Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Jumat, 29 Maret 2019

SEJARAH BERDIRINYA DINASTI UMAYYAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Sidi Gazalba sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai mkahluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah berlalu itu.
Kajian sejarah masih terlalu luas lingkupnya sehingga menunutut suatu pembatasan. Oleh karena itu, sejarah haruslah diartikan sebagai tindakan manusia dalam jangka waktu tertentu pada masa lampau yang dilakukan di tempat daerah tertentu. Dengan demikian, muncullah kajian sejarah suku bangsa tertentu, di tempat tertent, atau pada zaman tertentu, seperti sejarah bangsa Eropa, sejarah Yunani, sejarah Islam, sejarah Islam abad pertengahan, sejarah Islam di Spanyol.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Umayyah?
2. Bagaimana masa-masa kejayaan Dinasti Umayyah?
3. Bagaimana masa-masa kehancuran Dinasti Umayyah?
C. Tujuan
1. Menambah wawasan mengenai sejarah Dinasti Umayyah
2. Mengetahui masa-masa kejayaan Dinasti Umayyah
3. Mengetahui masa-masa kehancuran Dinasti Umayyah
Baca Juga
PEMBAHARUAN PADA MASA KERAJAAN TURKI USMANI
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Peradaban Dinasti Umayyah
Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu beruntung dalam merebutkan kekuasaan dan kedudukan. Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Sufyan bin Harb. Muawiyyah di samping sebagai pendiri daulah bani Abasiyah juga sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia memindakan ibu kota kekuasaan islam dari Khufah ke Demastus. Muawiyyah dipandang sebagai pembangun dinasti yang oleh sebagian besar sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilan memperoleh legalitas atau kekuasaannya dalam perang saudara siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih dari itu muawiyyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan islam, karena dialah yang mula-mula mengubah pimpinan negara dari seseorang yang dipilih rakyat atau demokrasi menjadi kekuasaan yang diwariskan turun-menurun (monarchi heredity). Muawiyyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya dikarenakan kemenangan diplomasi di siffin dan terbunuhnya khalifah Ali. Melainkan sejak semula ia memiliki basis rasional yang solid bagi landasan pembangunan poitik di masa depan. Pertama, adalah dukungan yang kuat dari rakyat Suriyah dan dari kalangan Bani Umayyah sendiri. Penduduk Suriyah yang yang lama diperintah oleh Muawiyyah memiliki pasukan yang kokoh, terlatih dan disiplin di garis depan dalam peperangan melawan Romawi. Muawiyyah melaksanakan perubahan-perubahan besar dan menonjol di dalam pemerintahan negeri itu. Angkatan daratnya kuat dan efisien. Dia dapat mengandalkan pasukan orang-orang Siria yang taat dan setia, yang tetap berdiri disampingnya dalam keadaan yang paling berbahaya sekalipun. Dengan bantuan orang-orang Siria yang setia, Muawiyyah mendirikan pemerintahn yang stabil menurut garis-garis pemerintahan Bizantium. Kedua, sebagai seorang administrator, Muawiyyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Tiga orang patutlah mendapat perhatian khusus, yaitu Amr bin Ash, Mugirah bin Syu’bah, dan Ziyad bin Abihi, ketiga pembantu Muawiyyah merupakan politikus yang sangat mengagumkan dikalangan muslim Arab. Akses mereka sangat kuat dalam membina perpolitikan Muawiyyah. Ketiga, Muawiyyah memiliki kemampuan sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Mekah zaman dahul. Seorang manusia hilm seperti Muawiyyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan imiditasi. Masa Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyyah bin Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad.
2. Masa Kemajuan Dinasti Bani Umayyah
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai satu era agresif, dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman kedua Khalafaur Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika utar, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagai daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang termasuk Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia. Menurut Prof. Ahmad Syalabi, penaklukan militer di zaman Umayyah mencangkup tiga front penting, yaitu sebagai berikut, pertama, front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibu kota Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di laut tengah. Kedua, wilayah Afrika Utara. Penaklukan ini sampai ke Samudra Atlantik dan menyebrang ke Gunung Thariq hingga ke Spanyol. Ketiga, wilayah timur. Penaklukan ini sampai ke sebelah timur Irak. Kemudian, meluas ke wilayah Turkistan di utara serta ke wilayah Sindh di bagian selatan. Ekspansi bani umayyah dalam rangka memeperluas wilayah kekuasaan merupakan lanjutan dari ekspansi yang dilakukan oleh para pemimpin islam sebelumnya. Di sebelah timur, Muawiyyah berhasil menaklukan Tunis, Khurasan sampai ke tanah Oxus serta Afganistan sampai Kabul, dan angkatan laut Muawiyyah menyerang Konstantinopel. Ekspansi ini kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd. Al-Malik. Ia berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Fergana, Samarkand, dan bahkan sampai ke India dengan menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abd. Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat ekspendisi meliter dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, Benua Eropa yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapa ditundukkan, Tariq bin Ziyad pemimipin pasukan islam, dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan Benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibratar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Selain perluasan wilyah dalam kemajuan bidang peradaban, Dinasti Muawiyyah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai bidang. Menurut Jurji Zaidan beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:
• Pengembagan bahasa Arab Para penguasa Dinasti Umayyah telah menjadikan islam sebagai negara, kemudian dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa Arab dalam wilayah kerajaan islam. Upaya tersebut dilakukan dengan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalaM tata usaha dan pemerintahan.
