BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Suatu fakta dalam masyarakat menunjukan bahwa lapangan kerja semakin sempit sedang tenaga kerja tamatan pendidik dan formal dari berbagai jenjang pendididkan semakin melimpah dan berjubel memperebutkan tempat di lapangan kerja, baik sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, buruh musiman, buruh harian, dan lain sebagainya.
Permasalahan pokoknya adalah, bagaimana mengubah pola pikir masyarakat dari mental pencari kerja menjadi pencipta kerja. Sesungguhnya, dari pengalaman sejarah dapat diketahui bahwa mental pencari kerja ini pun termasuk strategi kolonial belanda untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa pemohon kerja yang selanjutnya menjadi bangsa yang senantiasa hidup dalam ketergantungan terhadap sang penjajah.
Untuk mengatasi semakin banyaknya penganggur yang belum mendapatkan pekerjaan, perlu semakin dini memberikan pendidikan wiraswasta serta bekal-bekal keterampilan kepada peserta didik, agar bila mereka tidak mampu melanjutkan studi atau belum menemukan lapangan pekerjaan, mereka dapat mengatasinya dengan merintis lapangan kerja sesuai bidang keterampilannya yang disertai sikap mental wiraswasta, yang berani, ulet, tekun, aktif, kreatif, bermoral, memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan, mandiri, menjadi pencipta lapangan kerja dan bukan sekedar pencari kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran serta mengentaskan kemiskinan anggota-anggota masyarakat lainnya.
B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian atau definisi wiraswasta ?
2.Mengapa pendidikan wiraswasta perlu digalakkan ?
3.Bagaimana operasionalisasi kewiraswastaan itu ?
C.Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1.Untuk mengetahui Pengertian atau definisi wiraswasta
2.Untuk mengetahui pendidikan wiraswasta perlu digalakkan
3.Untuk mengetahui operasionalisasi kewiraswastaan itu
D.Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini untuk mengantisipasi semakin banyaknya pengangguran yang belum menemukan pekerjaan, khususnya bagi para peserta didik yang tidak lagi mampu untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga mereka bisa menciptakan lapangan kerja sendiri dengan bekal keterampilan wiraswasta yang dimilikinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Wiraswasta
Drs. Ary H. Gunawan (2010:75) mengemukakan bahwa Pengertian atau definisi wiraswasta dapat ditinjau secara nominal dan secara real. Definisi nominal dari kata wiraswasta ( dari bahasa Sansekerta ) ialah :Wira = berani, perkasa, utama.Swa = ( sendiri ) berdiri menurut kekuatan sendiri = mandiri.Sta = ( berdiri ). Definisi real :Wiraswasta adalah keberanian, keperkasaan, keutamaan, dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yangada pada diri sendiri.
Dengan kata lain dapat juga disebutkan bahwa wiraswasta adalah sikap hidup yang memiliki keberanian, keperkasaan serta keutamaan dalam merespons setiap tantangan hidup dengan mengutamakan kekuatan sendiri. Berikut ini pengertian wiraswasta menurut beberapa ahli :
Menurut Sumahawijaya (1980:83) wiraswasta memuat sifat keberanian, keutamaan, keteladanan, dan semangat yang bersumber dari kekuatan sendiri. Sedangkan menurut Suryo mengatakan bahwa secara definitif wiraswastawan adalah orang yang memiliki sifat mandiri, berpandangan jauh, kreatif, inovatif, tangguh & berani menanggung resiko dalam pengelolaan usaha & kegiatan yang mendatangkan keberhasilan. Dan menurut Suhadi mengemukakan bahwa wiraswasta memuat sejumlah karakteristik seperti percaya pada kemampuan diri sendiri, berpandangan luas jauh ke depan, mempunyai keuletan mental, lincah dalam berusaha.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas maka pengertian wiraswasta bukan hanya sekedar usaha swasta atau kerja sambilan di luar dinas Negara, melainkan suatu sikap hidup yang berani penuh tanggung jawab dan menghadapi resiko atas perbuatan yang dilakukanya secara ulet, tabah, dan tekun serta disiplin dalam usaha memajukan prestasi kekaryaan Negara dengan bertumpu pada kekuatan diri sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa manusia wiraswasta selalu berkarya sendirian tanpa keikutsertaan orang lain, ia tetap terbuka untuk bekerjasama dengan orang lain sebagai mahluk sosial.
