BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bekalang Masalah
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Hal ini mengandung pengertian bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari kerja filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai aliran, seperti aliran progesivisme. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat memiliki berbagai macam aliran, maka dalam filsafat pendidikan akan kita temukan juga berbagai macam aliran. Adapun aliran progresivisme dalam filsafat pendidikan akan kita bahas pada makalah ini.
Dari perkembangan pemikiran para filosof yang berbeda dalam menanggapi segala sesuatu, maka muncullah berbagai macam karakteristik pemikiran-pemikiran yang kemudian menjadi sebuah ciri khas dari seorang filosof sebagai hasil pemikiran tertinggi. Sejarah mencatat bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangan filsafat terdapat berbagai macam perbedaan yang jelas dari masing-masing tokoh filsafat.
Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan, bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau aliran. Dimana sebuah pemikiran manusia tidak akan pernah final ketika memikirkan sesuatu yang masih mungkin bisa dipikirkan. Oleh sebab itu, dunia filsafat pendidikan pun mempunyai berbagai pandangan ataupun aliran yang berbeda.
Dalam pandangannya progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Oleh sebab itu akan dikaji lebih jauh bagaimana dasar konsep progressivisme yang terus berkembang, yang mana hasil tersebut akan menjadi bahan acuan pembaharuan-pembaharuan pendidikan dalam setiap bidangnya.
- Rumusan Masalah
- Bagaimana Pengertian dan Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan Progresivisme?
- Apa Landasan Filosofis Filsafat Pendidikan Progresivisme?
- Bagaimana Pandangan Filsafat Pendidikan Progresivisme Terhadap Pendidikan?
- Tujuan
- Untuk mengetahui Pengertian dan Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan Progresivisme.
- Untuk mengetahui Landasan Filosofis Filsafat Pendidikan Progresivisme.
- Untuk mengetahui Pandangan Filsafat Pendidikan Progresivisme Terhadap Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
- Progresivisme Dalam Pengertian dan Sejarah.
1. Pengertian Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi ragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan, dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi.
Dengan pemilikan kemampuan berpikir yang baik, subjek-subjek didik akan terampil membuat keputusan-keputusan terbaik pula untuk dirinya dan masyarakatnya serta dengan mudah pula dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.[1]
Menurut Redja Mudyaharjo, Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).[2]
Para progresivis berkeyakinan, bahwa manusia secara alamiah memiliki kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan atau mengatasi berbagai problem kehidupannya menuju suatu perkembangan yang lebih baik, yang mengarah pada suatu progres.
2. Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan Progresivisme.
Secara historis, progresivisme ini telah muncul pada abad ke-19, namun perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, terutama di negara Amerika Serikat. Bahkan pemikiran yang dikembangkan aliran ini pun sesungguhnya memiliki benang merah yang secara tegas dapat dilihat sejak zaman Yunani kuno.
Lahirnya filsafat pendidikan progresivisme, merupakan protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan konvensional yang bersifat formalis tradisionalis yang telah diwariskan oleh filsafat abad ke-19 yang dianggapnya kurang kondusif dalam melahirkan manusia-manusia yang sejati.[3]
Dalam kesejarahannya, filsafat progressivisme bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910), dan John Dewey (1859-1952), yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis. Dan dalam banyak hal progressivisme identik dengan pragmatisme. Oleh karena itu apabila orang menyebut pragmatisme, maka berarti sama dengan progressivisme. Filsafat Progressivisme tidak mengakui kemutlakan kehidupan, menolak absolutisme dan otoriterisme dalam segala bentuknya, nilai-nilai yang dianut bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan, sebagaimana dikembangkan oleh Immanuel Kant, salah seorang penyumbang pemikir pragmatisme-progressivisme yang meletakkan dasar dengan penghormatan yang bebas atas martabat manusia dan martabat pribadi. Sehingga filsafat ini menjunjung tinggi hak asasi individu dan menjunjung tinggi nilai demoktratis.
