BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sejarah perkembangan pendidikan Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke Indonesia, yaitu kira-kira pada abad kedua belas Masehi. Salah satu stetemen yang sulit di sangkal, bahwa Islam sangat besar pengaruhnya bagi pembentukan budaya dan tradisi mansyarakat Indonesia sampai hari ini. Eksistensi Islam di Indonesia sangat mempengaruhi kultur budaya masyarakat yang mayoritas beragama Islam, dan terbesar di dunia merupakan bukti bahwa Islam sangat berpengaruh terlebih dalam pembinaan masyarakat melalui pendidikan yang sudah ada di pesisir terutama di Aceh dan Selat Malaka.
Sejak mulai masuk Islam ke tanah Aceh (1290 M) pendidikan dan pengajaran mulai lahir dan tumbuh dengan amat suburnya. Terutama setelah berdiri kerajaan Islam di Pasai dan banyak Ulama Islam yang mendirikan pesentren seperti Tengku di Geuredong, Tengku Cut Maplam.
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia pada awal permulaan masih dilaksanakan secara tradisional belum tersusun kurikulum seperti saat ini. Baik itu pendidikan di surau maupun pesantren.
Pada awal abad ke-20 kondisi tanah air Indonesia dikuasai oleh kaum penjajah barat. Dalam bidang pendidikan pemerintah kolonial Belanda melakukan kebijakan pendidikan diskriminatif. Lembaga pendidikan di kala dibagi atas tiga strata. Strata pertama adalah strata tertinggi yaitu sekolah untuk anak-anak Belanda ELS, HBS dan seterusnya ke perguruan tinggi. Strata kedua adalah untuk anak-anak bumi putra yang orang tuanya memiliki kemampuan ekonomi dan mempunyai posisi di pemerintahan, dapat disebut kelompok elit masyarakat Indonesia. Strata terendah adalah anak-anak bumi putra, yaitu kelompok orang kebanyakan hanya boleh mengecap.pendidikan Sekolah Desa (3 tahun) atau Sekolah Kelas Dua (5 tahun).
Sementara itu di kalangan umat Islam memiliki lembaga pendidikan pesantren, rangkang, dayah, surau. Dengan menekankan mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Pendidikan pesantren ini sama sekali amat berbeda sistemnya dengan sekolah-sekolah pemerintah.
Melihat kondisi yang demikian itu, maka sebagian dari tokoh-tokoh umat Islam berupaya untuk melaksanakan pembaharuan dalam bidang pendidikan.,
Di kalangan Muhammadiyah, berdirilah sekolah-sekolah yang mengambil nama sama dengan sekolah-sekolah pemerintah HIS, MULO, AMS yang diberi dengan muatan keagamaan. Sekolah yang demikian itu diberi nama HIS met de Qur'an, MULO met de Qur'an, dan sebagainya.
B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana bentuk Pendidikan Islam di Indonesia pada masa pra pembaharuan?
2.Bagaimana bentuk pendidikan Islam di Indonesia pasca pembaharuan?
3.Sebutkan Faktor-faktor Terjadinya Proses Pembaharuan Pendidikan Islam!
4.Siapakah Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia?
C.Tujuan Penulisan
1.Mengetahui bentuk Pendidikan Islam di Indonesia pada masa pra pembaharuan
2.Mengetahui bentuk pendidikan Islam di Indonesia pasca pembaharuan
3.Mengetahui Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia
4.Mengetahui Faktor-faktor terjadinya Proses Pembaharuan Pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Pendidikan Islam
Baca Juga
pola pemikiran dan gerakan pembaharuan Modernism dalam dunia Islam
Dalam kedua sumber pendidikan Islam, yakni Al Qur’an dan Sunnah dapat ditemukan kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan, yaitu rabba, kata kerja tarbiyah, ‘allama, kata kerja dari ta’lim dan addaba, kata kerja dari ta’dib.
Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya, Konsep Pendidikan Islam, dengan gigih mempertahankan penggunaan istilah ta’dib untuk konsep pendidikan Islam, bukan tarbiyah, dengan alasan bahwa dalam istilah ta’dib, yang berasal dari kata addaba, mencakup wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam.
Berdasarkan tinjauan kebahasaan di atas pengertian pendidikan menurut pandangan Islam dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.Pendidikan adalah tindakan yang dilakukan secara standar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).
b.Pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan perkembangan subjek didik.
c.Pendidik yang sebenar-benarnya (Al-Haq) adalah Allah sebagai Rabbul ‘alamin.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta.