Pendidikan wiraswasta merupakan usaha sadar menyiapkan dan membekali peserta didik dengan sikap hidup yang memiliki keberanian, keperkasaan, keutamaan dalam merespons setiap tantangan hidip dengan mengutamakan pada kekuatan sendiri, melalui kegiatan-kegiatan akademis, non akademis, latihan, dan bimbingan. (Gunawan: 2010:76).
Dengan demikian makna keseluruhan wiraswasta adalah mengupayakan salah satu jalan keluar untuk mengurangi pengangguran, khususnya pengangguran jenis ketiga ( werkoozen), dan anggota masyarakat bertaraf kehidupan dengan pemilikan serba minim secara material dan atau secara spriritual, dengan pemberian bekal pendidikan. Wiraswasta, suatu usaha sadar untuk menyiapkan dan membekali peserta didik dengan sikap yang memiliki keberanian, keperkasaan, keutamaan dalam merespons setiap tantangan hidup dengan mengutamakan kekuatan sendiri, melalui kegatan-kegiatan akademis, nonakademis, latihan, dan bimbingan, khususnya pembekalan keterampilan-keterampilan tepat guna. (Gunawan: 2010:77).
B.Mengapa Pendidikan Kewiraswastaan Perlu Digalakan ?
Sebagaimana telah di uraikan dalih kolonial Belanda agar pegawai negeri tidak menurunkan citra priayi, adalah dengan melarang mereka melakukan kerja sambilan alias berwiraswasta, agar tidak menumbuhkan jiwa berani, perkasa, tekun, ulet, dan sebagainya yang dapat membahayakan dominasi penjajah di bumi Indonesia.
Sebaliknya warga bumi putera harus menjadi penurut pada penjajah, tidak kreatif, serta tidak patriotik. Mereka harus menjadi priayi, sebagai pencari kerja, alias menjadi orang-orang lemah senantiasa hidup dalam ketergantungan kepada sang majikan, penurut, patuh, dan tidak berinisiatif. Bahkan para penjabat harus menjadi tangan-tangan penjajah yang ikut menjajah bangsanya sendiri.Ternyata sikap menjadi penjilat dan ngolor berasal dari sini.
Dambaan menjadi priayi atau pegawai negeri dan engan berwiraswasta ternyata masih bergema sampai di alam kemerdekaan ini. Memang dengan pelaksanaan politik adu domba dan pecah belah, telah dapat menyingkirkan sifat-sifat asli bangsa Indonesia seperti gotong-royong, persatuan dan kesatuan, aktif dan kratif, termasuk berwiraswasta atau berwirausaha.Ternyata, maksud penjajah yang melarang para priayi khususnya untuk berwiraswasta adalah agar bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa pemberani, kreatif, tekun, ulet, berdisiplin, patriotik, dan sebagainya sebagai sikap mental wiraswasta.
Dan sekarang setelah tiada lagi penjajahan di bumi Indonesia, haruslah segera dibangkitkan segala kebiasaan serta semangat mandiri, patriotik, berkesadaran nasional yang tinggi, menjaga persatuan dan kesatuan, dan tidak ketingalan adalah meningkatkan pendidikan wiraswasta untuk menumbuhkan kembali jiwa serta sikap mental wiraswasta. Sikap mental ini yaitu progresif, ulet dan tekun, optimis, disiplin, bertanggung jawab, aktif dan kreatif, berkemauan keras, jujur, bermoral tinggi, yakin akan potensi diri sendiri untuk mandiri, serta berani ambil resiko atas karya dan inisiatifnya.