Oleh karena itu, filsafat progressivisme ini dianggap sebagai the liberal road of the culture (kebebasan mutlak menuju ke arah kebudayaan), maksudnya nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka (open minded), dan menuntut pribadi-pribadi penganutnya untuk selalu bersikap menjelajah, meneliti, guna mengembangkan pengalamannya. Mereka harus memiliki sikap terbuka dan berkemauan baik sambil mendengarkan kritik dan ide-ide lawan sambil memberi kesempatan kepada mereka untuk membuktikan argumen tersebut.[4]
Tokoh Progresivisme Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir & rdquo; pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya & rdquo;. Fungsi berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat perasaan dan gerak jasmaniah adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.[5]
- Landasan Filosofis Filsafat Pendidikan Progresivisme.
Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme Baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.
Progresivisme beranggapan bahwa kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh manusia tidak lain adalah karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logis dan sisematisasi berpikir ilmiah. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya dalam masyarakat. Aliran ini memandang, bahwa yang riil adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan dipraktikkan dalam kehidupan nyata.[6]
- Pandangan Filsafat Pendidikan Progresivisme Terhadap Pendidikan
Pendidikan dalam aliran Progressivisme ini muncul sebagai oposisi atas pendidikan model tradisional di Amerika Serikat, sekitar tahun 1800-an. Kebangkitan ini dipicu oleh adanya anggapan dari masyarakat terutama para pendidik bahwa sekolah gagal untuk menjaga langkah dari zaman dengan perubahan hidup yang terjadi dalam masyarakat Amerika itu sendiri. bahwa Progressivisme muncul untuk mereformasi metode-metode pendidikan tradisional. Para pendidik progressivisme berpikiran bahwa para guru haruslah dibayar lebih banyak agar mereka lebih banyak juga memberikan perhatian kepada murid-murid secara individu dan menghilangkan pandangan atau pendapat bahwa semua murid itu memiliki kemampuan yang sama.
Berdasarkan pada pandangan ini pula, maka aliran ini berpendapat bahwa pendidikan mestilah dimaknai sebagai sebuah proses yang berlandaskan pada asas pragmatis. Dengan asas ini, pendidikan bertujuan untuk memberikan pengalaman empiris kepada anak didik sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat.[7]
Oleh karena itu, sekolah yang ideal menurut alirannya adalah sekolah yang mengaksentuasikan isi pendidikannya pada persoalan-persoalan yang terdapat di lingkungan masyarakat, serta dapat memberi jaminan kepada para siswanya selama ia belajar. Maksudnya adalah bahwa sekolah harus mampu untuk membantu dan menolong siswanya untuk bertumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan tempat untuk para murid untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui bimbingan para guru.[8]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
a) Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
b) Lahirnya filsafat pendidikan progresivisme, merupakan protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan konvensional yang bersifat formalis tradisionalis yang telah diwariskan oleh filsafat abad ke-19 yang dianggapnya kurang kondusif dalam melahirkan manusia-manusia yang sejati.
c) Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme Baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.
d) bahwa pendidikan mestilah dimaknai sebagai sebuah proses yang berlandaskan pada asas pragmatis. Dengan asas ini, pendidikan bertujuan untuk memberikan pengalaman empiris kepada anak didik sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat.
DAFTAR RUJUKAN
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama, 2011,
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Siswanto, http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/tadris/article/view/203/194. Di akses (18-09-2016: 11.18).
http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/ALIRANPENDIDIKANPR_MuhammadNasrudinRosid_8805.pdf. Di akses (18-09-2016: 11.18)
http://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera53-5i7a8ujE-4a5FZerUL4qzKqK.pdf Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013, Di akses (18-09-2016: 11.18)
[1] Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama, 2011, Hlm. 151
[2] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, Hlm. 142
[3] Ibid, Hlm. 152
[4]Siswanto, http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/tadris/article/view/203/194. Di akses (18-09-2016: 11.18)
[5]http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/ALIRANPENDIDIKANPR_MuhammadNasrudinRosid_8805.pdf. Di akses (18-09-2016: 11.18)
[6] Ibid, Hlm. 154
[7] Ibid, Hlm. 156
[8] http://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera53-5i7a8ujE-4a-5FZerUL4qzKqK.pdf Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013, Di akses (18-09-2016: 11.18)