BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi pasti mempunyai budaya karena ini menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya dalam sebuah organisasi ada yang sesuai dan ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan agar dapat bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan budayanya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan kerja. Memang banyak faktor lain yang menyebabkan anggota tidak memperoleh kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan faktor yang utama.
Baca Juga
KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN
B.Rumusan Masalah
a.Apa pengertian budaya dan organisasi?
b.Apa pengertian budaya organisasi?
c.Mengapa budaya sangat penting dalam oraganisasi?
d.Apa yang menjadi faktor penentu terbentuknya budaya organisasi?
e.Bagaimana tipe, fungsi dan karakteristik budaya organisasi?
f.Bagaimana pengaruh budaya keja terhadap manajemen organisasi pendidikan Islam?
C.Tujuan Pembahasan
a.Untuk mengetahui pengertian budaya dan organisasi
b.Untuk mengetahui pengertian budaya organisasi
c.Untuk mengetahui pentingnya budaya dalam organisasi
d.Untuk mengetahui faktor penentu terbentukya budaya organisasi
e.Untuk mengetahui tipe, fungsi dan karakteristik budaya organisasi
f.Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja terhadap manajemen organisasi pendidikan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Budaya dan Organisasi
1.Pengertian Budaya
Krober dan kluchon tahun 1952 menemukan 164 definisi budaya. Taliziduhu Ndraha dalam bukunya Budaya Organisasi mengemukakan pendapat Edward Burnett dan Vijay Sathe, sebagai berikut.
1.Vijay Sathe: “Culture is the set of important assumption (opten unstated) that members of a community share in common.” (Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiiki bersama anggota masyarakat).[ U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 87]
2.Edgar H.Schein: “Budaya adalah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah, adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, budaya diajarkan/diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut.”
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai budaya, yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat absrak. Adapun perwujudan budaya berupa benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lainnya, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia melangsungkan kehidupan bermasyarakat. [ Ibid, hlm. 88]
2.Pengertian Organisasi
Organisasi dalam bahasa yunani berasal dari kata organon yang berarti alat. Pengertian organisasi telah telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan berbagai bahan perbandingan, berikut disampaikan beberapa pengertian organisasi.
a.Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya The Executive functions mengemukakan, “organisasi adalah sistem kerja sama antara dua orang atau lebih.”
b.James D. Mooney mengatakan, “organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.”
c.Robbins, S.P., (1986) mengatakan, “organisasi adalah suatu sistem yang terdiri atas pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.”
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sekumpulan orang dapat dikatakan sebagai organisasi jika memenuhi empat unsur pokok, yaitu:
1.Organisasi merupakan sistem;
2.Adanya pola aktivitas;
3.Adanya sekelompok orang;
4.Adanya tujuan yang telah diterapkan;
5.Kerja sama;
6.Sistem koordinasi;
7.Pembagian tugas dan tanggung jawab;
8.Sumber daya organisasi;[ Ibid, hlm. 92-94]
B.Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi telah banyak didefinisikan oleh pakar manajemen/organisasi. Berikut adalah beberapa definisi tentang budaya organisasi.
1.Michael Amstrong mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah pola sikap, keyakinan, asumsi, dan harapan yang dimiliki bersama, yang munkin tidak dicatat, tetapi membentuk cara bagaimana orang-orang bertindak dan berinteraksi dalam organisasi dan mendukung bagaimana hal-hal dilakukan.