• Marbat kota pusat kegiatan ilmu Dinasti Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan kegiatan ilmu dan kebudayaan itu dinamakan Mardab, kota satelit dari Damaskus.
• Ilmu qiraat Ilmu qiraat adalah ilmu seni baca alquran. Dinasti Umayyah mengembangluaskan sehingga menjadi ilmu syariat yang sangat penting. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair (w. 120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w.127 H).
• Ilmu tafsir Untuk memahami alquran sebagai kitab suci diperlukan interprestasi pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan alquran dikalangan umat islam bertambah. Pada masa perintisan ilmu tafsir, ulama yang membukukan ilmu tafsir yaitu Mujahid (w.104 H).
• Ilmu hadis Dalam hal ini mengumpulkan hadis menyelidiki asal usulnya sehingga akhirnya menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakn ilmu hadis. Diantara para ahli hadis yang termasyhur pada masa Dinasti Umayyah adalah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H).
• Ilmu fiqh Setelah islam memjadi daulah, para penguasa membutuhkan peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah. Mereka kembali kepada alquran dan hadis dan mengeluarkan syariat dari kedua sumber tersebut untuk mengatur pemerintahan dan memimpin rakyat. Pada zaman ini ilmu fiqh telah menjadi suatu cabang syariat yang berdiri sendiri.
3. Masa Kehancuran Dinasti Bani Umayyah
Meskipun kejayaan telah diraih oleh bani umayyah ternyata tidak bertahan lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dari luar. Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem penggantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan penggantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa syi’ah dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyidi masa petengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada kekuasaan Bani Umayyah, petengahan etnis antara Suku Arabia (Bani Qais) dan Arab selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum islam semakin runcing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan umtuk mengalang persatuan dan kesatua. Di samping itu, sebagian besar golongan timur lainya merasa tidak puas karena status Mawali untuk menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan Bangsa Arab yang diperhatikan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabakan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaran tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, sebagian besar golongan awam kecewa karena perhatian penguasa perkembangan agam asangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya Dinasti Umayyah adalah muncul kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Hasyim dan golongan syi’ah, dan kaum Mawali yang meras dikelas duakan oleh pemerintah Bani Umayyah
Beberapa penyebab tersebut muncul dan menumpuk menjadi satu, sehingga akhira mengakibatkan keruntuhan Dinasti Umayyah, disusul dengan berdirinya kekuasaan orang-orang Bani Abbasiyah yang mengejar-ngejar dan membunuh setiap orang dari Bani Umayyah yang dijumpainya. Demikianlah, Dinasti Umayyah asca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Umayyah diruntuhakn oleh Dinasti Bani Abasyiah pada masa khlaifah Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada tahun 127H/744M.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejarh peradaban Dinasti Umayyah Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Masa Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyyah bin Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad.
2. Masa kejayaan Dinasti Umayyah Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal dengan perluasan wilayah. Banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika utar, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagai daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang termasuk Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia. Selain dalam perluasan wilyah juga dalam bidang bahasa Arab, dalam bidang pendidikan, dan ilmu agama seperti, ilmu hadis, ilmu qiraat, ilmu tafsir, ilmu hadis dan ilmu fiqh.
3. Masa kehancuran Dinasti Umayyah Beberapa faktor penyebab hancurnya Dinasti Umayyah yaitu diantarnya pergantian khlaifah dari sistem demokrasi di ubah menurut garis keturunan. Selain itu berbagai konflik politik dari kaum syi’ah dan juga khawarij. Lemahnya pemerintahan Dinasti Umayyah juga salah satu penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah. Selain itu penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang mendapat dukungan dari syi’ah dan Hasyim.

DAFTAR PUSAKA
Munir Amin, Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label