Dengan demikian, pendidikan Islam itu berupaya untuk mengembangkan individu sepenuhnya, maka sudah sewajarnya untuk dapat memahami hakikat pendidikan Islam itu bertolak dari pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam.
B.Karakteristik Pendidikan Islam Pra Pembaharuan
Pendidikan Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari proses sejarah sebelumnya. Faktor utama hal ini adalah sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Sejalan dengan proses penyebaran Islam di Indonesia, pendidikan Islam sudah mulai tumbuh meskipun masih bersifat individual. Para penganjur agama ini mendekati masyarakat dengan acara yang persuasif dan memberikan pengertian tentang dasar-dasar agama Islam.
Menurut Daulay (2012:59-60) mengemukakan bagaimana kondisi pendidikan Islam sebelum gerakan pembaruan itu dilakukan. diantaranya dalam bukunya menuliskan sebagai berikut:
1.Pendidikan bersifat nonklasikal. Pendidikan saat itu tidak dibatasi atau tidak ditentukan berapa lamanya belajar berdasarkan tahun. Sehingga seseorang bisa saja belajar di pesantren selama satu tahun, dua tahun bahkan beberapa bulan saja sampai belasan tahun
2.Mata pelajaran hanya pelajaran agama saja yang berasal dari kitab-kitab klasik. Tak ada pelajaran umum
3.Hanya menggunkan metode sorogan,wetanan, hafalan, dan muzakarah
4.Tidak memakai ijazah sebagai bukti telah menamatkan pelajarannya
5.Tradisi kehidupan pesantren amat dominan di kalangan santri dan kiai.
Adapun lembaga pendidikan Islam pra pembaharuan adalah
1.Masjid dan Langgar Di tempat ini dilakukan pendidikan buat orang dewasa adalah penyampaian-penyampaian ajaran Islam oleh mubaligh kepada para jama’ah dalam bidang yang berkenaan dengan akidah, ibadah dan akhlak.
2.Pesantren Inti dari pesantren itu adalah pendidikan ilmu agama, dan sikap beragama. Karenanya mata pelajaran yang diajarkan semata-mata pelajaran agama. Pada tingkat dasar anak didik baru diperkenalkan tentang dasar agama, dan Al-Qur’an Al-Karim. Setelah berlangsung beberapa lama pada saat anak didik telah memiliki kecerdasan tertentu, maka mulailah diajarkan kitab-kitab klasik. Kitab-kitab klasik ini juga diklasifikasikan menjadi tingkat dasar, tingkat menengah dan tinggi.
3.Meunasah, Rangkang dan Dayah Secara epistemologi meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat belajar atau sekolah. Dimeunasah diajarkan menulis, membaca huruf arab, almu agama dan ilmu bahasa Jawi, akhlak.
Rangkang adalah tempat tinggal murid, yang dibangun disekitar masjid. Pendidikan di Rangkang ini terpusat kepada pendidikan agama, disini telah diajarkan kitab-kitab yang berbahasa arab, Tingkat pendidikan ini jika dibandingkan dengan sekolah saat sekarang setingkat sekolah lanjutan pertama..
Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah. Hasjmi menjelaskan tentang dayah adalah sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran agama yang bersumber dari bahasa arab, misalnya fiqih, bahasa Arab, Tauhid, tasawuf, dll, tingkat pendidikannya adalah sama dengan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
4.Surau
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat Islam melakukan ibadahnya (bersembahyang, mengaji, dan sebagainya), Syekh atau Guru mengajar dengan metode bandongan dan sorogan, ada juga murid yang berpindah ke surau lain apabila dia telah merasa cukup memperoleh ilmu disurau terdahulu.
Pendirian lembaga-lembaga pendidikan Islam pra pembaharuan di Indonesia, dalam berbagai bentuk dan coraknya, merupakan upaya pendidikan untuk masyarakat secara terbuka.
C.Kelebihan Pendidikan Islam Pra Pembaharuan
1.pelajaran ilmu-ilmu itu diajarkan satu demi Satu
2.Pelajaran ilmu sharaf didahulukan dari ilmu nahwu
3.Buku pelajaran yang mula-mula dikarang oleh ulama Indonesia serta terjemahkan dengan bahasa Melayu.
4.Murid tidak terikat dengan sistem administrasi yang ketat
D.Kekurangan Pendidikan Islam Pra Pembaharuan
1.Toko kitab belum ada, hanya ada orang pandai menyalin kitab dengan tulisan tangan.