2.Davis (1984) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi.[ Didin Kurniadin, Manajemen Pendidikan (Jogjakrta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 246]
C.Pentingnya Budaya Bagi Organisasi Bisnis
Sebagaimana diterangkan di muka, budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan lingkungan dimana organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. Budaya Organisasi penting sekali untuk dipahami karena banyak pengalaman menunjukkan bahwa ternyata budaya organisasi ini tidak saja berbicara mengenai bagaimana sebuah organisasi bisnis menjalankan kegiatan sehari-hari, tetapi juga sangat mempengaruhi bagaimana kinerja yang dicapai oleh sebuah organisasi bisnis. Sebagai contoh perusahaan Levi Strauss menganggap bahwa salah satu kunci kesuksesan bisnisnya adalah disebabkan oleh budaya organisasi yang telah dibangun di sebuah bangunan selama kurang lebih 68 tahun. Di sebabkan perkembangan bisnis yang pesat, para eksekutif di Levi Strauss berfikir untuk memindahkan perusahaannya ke bangunan yang lebih luas dan besar. Apa yang kemudian terjadi? Setelah mereka pindah ke bangunan 12 lantai, para eksekutif justru menemukan bahwa para anggota perusahaan tidak menikmati kepindahan kegiatan di bangunan yang baru, dan kinerja perusahaan justru menurun. Akhirnya eksekutif Levi Strauss memindahkan kembali kegiatannya ke gedung yang lama. Para anggota perusahaan menganggap bahwa gedung yang lama lebih membuat mereka merasa nyaman dalam bekerja, karena kesannya yang informal, dan dapat melakukan interaksi secara lebih mudah. Ternyata budaya informal yang dibangun di perusahaan Levi Strauss memegang kunci kesuksesannya.[ Nashar, Dasar-dasar Manajemen (Surabaya: Pena Salsabila, 2013),hlm. 83]
Budaya organisasi pada dasarnya merupakan apa yang dirasakan, diyakini, dan dijalani oleh sebuah organisasi. Bank Amerika misalnya memiliki budaya organisasi untuk bekerja secara formal, ketat, bahkan cenderung kaku dalam menjalankan peraturan. Para pegawai di perusahaan ini harus memakai pakaian yang sangat formal seperti kemeja, dasi, dan jas. Berbeda dengan perusahaan texas instruments yang menerapkan budaya organisasi di mana pengguna dasi merupakan sesuatu yang dihindari dalam bekerja, dan mereka cenderung untuk berbusana secara informal dan casual, seperti t-shirt, kaos, dan sebagian pekerjanya menggunakan jaket.
Budaya organisasi akan sangat berbeda dari satu perusahaan dengan perusahaan lain. Namun pada intinya yang di anut oleh sebuah perusahaan akan menentukan bagaimana kesuksesan dapat mereka raih. Namun demikian, budaya organisasi berbeda tidak saja antar perusahaan, namun juga antar bagian di sebuah perusahaan.bagian pemasaran dan SDM barangkali memiliki budaya organisasi yang lebih fleksibel dibandingkan dengan bagian keungan dan produksi. Oleh karena kecenderungan ini ada di setiap organisasi, maka budaya organisasi merupakan faktor yang akan menentukan bagaimana tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.[ Ibid, hlm. 84]
D.Faktor Penentu Terbentuknya Budaya Organisasi
kita barangkali akan bertanya-tanya dari mana sesungguhnya budaya organisasi itu ada. Berdasarkan catatan teoritis dan empiris, budaya organisasi merupakan nilai dan keinginan yang dipegang oleh sebuah organisasi dari sejak organisasi tersebut terbentuk, tumbuh, dan berkembang. Apa yang dirasakan, dialami oleh setiap perusahaan mulai mereka membangun bisnisnya hingga kesuksesan bahkan juga tidak juga terkecuali kegagalan yang pernah dialaminya, membangun sebuah budaya dalam organisasi.sebuah perusahaan akan menemukan bahwa dari sekian tahun perjalanan bisnisnya banyak hal yang kemudian dapat dijadikan nilai-nilai dan norma yang dapat dipegang teguh oleh organisasi untuk meraih sukses dalam jangka panjang.[ Ibid, hlm. 84]
Berdasarkan pemahaman di atas, faktor yang menentukan terbentuknya budaya organisasi adalah pengalaman yang dijalani oleh organisasi itu sendiri. Pengalaman bisa berupa kesuksesan maupun kegagalan. Kesuksesan bisa disebabkan karena karena adanya konsep bisnis yang tepat, pendekatan manajemen yang terbaik dan lain-lain. Sebaliknya kegagalan dapat disebabkan oleh ketidaktepatan konsep bisnis yang dijalankan, pendekatan manajemen yang buruk atau bahkan mungkin faktor lingkungan eksternal yang tidak sanggup diantisipasi oleh perusahaan. Fase-fase kesuksesan dan kegagalan ini pada dasarnya menentukan bagaimana budaya organisasi terbentuk dan diyakini kemudian oleh organisasi tersebut sebagai sebuah konsep norma dan nilai yang dianut dan mempengaruhi keseluruhan cara kerja perusahaan.[ Ibid, hlm. 85]
E.Tipe, Karakteristik, dan Fungsi Budaya
1.Tipe Budaya Organisasi
Noe dan Mondy (1996:237) membedakan tipe budaya organisasi dalam dua kelompok, yaitu:
1) Open and participative culture;
2)Closed and autocratic culture. Open and participative culture ditandai oleh adanya kepercayaan terhadap bawahan, komunikasi yang terbuka, kepemimpinan yang sportif dan penuh perhatian, penyelesaian masalah secara kelompok, adanya otonomi pekerja, sharing informasi, serta pencapaian tujuan yang output-nya tinggi.
