Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Senin, 10 Desember 2018

Perkembangan Pendidikan Islam Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang masalah
Sejarah membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. atau pada abad ke-I H Hijriyah.[[1] Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Raja Grafido Persada,1999. Hlm. 17][1] Dengan demikian maka berarti orang Islam yang masuk ke Indonesia pada saat itu adalah orang-orang yang dalam pengamalan agamanya beraliran Al-Salaf al-shaleh (orang-rang terdahulu yang shaleh = golongan angkatan pertama). Pada abad ke-I H. ini belum dikenal adanya madzhab Syafi’ie, Maliki, Hanafi dan Hambali.
Walaupun Islam masuk ke Indonesia abad ke-7 M. tetapi penyebarannya baru meluas pada abad ke-13 M. Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan agama Islam dapat tersebar dengan cepat di seluruh Indonesia pada masa permulaan, yaitu :
1.Agama Islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah dianut oleh segala golongan umat manusia. Untuk masuk Islam cukup hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja.
2.Dalam agama Islam hanya sedikit tugas dan kewajiban
3.Penyiaran Islam dilakukan dengan cara berangsur angsur sedikit demi sedikit.
4.Penyebaran Islam dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang sebaik-baiknya.
5.Penyiaran agama Islam dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah sampai golongan atas, yang hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang maksudnya : berbicaralah kamu dengan manusia menurut kadar akal mereka.[[3] Prof. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta, 1985, hlm. 14][3]
Beberapa faktor di atas, menyebabkan proses Islamisasi di Indonesia berlangsung dengan mudah, sehingga pada pada akhirnya menjadi agama utama dan mayoritas di Indonesia.
Proses pembentukan dan pengembangan masyarakat Islam yang pertama melalui bermacam-macam kontak, misalnya kontak jual beli, kontak perkawinan dan kontak dakwah langsung, baik secara individual maupun kolektif.[[4] Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Raja Grafido Persada,1999. Hlm. 20
][4]
Dari hal itulah terjadi semacam proses pendidikan dan pengajaran Islam meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Materi pelajarannya yang pertama sekali adalah kalimat syahadat. Sebab barang siapa yang sudah bersyahadat berarti orang tersebut sudah menjadi Islam. Kemudian setelah itu, barulah diperkenalkan bagaimana cara melaksanakan shalat lima waktu, cara membaca Al-Qur’an dan semacamnya.
Dengan demikian kita ketahui bahwa ternyata dalam Islam itu praktis sekali dan dari sana pula pendidikan beranjak yaitu dari hal-hal yang paling mudah.
B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Pendidikan Islam?
2.Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Sebelum Kemerdekaan?
3.Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Sesudah Kemerdekaan?
C.Tujuan
1.Mengetahui pengertian Pendidikan Islam
2.Mengetahui Perkembangan Pendidikan Islam Sebelum Kemerdekaan
3.Mengetahui Perkembangan Pendidikan Islam Sesudah Kemerdekaan

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan atau dalam bahasa Arab tarbiyah yang berarti mendidik. Sasaran pendidikan tidak hanya terfokus kepada perkembangan jasmani peserta didik, namun rohani juga menjadi perhatian dalam kegiatan pendidikan. Para ahli pendidikan banyak memberikan definisi tentang makna pendidikan yang semunya mengarah kepada perbaikan diri peserta didik. Marimba mendefinisikan pendidikan dengan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama.
Sementara itu, Zuhairini, mengelompokkan definisi pendidikan menjadi dua kelompok, yaitu pendidikan dalam arti luas dan pendidikan dalam arti sempit. Pendidikan dalam arti luas adalah seluruh proses hidup dan kehidupan manusia, segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya.
Sedangkan pendidikan dalam arti sempit adalah suatu kegiatan memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh yang pada prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol. Ahmad Tafsir mengatakan bahwa pendidikan adalah kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik), mencakup pendidikan formal, maupun nonformal serta informal.
Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedomankan ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan terjabar dalam sunnah Rasul. Pendidikan Islam banyak memiliki tujuan yang ingin dicapai, dan yang paling tinggi adalah penanaman nilai-nilai akhlaqul karimah kepada seseorang. Al-Syaibani mengatakan bahwa mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlakul karimah.
B.Perkembangan Pendidikan Islam Sebelum Kemerdekaan
Pemikiran pendidikan Islam pada periode sebelum Indonesia mendapatkan kemerdekaannya ditandai dengan dua model pendidikan, yaitu : Pendidikan yang diberikan oleh sekolah-sekolah Barat sekuler dan tidak mengenal ajaran-ajaran agama. Pendidikan yang diberikan oleh pondok pesantren yang hanya mengenalkan agama. Hasil penelitian Steenbrink menunjukkan bahwa pendidikan kolonial tersebut sangat berbeda dengan pendidikan Islam Indonesia yang tradisional, bukan saja dari segi metode, tetapi lebih khusus dari segi isi dan tujuannya. Pendidikan yang dikelola oleh pemerintahan kolonial hanya berpusat pada keterampilan duniawi, yaitu pendidikan umum. Adapun lembaga pendidikan Islam lebih menekankan pada pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi penghayatan agama.