2.Ilmu agama sedikit sekali, karena sedikit bacaan.
3.Belum lahir aliran baru dalam Islam.
4.Pelajaran suatu ilmu, hanya dikerjakan dalam satu macam kitab saja.
5.Metodologi pengajaran masih didominasi oleh system sorogan, dimana guru membaca buku yang berbahasa Arab dan menerangkan dengan bahasa daerah kemudian murid-murid mendengarkan.
6.Evaluasi belajar sangat kurang diperhatikan, hal ini diduga karena tujuan belajarnya lillahi ta’ala.
A.Pengertian Pendidikan Islam Pasca Pembaharuan
Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam Pendidikan Islam di Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam berbagai aspek. Upaya perbaikannya belum dilakukan sacara mendasar, sehingga terkesan seadanya saja. Upaya pembaharuan pendidikan Islam secara mendasar selalu di hambat oleh berbagai masalah mulai dari persoalan dana sampai tenaga ahli. Padahal pendidikan Islam dewasa ini, dari segi apa saja terlihat goyah terutama karena orientasi yang semakin tidak jelas (Wahab, Rochidin, 2004 :11-13).
B.Faktor-faktor adanya pembaharuan pendidikan Islam
Berdasarkan uraian ini, ada Sebelas faktor yang menjadi pokok konsep pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia untuk menuju masyarakat madani sangat mendesak:
1.Adanya usaha-usaha yang kuat dari umat Islam untuk memperkuat basis organisasinya di bidang sosial ekonomi demi kepentingan mereka maupun rakyat pada umumnya.
2.Konsep dan praktek Pendidikan Islam dirasakan terlalu sempit, artinya terlalu menekankan pada kepentingan akhirat, sedangkan ajaran Islam menekankan pada keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka perlu pemikiran kembali konsep pendidikan Islam yang betul-betul didasarkan pada asumsi dasar tentang manusia yang akan diproses menuju masyarakat madani.
3.Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang di miliki sekarang ini, belum atau kurang mampu memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menghadapi tantangan dunia modern dan tantangan masyarakat dan bangsa Indonesia disegala bidang.
4.Metode tidak puas dengan hanya menggunakan metode dari pesantren, namun diperlukan metode lain yang bisa merangsang peserta didik untuk lebih berfikir.
5.Isi atau materi pembelajaran sudah harus diperbarui dan tidak hanya mengandalkan kitab-kitab klasik saja. Diperlukan juga pelajaran umum disamping pelajaran agama.
6.Manajemennya yang merupakan keterkaitan antara sistem lembaga pendidikan dengan bidang-bidang lainnya
7.Di beberapa daerah di Indonesia muncul keinginan kuat untuk kembali ke kepada al-Qur’an dan sunnah dalam menilai aktivitas keagamaan dan kebudayaan yang ada.
8.Sifat dan sikap perlawanan terhadap pemerintahan kolonial Belanda yang menjajah Indonesia tersebut.
9.Faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu sistem pendidikan yang betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas, bertakwa, dan beriman kepada Allah.
10.Agama Islam melalui ayat suci Al-Qur'an banyak menyuruh atau menganjurkan umat Islam untuk selalu berpikir, dan bermetaforma (membaca dan menganalisis sesuatu untuk kemudian bisa diterapkan atau bahkan bisa menciptakan hal yang baru dari apa yang kita lihat).
11.Adanya kontak Islam dengan Barat, yang menggugah dan membawa perubahan paradigmatis umat Islam untuk belajar secara terus menerus kepada Barat, sehingga ketertinggalan yang dirasakan akan bisa di minimalisir.
Sebelas faktor di atas adalah merupakan tuntutan terhadap kebutuhan dunia pendidikan Islam di kala itu. Dengan demikian, jika ide-ide pembaruan itu diterapkan dalam dunia pendidikan Islam, maka ianya merupakan salah satu jalan menuju perbaikan pendidikan Islam di Indonesia. Dari berbagai uraian terdahulu dapat dikemukakan beberapa indikasi terpenting dari pendidikan Islam pada masa pembaharuan.
C.Karakteristik Pendidikan Islam Pasca Pembaharuan
1.Dimasukannya pelajaran umum ke madrasah
2.Penerapan sistem klasikal dengan segala kaitannya
3.Ditata dan dikelola administrasi sekolah dengan tetap berpegang pada prinsip manajemen pendidikan
4.Lahirnya lembaga pendidikan Islam baru (madrasah)
5.Diterapkannya beberapa metode mengajar selain dari metode yang lazim di pesantren seperti sorogan dan wetanan.