Dengan demikian harus berangsur-angsur dikurangi dambaan untuk menjadi pegawai negeri, menjadi pencari kerja, dan harus di pertinggi minat untuk menjadi wiraswastawan atau wirausahawan, terutama sebagai pencipta lapangan pekerjaan baru yag membantu mengurangi pengangguran, selanjutnya dapat pula mengurangi kemiskinan. (Dikutip Gunawan, 2010:78-79).
C.Bagaimana Operasionalisasi Kewiraswastaan Itu ?
Secara umum dapat dikatakan, bahwa manusia wiraswasta ialah orang yang memiliki potensi untuk berprestasi. Ia senantiasa memiliki motivasi yang besar untuk maju berprestasi. Dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun, manusia wiraswasta mampu menolong dirinya sendiri dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Di samping itu manusia wiraswasta mampu mengatasi kemiskinan, baik kemiskinan lahir maupun batin tanpa menunggu pertolongan dari negara atau instansi pemerintah/sosial.(Dikutif Gunawan, 2010:79).
Menurut Gunawan, (2010: 80) ciri-ciri manusia wiraswasta yang pokok adalah memiliki kepribadian yang kuat, dengan jabarannya sebagai berikut :
1.Memiliki moral yang tinggi (takwa kepada tuhan yang maha esa, memliliki kemerdekaan batin, keutamaan, kasih sayang terhadap sesama hidup, loyalitas hukum, berkeadilan, bertepa diri, meyakini kebenaran hukum karma). (wasty Soemanto: 1984:67).
2.Memiliki sikap mental wiraswasta (berkemauan keras mencapai tujuan hidup, mengenal jati dirinya, disiplin diri, memiliki ketahanan fisik dan mental, tahan uji, sabar, tabah, ulet, jujur, percaya diri, bertanggung jawab, serta memiliki pemikiran yang kreatif dan konstruktif).
3.Memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan (mengenal, menginterprestasikan, mengolah,dan menikmati alam semesta secara bertanggung jawab).(Dr. Suparman sumahamijaya:1984:200).
4.Memiliki keterampilan berwiraswasta (keterampilan menangkap gejala, berpikir kreatif/variatif untuk memecahkan berbagai macam permasalahan, keterampilan mendisain, keterampilan dalam membuat keputusan, keterampilan dalam kepemimpinan, keterampilan menajerial, keterampilan dan keluwesan dalam bergaul antarmanusia (human relation). (Dr. Suparman sumahamijaya:1984:201).
Mendidik manusia wiraswasta dapat dilakukan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat dengan menggunakan kepemimpinan pancasila, yaitu “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Terbentuknya sikap mental wiraswasta harus didukung dengan penguasaan keterampilan-keterampilan tepat-guna, disertai etos kerja yang tinggi (mulai dari mencintai kerja, terjaminya keamanan kerja, makin meningkatkan gairah kerja, diimbangi dengan imbalan kerja yang memadai, sehingga menimbulkan kelahapan kerja, atau dalam bahasa belanda: arbeidsliefde, arbeidsvreede, arbeidsvreugde met geode tegenprestatie, en arbeidslust).
Tidak sedikit calon wiraswastawan yang takut gagal melangkah karena alasan modal. Hal ini sesungguhnya sangat tidak beralasan, karena pada prinsipnya berwiraswasta dengan modal yang sudah siap bahkan melimpah, sebenarnya tidak termasuk seni berwiraswasta. Sebaliknya justru mereka harus melangkah dari nol, kemudian dengan sikap mental wiraswasta merayap dan merangkak sampai bangkit berdiri mandiri hingga mencapai kejayaan.
Modal wiraswasta adalah kepribadian yang kuat, ulet, dan tekun, dan seterusnya, sebagaimana telah dijabarkan. Kini kemudahan-kemudahan sistem perbankan juga sangat mendukung usaha-usaha wiraswasta, tetapi dengan terlebih dulu menunjukan prestasi serta bonafiditas usaha anda. Selanjutnya berbagai jenis kredit dari bank dapat diajukan untuk menigkatkan/mengembangkan usaha anda.