Closed and autocratic culture ditandai oleh pencapaian tujuan output yang tinggi, namun pencapaian tersebut mungkin lebih dinyatakan dan dipaksakan pada organisasi dengan para pemimpin yang otokrasi dan kuat. Semakin besar rigiditas dalam budaya ini, yang merupakan hasil kepatuhan yang ketat terhadap suatu mata rantai komando formal, semakin sempit pula tentang manajemen dan akuntabilitas individual. Selain itu, karakteristik ini lebih menekankan pada individual daripada teamwork.[ Didin Kurniadin, Ibid, hlm. 247-248]
2.Fungsi Budaya Organisasi
a.perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi
b.alat pengorganisasian anggota
c.menguatkan nilai-nilai dalam organisasi
d.mekanisme kontrol perilaku (Nelson dan Quick, 1997), pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
e.Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi
f. Mempermudah tumbuhnya komitmen
g.Meningkatkan kemantapan sistem sosial, sebagai perekat sosial, menuju integrasi organisasi.[ U. Saefullah, Ibid, hlm. 101]
3.Karakteristik Budaya Organisasi
Susanto (1997: 17) mengemukakan sepuluh karakteristik budaya organisasi sebagai berikut.
1. Inisiatif individu: seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Hal ini meliputi tanggung jawab, kebebasan, dan indepedensi dari masing-masing anggota organisasi, dalam artian seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam melaksanakan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya dan seberapa luas kebebasan mengmbil keputusan.
2. Toleransi terhadap risiko: menggambarkan seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih agresif, inovatif, dan mau menghadapi risiko dalam pekerjaannya.
3. Pengarahan: berkenaan dengan kejelasan sebuah organisasi dalam menentukan objek dan harapan terhadap sumber daya manusia terhadap hasil kerjanya. Harapan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas, dan waktu.
4.Integrasi: seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama yang ditekankan dalam melaksanakan tugas dari masing-masing unit di dalam suatu organisasi dengan koordinasi yang baik.
5.Dukungan manajemen: dalam hal ini seberapa jauh para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
6.Pengawasan: meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk melihat secara keseluruhan dari perilaku karyawan.
7.Identitas: menggambarkan pemahaman anggota organisasi yang loyal kepada organisasi secara penuh dan seberapa jauh loyalitas karyawan tersebut terhadap organisasi.
8.Sistem penghargaan pun akan dilihat dalam budaya organisasi, dalam arti pengalokasian reward (kenaikan gaji, promosi) berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan yang telah ditentukan.
9.Toleransi terhadap konflik: menggambarkan sejauh mana usaha untuk mendorong karyawan agar bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi.
10.Pola komunikasi yang terbatas pada hierarki formal dari setiap perusahaan.[ Didin Kurniadin, Ibid, hlm. 254-255]
F.Pengaruh Budaya Kerja terhadap Manajemen Organisasi Pendidikan Islam
Salah satu yang berpengaruh terhadap manajemen lembaga pendidikan islam adalah adanya budaya kerja dalam organisasi. Budaya kerja sudah lama dikenal oleh umat manusia, tetapi belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, agama, norma, dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan kualitas kerja, dinamakan budaya kerja.[ U. Saefullah, Ibid, hlm. 103]
Budaya kerja merupakan pandangan hidup yang menjadi nilai, kebiasaan, kekuatan, dan pendorong dalam kehidupan kelompok masyarakat atau organisasi, yang tercermin pada sikap dan perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat, dan tindakan dalam pekerjaan dan profesionalisme. Budaya kerja organisasi meliputi manajemen pengembangan, perencanaan, produksi, dan pelayanan produk yang berkualitas, ekonomis, dan memuaskan.