Mengenai corak pendidikan pada periode ini, Wirjosukarto dalam bukunya Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam menjelaskan bahwa ada dua corak pendidikan, yaitu corak lama yang berpusat di pondok pesantren, dan corak baru dari perguruan (sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda).
Selanjutnya, Wirjosukarto merinci ciri-ciri dari setiap corak tersebut, yaitu corak lama adalah : Menyiapkan calon kiai atau ulama’ agama semata. Kurang diberi pengetahuan umum, atau sama sekali tidak diberikan. Sikap isolasi karena adanya sikap nonkoperasi secara total dari pesantren terhadap segala sesuatu yang berbau Barat.
Sedangkan ciri-ciri corak baru sebagaimana yang dijelaskan oleh Wirjosukarto adalah: Hanya menonjolkan intelek dan sekaligus hendak melahirkan golongan intelek. pada umumnya bersikap negatif terhadap agama Islam. Alam pikirannya terasing dari kehidupan bangsanya. (Wirjosukarto dalam Susanto, 2009: 12). Abuddin Nata (2004: 194) menyebutkan bahwa sebelum tahun 1900 pendidikan Islam di Indonesia masih bersifat halaqoh (nonklasikal), dan lembaga pendidikan pun tidak besar.
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pada periode sebelum Indonesia merdeka, terdapat berbagai corak pengembangan pendidikan Islam, yaitu isolatif-tradisional, dan sintesis. Isolatif-tradisional dalam arti tidak mau menerima apa saja yang berbau Barat (kolonial) dan terhambatnya pengaruh pemikiran-pemikiran modern dalam Islam untuk masuk ke dalamnya, sebagaimana tampak jelas pada pendidikan pondok pesantren tradisional yang hanya menonjolkan ilmu-ilmu agama Islam dan pengetahuan umum sama sekali tidak diberikan.
Hakikat pendidikan Islam adalah upaya melestarikan dan mempertahankan khazanah pemikiran ulama terdahulu sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab mereka. Tujuan utama pendidikannya adalah menyiapkan calon-calon kiai atau ulama menguasai masalah agama semata. Sedangkan sintesis yakni mempertemukan antara corak lama (pondok pesantren) dan corak baru (model pendidikan kolonial atau Barat) yang berwujud sekolah atau madrasah.
Dalam realitanya, corak pemikiran sintesis ini mengandung beberapa variasi pola pendidikan Islam, yaitu :
1.Pola pendidikan madrasah mengikuti format pendidikan Barat terutama dalam sistem pengajarannya secara klasikal, tetapi isi pendidikan tetap lebih menonjolkan ilmu-ilmu agama Islam.
2.Pola pendidikan madrasah yang mengutamakan mata pelajaran agama, tetapi mata pelajaran umum secara terbatas juga diberikan. Pola pendidikan madrasah yang menggabungkan secara lebih seimbang antara muatan keagamaan dan non keagamaan.
3.Pola pendidikan sekolah yang mengikuti pola gubernemen dengan ditambah beberapa mata pelajaran agama.
C.Perkembangan Pendidikan Islam Setelah Kemerdekaan
Pendidikan Islam pada awal kemerdekaan. Djaelani mengatakan bahwa setelah Indonesia merdeka, penyelesaian pendidikan agama mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah negeri maupun swasta. Usaha untuk itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga tersebut sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27 Desember 1945, yang menyebutkan bahwa : Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang tidak berurat akar dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa tuntunan dan bantuan material dari pemerintah.
Kenyataan yang demikian timbul karena kesadaran umat Islam yang dalam, setelah sekian lama mereka terpuruk dibawah kekuasaan penjajah. Sebab pada zaman penjajahan Belanda, pintu masuk pendidikan modern bagi umat Islam terbuka secara sangat sempit. Dalam hal ini minimal ada dua hal yang menjadi penyebabnya, yaitu : Sikap dan kebijaksanaan pemerintah kolonial yang amat diskriminatif terhadap kaum muslimin. Politik non kooperatif para ulama terhadap Belanda yang menfatwakan bahwa ikut serta dalam budaya Belanda, termasuk pendidikan modernnya, adalah salah satu bentuk penyelewengan agama.
Itulah di antara beberapa faktor yang menyebabkan kaum muslimin Indonesia amat kececer dalam sisi intetelektualitas dibandingkan dengan golongan lain. Seirama dengan perjalanan sejarah bangsa dan negara Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia hingga sekarang, maka sejarah kebijakan pendidikan di Indonesia termasuk di dalamnya pendidikan Islam. Oleh karena itulah perjalanan sejarah pendidikan Islam sejak Indonesia merdeka sampai tahun 1965 yang lebih dikenal dengan masa orde lama akan berbeda dengan tahun 1965 sampai 1989 yang dikenal dengan orde baru, begitu pula setelah tahun itu sampai sekarang yang dikenal dengan Orde Reformasi.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label