Pendidikan wiraswasta dalam lingkungan keluarga diawali dengan pemberian contoh-contoh yang positif dari orangtua serta pembentukan-pembentukan pembiasaan kewirawsastaan, seperti senantiasamenyelesaikan/bertanggung jawab terhadap segala urusannya sendiri. Cotohnya, anak-anak (yang sudah cukup kemampuannya) agar menata kembali tempat tidurnya segara setelah bagun tidur, mencuci piring dan gelas minumannya, mencuci pakainya sendiri, menata kembali mainannya setelah selesai bermain, dan sebagainya.
Pedidikan wiraswasta di sekolah (pendidikan formal) serta di masyarakat (pendididkan nonformal) oleh para guru serta para pemuka masyarakat dapat melalui kurikulum yang terprogram dan dapat lebih baik dilaksanakan secara normatif.Jadi melalui Tri Pusat Pendidikan, sikap mental wiraswasta dapat meningkatkan kariernya, dengan sikap mental wiraswasta dapat meningkatkan kemampuan manajerialnya, misalnya kursus computer, dengan menempuh pendidikan-pendidikan nonformal, manajemen keuangan, kepemimpian, dan sebagainya atau kuliah di pergururan tinggi swasta di luar jam kerja, termasuk mengikuti kuliah universitas terbuka (UT).
Bagi para penganggur, putus sekolah, pegawai/karyawan negeri/swasta tidak terkecuali, semua berhak berwiraswasta, asal tidak mengecewakan tugas pokoknya, demi meningkatkan taraf hidup serta kehidupan sehari-hari. Misalnya, mulai dengan usaha-usaha kecil-kecilan (menjual pisang goreng, makanan ringan, dan sebagainya), usaha sedang sampai besar. Juga bisa beternak kecil sampai tumpangsari, mendirikan bengkel motor, mobil, elektronika, dan sebagainya.Semua melalui perintisan yang dilakukan dengan ulet, tekun, disiplin, manajemen yang baik, dan sebagainya sesuai sikapmental wiraswasta untuk menuju sukses.
Landasan psikologisnya adalah “trial and error sampai Leibnitz”. Peningkatan sumber daya manusia Indonesia harusnya senantiasa diupayakan untuk kesinambugan pembanguan secara mental, spiritual, material, personal, dan nonpersonal, khususnya penanaman sikap mental wiraswasta yang sedini mungkin dalam tri pusat pendidikan untuk menumbuh-kembangkan generasi yang tangguh, demi membantu mengurangi pengangguran dan kemiskinan, perluasan lapangan kerja, serta peningkatan mutu tenaga kerja Indonesia. (Gunawan : 2010:81-82).
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Jadi, pendidikan wiraswasta merupakan usaha sadar menyiapkan dan membekali peserta didik dengan sikap hidup yang memiliki keberanian, keperkasaan, keutamaan dalam merespons setiap tantangan hidup dengan mengutamakan pada kekuatan sendiri, melalui kegiatan-kegiatan akademis, nonakademis, latihan, bimbingan, khususnya pembekalan keterampilan-keterampilan tepat guna.
B.Saran
Penulis mengajak pembaca untuk bisa merealisasikan pendididkan kewiraswastaan ini dikehidupan masyarakat, agar terciptanya sumber daya manusia di indonesia yang potensial dan mandiri.
DAFTAR RUJUKAN
Gunawan, Ary H. Sosiologi Pendidikan : suatu analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan Jakarta : Rineka cipta. 2010.
Sumahamijaya, Suparman. Human Relation. Jakarta : Bumi Aksara. 1984.
Soemanto, Wasty. Sosiologi Pendidikan : Nilai Moral Dalam Masyarakat. Bandung : Pustaka, 1984.
http://www.kompasiana.com/januar01/entrepreneurship-solusi-cerdas-mengatasi-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia. Di akses 14-10-2016:10.45
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/mengatasi-pengangguran-dengan-jiwa.html. Di akses 14-10-2016:10.49
0 komentar:
Posting Komentar