Dengan demikian, budaya kerja menggambarkan hal-hal berikut:
1.Kualitas manusia berkaitan dengan identitas bangsa yang menjadi tolok ukur dalam pembangunan.
2.Integritas bangsa yang menjamin kesinambungan kehidupan bangsa.
3.Falsafah bangsa yang mendorong prestasi kerja.
4.Reformasi kinerja dan tanpa henti melakukan penyempurnaan dan perbaikan.
5.Perilaku kerja yang tercermin pada sikap disiplin, kerja keras, ulet, produktif, tanggung jawab, motivasi, manfaat, kreatif, dinamis, konsekuen, konsisten, responsif, mandiri, dan penuh tanggung jawab (Umam, 2012: 18).[ U. Saefullah, Ibid, hlm. 104]
Budaya kerja dalam organisasi berdampak positif pada manajemen kelembagaan pendididkan islam, yaitu sebagai berikut:
1.Menghargai waktu
2.Bekerja dengan sebaik mungkin
3.Bekerja secara profesional
4.Bekerja dengan jujur dan berniat ibadah
5.Meningkatkan prestasi kerja
6.Kinerja yang optimal
7.Membangun manajemen keterbukaan
8.Kompetisi yang sehat
9.Menghilangkan kolusi, nepotisme, dan korupsi
10.Menerapkan cara kerja yang efektif dan efisien
11.Kepemimpinan yang karismatik dan demokratis
12.Membuka peluang yang sama untuk semua pegawai dalam mengembangkan prestasi, karier, dan jabatannya.
13.Melaksanakan kepemimpinan atas dasar kekuasaan yang sah, mekanisme sistem informasi yang baik, dan partisipasi aktif dari bawahan.
14.Membangun prinsip-prinsip etika manajemen dalam lembaga pendidikan islam. Prinsip-prinsip etika manajemen menurut Supriadi (2007: 20) dalah sebagai berikut.
a.Prinsip keindahan (beauty)
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Banyak filsuf mengatakan bahwa hidup dan kehidupan manusia merupakan keindahan. Dengan demikian, berdasarkan prinsip ini, etika manusia berkaitan atau memerhatikan nilai-nilai keindahan. Etika dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang dilandasi oleh nilai-nilai estetika antara lain diwujudkan dengan perancangan tata ruang, furnitur, dan hiasan dinding serta eksesoris lainnya yang bersifat islami dan menarik.[ U. Saefullah, Ibid, hlm. 105]
b.Prinsip persamaan (equality)
Hakikat kemanusiaan menghendaki adanya persamaan antara manusia. Setiap manusia yang terlahir di bumi memiliki hak dan kewajiban masing-masing, pada dasarnya adalah sama atau sederajat. Konsekuensi dari ajaran persamaan ras juga menuntut persamaan di antara beraneka ragam etnis. Etika yang dilandasi oleh prinsip persamaan (equality) ini dapat menghilangkan perilaku diskriminatif, yang membeda-bedakan dalam berbagai aspek interaksi manusia. Guru misalnya, tidak dapat membeda-bedakan tingkat pelayanan terhadap muridnya. Yang membedakan dalam pemberian layanan guru kepada muridnya adalah tinggi rendahnya tinggi tingkat urgensinya, sehingga dapat diberikan prioritas-prioritas tertentu.
c.Prinsip kebaikan (goodness)
Secara umum, kebaikan berarti sifat atau karakterisasi dari sesuatu yang menimbulkan pujian. Perkataan baik (good) mengandung sifat seperti persetujuan, pujian, keunggulan, kekaguman, atau ketepatan. Dengan demikian, prinsip kebaikan sangat erat kaitannya dengan hasrat dan cita manusia. Apabila orang menginginkan kebaikan dari suatu ilmu pengetahuan, misalnya, ia akan mengandalkan objektivitas ilmiah, kemanfaatan pengetahuan, rasionalitas, dan sebagainya. Jika menginginkan kebaikan tatanan sosial, yang diperlakukan adalah sikap-sikap sadar hukum, saling menghormati, perilaku yang baik (good habits), dan sebagainya. Jadi, lingkup dari ide atau prinsip kebaikan bersifat universal. Kebaikan ritual dari agama yang satu mungkin berlainan dengan agama yang lain. Akan tetapi, kebaikan agama yang berkenaan dengan masalah kemanusiaan, hormat-menghormati di antara sesama, berbuat baik kepada orang lain, kasih sayang, dan sebagainya merupakan nilai-nilai kebaikan yang sudah pasti diterima.
