pelaksanaan program strategis, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Rohani, Ahmad,dkk, 1991. Pengelolaun Pengajaran, Jakarta: Rinika Cipta.
Saputaro, Triono dan M. Muhadjir, 2000. Pengendalian Strategis dan Operasional dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Satori, Djam'an, 2000. Sasaran Pembangunan Pendidikan Nasional, Jakarta : Biro Perencanaan Depdiknas.
Sumamo, 2000. Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional Jakarta : Biro Perencanaan Depdiknas.
Supriadi, Dedi, 1996. KreatWtas,Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, Alfabeta.
Surjadi, Ace dan H.A.R. Tilaar, 19994. Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya.
Tumanggung, Amin, 2000. Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Wahab Rachmad, 2000. Analisis Stakeholder Pembangunin Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Blog Archive