D.Kelebihan Pendidikan Islam Pasca Pembaharuan
1.Adanya perubahan dari sistem ke sistem madrasah.
2.Adanya perubahan dari sistem ke sistem sekolah Islam.
3.Adanya kewajiban mempelajari Agama Islam di sekolah-sekolah umum sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan Nomor 4 tahun 1950 pasal 20 ayat 1 dan 2
4.Adanya keterpaduan antara pembinaan imanisasi insani dan akhlak insani dengan melalui penggalian ilmu duniawi dan ukhrowi yang minimal bandingannya seimbang. Adanya penyelenggaraan pendidikan Islam yang berorientasi pada Nur Illahi, bukan semata-mata berorientasi pada teori bisnis dan bukan semata-mata berbobot kepada sistem sekular, termasuk Perguruan Tinggi Islam Negeri maupaun perguruan Tinggi Islam Swasta.
5.Adanya asimilasi (peleburan) sistem pendidikan agama Islam di pondokk modern dengan sistem pendidikan Islam di pondok pesantren tradisional.
6.Pelajaran ilmu-ilmu itu dihimpun 2 sampai 6 ilmu sekaligus.
7. Pelajaran suatu ilmu di ajarkan dalam beberapa macam kitab : rendah, menengah dan tinggi.
8. Ilmu agama telah luas berkembang, karena telah banyak kitab bacaan.
9.Mulai lahir aliran baru dalam Islam yang di bawa oleh majalah Al-Manar di Mesir.
E.Kelemahan Pendidikan Islam Pasca Pembaharuan
a)Penyelenggaraan pendidikan Islam secara formal/informal belum sesuai dengan pengertian pendidikan Islam itu sendiri, artinya belum bisa mewarnai apa yang diharapkan oleh Islam itu.
b)Sistem dan metode itu masih dalam lingkaran pendakian (proses de islami).
c)Adanya dualisme Sistem Pendidikan Islam. Zuhairini (1994:124) menyebutkan bahwa sebagai akibat dari usaha pembaharuan pendidikan Islam dalam rangka untuk mengejar kekurangan dan ketinggalan dari dunia barat dalam segala aspek kehidupan, maka terdapat kecenderungan adanya dualisme dalam sistem pendidikan Islam.
Usaha pendidikan modern yang berorientasi pada tiga pola pemikiraan (Islam murni, barat, dan nasionalisme) yang mengambil pola sistem pendidikan barat dengan menyesuaikan Islam dan kepentingan nasional.
Sistem pendidikan modern, dilaksanakan pemerintah untuk memenuhi tenaga ahli untuk kepentingan pemerintah dengan menggunakan kurikulum dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Sedangkan sisten pendidikan tradisional, tetap mempertahankan kurikulum tradisional yang hanya memberikan pemdidikan dan pengarahan keagamaan pada madrasah dan pondok pesantren. Dualisme dan pola pendidikan ini yang mewarnai pendidikan Islam di Negara Islam di zaman modern. (Zuhairini, 1994:124)
F.Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia
1.Syaikh Abdullah Ahmad
Abdullah Ahmad, tokoh pembaharu Pendidikan Islam dari Sumatera Barat adalah Pioneer dan pelopor yang pertama kali memperkenalkan sistem madrasah, yaitu model pendidikan agama yang menggunakan kelas yang dilengkapi bangku, meja, papan tulis, kurikulum yang terstandar, ijazah, dan visi lulusannya yang disesuaikan dengna perkembangan zaman. Lulusannya selain menguasai Ilmu agama Islam, juga menguasai ilmu pengetahuan umum, keterampilan, mampu berbahasa asing, khususnya bahasa Arab dan Inggris.
Gagasan dan pemikirannya dalam bidang pendidikan antara lain sebagai berikut: Pertama, tentang pemerataan pendidikan. Kedua, tentang kurikulum. Ketiga, tentang dana pendidikan. Keempat, tentang kemodernan. Kelima, tentang metode pengajaran. Selanjutnya, Abdullah Ahmad juga mengajukan metode pendidikan melalui pemberian hadiah dan hukuman sebagaimana yang berkembang saat ini.