Dalam lembaga pendidikan Islam, tujuan penyelengaraan, pembagunan, dan pelayanan pada dasarnya menciptakan kebaikan dan perbaikan bagi anggota lembaga.[ U.Saefullah, Ibid, hlm. 106]
d.Prinsip keadilan (justice)
Suatu definisi tertua yang hingga kini masih sangat relevan untuk merumuskan keadilan (justice berasal dari zaman Romawi Kuno) adalah justitia est contants et perpetua voluntas jus suum cuique tribuendi (keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya)
e.Prinsip kebebasan (liberty)
Secara sederhana, kebebasan dapat dirumuskan sebagai keleluasaan untuk bertindak atau tidak bertindak berdasarkan pilihan yang tersedia bagi seseorang. Kebebasan muncul dari doktrin bahwa setiap orang memiliki hidupnya sendiri, dan memiliki hak untuk bertindak menurut pilihannya sendiri kecuali jika pilihan tindakan tersebut melanggar kebebasan yang sama dari orang lain sehingga kebebasan manusia mengandung pengertian:
1)Kemampuan untuk menentukan sendiri;
2)Kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan.
Tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab, dan begitu pula tidak ada tanggungjawab tanpa kebebasan. Semakin besar kebebasan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar pula tanggung jawab yang dipikulnya.
f.Prinsip kebenaran (truth)
Ide kebenaran biasanya dipakai dalam pembicaraan mengenai logika ilmiah, sehingga diketahui adanya kriteria kebenaran dalam berbagai cabang ilmu, misalnya matematika, ilmu fisika, biologi, sejarah, dan filsafat. Akan tetapi, ada pula kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan dengan keyakinan, bukan dengan fakta empiris dan positivistis. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan kepada masyarakat agar masyarakat meyakininya secara rasional. Oleh karena itu, kebenaran dalam konteks pemikiran dengan keyakinan agama perlu dibedakan. Kebenaran dalam pemikiran bersifat relatif, sedangkan kebenaran karena keyakinan dapat bersifat absolut.[ Ibid, hlm. 107]
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
1.Budaya adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat absrak. Sedangkan, organisasi adalah organisasi adalah suatu sistem yang terdiri atas pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.
2.Budaya organisasi adalah pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi.
3.Budaya bagi organisasi bisnis penting sekali untuk dipahami karena banyak pengalaman menunjukkan bahwa ternyata budaya organisasi ini tidak saja berbicara mengenai bagaimana sebuah organisasi bisnis menjalankan kegiatan sehari-hari, tetapi juga sangat mempengaruhi bagaimana kinerja yang dicapai oleh sebuah organisasi bisnis.
4.Faktor yang menentukan terbentuknya budaya organisasi adalah pengalaman yang dijalani oleh organisasi itu sendiri. Pengalaman bisa berupa kesuksesan maupun kegagalan.
5.Tipe dalam budaya organisasi adalah Open and participative culture dan Closed and autocratic culture.
Fungsi budaya organisasi adalah Perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi, alat pengorganisasian anggota dan menguatkan nilai-nilai dalam organisasi.
Karakteristik budaya organisasi adalah Inisiatif individu, toleransi terhadap risiko, pengarahan, integrasi, dukungan manajemen, pengawasan, identitas, sistem penghargaan pun akan dilihat dalam budaya organisasi, Toleransi terhadap konflik, pola komunikasi yang terbatas pada hierarki formal dari setiap perusahaan.
6.Yang berpengaruh terhadap manajemen lembaga pendidikan islam adalah adanya budaya kerja dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Saefullah, U. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2012
Kurniadin, Didin. Manajemen Pendidikan. Jogjakrta: Ar-Ruzz Media. 2012
Nashar. Dasar-dasar Manajemen. Surabaya: Pena Salsabila. 2013