Menurutnya, bahwa pujian perlu diberikan oleh guru apabila anak didiknya memiliki ahlak yang mulia, dan hukuman diberikan apabila anak berbuat sebaliknya. Metode lainnya yang perlu diterapkan menurut Abdullah Ahmad adalah metode bermain dan rekreasi.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, kita dapat mengatakan bahwa Abdullah Ahmad termasuk ke dalam kelompok pembaharu Pendidkan Islam. Ia merasa sistem Pendidikan Islam tradisional sudah tidak relevan dan kurang produktif, kemudian ia mengantikannya dengan system klasikal, madrasah. Namun rupanya masyarakat belum siap menerima system baru yang diperkenalkannya, sehingga ia mendapat kritik dan tantangan keras dari masyarakat.
2.Rahmah El-Yunusiah
Riwayat Hidup Tokoh Pendidikan dan Perjuangan Islam Wanita dari Sumatera Barat ini, lahir di Padang Panjang pada tanggal 29 Desember 1900, dan wafat di daerah yang sama pada tanggal 26 Februari 1969. Dialah pendiri Madrasah Diniyah Putri Padang Panjang (Sumatera Barat) yang merupakan perguruan wanita Islam pertama di Indonesia, dan pelopor berdirinya Tentara Kemanan Rakyat (TKR) di Sumatera Barat.
Usaha-Usaha di Bidang Pendidikan adalah orang yang pertama mendirikan sekolah yang khusus untuk kaum wanita melalui lembaga yang didirikannya. Ia bercita-cita agar kaum wanita sanggup berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) untuk menjadi ibu, pendidik yang cakap, aktif dan betanggung jawab kepada kesejahtraan bangasa dan tanah air, dimana kehidupan agama mendapat tempat yang layak.
Cita-citanya ini dirumuskan dalam tujuan pendirian Diniyah Putri. Rahmah El-Yunusiah sangat kuat pendiriannya dalam menanamkan jiwa agama di lembaga pendidikan yang dibangunnya. Beliau pendidik yang berjiwa nasionalisme dan patriotisme yang amat kuat.
Ia merupakan orang pertama yang mengibarkan bendera merah putih di sekolah yang didirikannya, yaitu ketika mendengar berita proklamasi kemerdekaan. Rahmah El-Yunusiah juga tercatat sebagai orang yang pertama kali memiliki cita-cita mendirikan perguruan dan Rumah sakit yang khsusus untuk kaum wanita. Rahmah El-Yunusiah telah mencapai kemajuan yang diakui oleh dunia, sebagaimana terlihat pada penghargaan sebagai syaikhah yang diberikan oleh Universitas Al-Azhar, Kairo kepadanya. Akhirnya kita dapat mencatat, bahwa Rahma El-Yunusiah termasuk orang yang berprestasi tinggi, pelopor emansipasi wanita, pejuang nasionalisme dan patriotisme sejati, serta memiliki pemikiran, pandangan, cita-cita, dan upaya-upaya kongkret yang original dan genuine sebagai hak paten yang dimilikinya.
3.As Panji Gumilang
As Panji Gumilang adalah seorang tokoh yang berhasil membangun Lembaga Pendidikan terbesar dan termegah di kawasan Asia Tenggara, bahkan mungkin di dunia. Di atas lahan seluas 1.200 hektar, ia membangun Lembaga Pendidikan yang diberi nama Al-Zaitun.
Gagasan dan pemikiran As Panji Gumilang dalam pendidikan dapat dilihat dari karya monumental dan spektakulernya dalam pembangunan Ma’had Al-Zaytun yang dibangun sejak tahun 1995 dan mulai resmi beroperasi pada tanggal 27 Agustus 1999. Selain dari ketiga tokoh pembaharuan pendidikan Islam diatas masih banyak lagi tokoh-tokoh yang lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta.
Pendidikan Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari proses sejarah sebelumnya. Faktor utama hal ini adalah sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Sejalan dengan proses penyebaran Islam di Indonesia, pendidikan Islam sudah mulai tumbuh meskipun masih bersifat individual.
Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam berbagai aspek. Upaya perbaikannya belum dilakukan sacara mendasar, sehingga terkesan seadanya saja. Upaya pembaharuan pendidikan Islam secara mendasar selalu di hambat oleh berbagai masalah mulai dari persoalan dana sampai tenaga ahli.
DAFTAR RUJUKAN
Wahab, Rochidin, Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia. Cet. I. Bandung: Alfa Beta, 2004.
Nata, Abuddin, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Cet. I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Zuhairinin dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1989
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenanda Media, 2007.