Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Sabtu, 26 Januari 2019

peran stakeholder dalam manajemen pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya melibatkan peran serta stakeholder dalam penyelenggaraan sekolah bukan hal baru dalam dunia pendidikan di negara kita. Secara yuridis formal, peran stakeholder mi telah diatur dalam Undang-Undang Pendidikan. Selain itu, kenyataan telah menunjukkan bahwa hubungan antara keberhasilan sekolah- performance sekolah- dan stakeholder sangat kuat. Kedua belah pihak saling mendukung dan membutuhkan. Program-program pendidikan yang digarap sekolah tidak bisa dilepaskan begitu saja tanpa memperhatikan kebutuhan pemakainya. Begitu juga sebaliknya, masyarakat (stakeholder) tidak bisa membiarkan program-program pendidikan berjalan begitu saja tanpa ada kendali masyarakat. Hubungan antara stakeholder dan sekolah mi merupakan hubungan tanggung jawab mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian program pendidikan. Sebab, tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan tidak bisa diserahkan kepada salah satu pihak saja yaitu pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Pengalaman- pengalaman empirik, baik secara histories ataupun hasil-hasil penelitian ilmiyah telah banyak mendorong lahirnya berbagai kebijakan strategis untuk mengatur peran serta stakeholder dalam penyelengagaraan pendidikan, mulai dan tingkat pusat sampai di tingkat operasional di sekolah.peran stakeholder dalam penyelenggaraan pendidikan benar-benar memiliki kedudukan strategis dan sangat kuat ( Biro perencanaan Depdiknas, 2000). Bahkan factor mi merupakan suatu peluang yang harus dioptimalkan. Makmun (2000) mengatakan bahwa suatu manajnen itu akan berhasil jika mampu mengoptimalkan pemberdayaan dan pemanfaatan kekuatan dan peluang yang di milikinya serta mampu meminimalkan intensitas pengaruh faktor kelemahan dan hambatan disertai dengan upaya untuk memperbaiki atau mengatasinya.
Salah satu komponen penting dalam perencanaan strategis dâlam pendidikan adalah stakeholder. Sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai system yang terdiri dan berbagai komponen, stakeholder sangat berarti bagi komponin lainnya, oleh karena itu peran stakeholder hams dioptimalkan dalam kaitan mi, persoalan yang dihadapi antara lain
stategi apa yang hams dikembangkan dalam rangka mengoptimalkan peran serta stakeholder dalam penyenggaraan pendidikan.
Masalah ini merupakan persoalan yang cukup krusial yang hams mendapatkan pemecahan semua pihak, terutama pam manajer di sekolah sebab stakeholder suatu sekolah cukup bervariasi baik dari segi profesi, kepentingan, motivasi, dan kemampuannya. Persoalan tentang profesi yang berkaitan dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap sekolah yang akan terlibat dalam urun rembuk perencanaan strategi ataupun operasional di sekolah. Pihak-pihak terkait mi nantinya mewamai berbagai keinginan, kepentingan, dan motif yang hams mendapat porsi wajar sehingga masingmasing pihak merasa terakomodasi dengan baik sehingga tumbuh sikap kepedulian semua pihak. Stakeholder merasa berkepentingan terhadap sekolah, dan sebaliknya sekolah membutuhkan stakeholdemya. Penyatuan komitmen semua pihak mi akan tercapai jika semua pihak merasa terakomodasi dan saling kontributif. Dengan demikian, sikap yang tidak proporsional yang muncul dikalangan tertentu dari salah satu stakeholder dapat dihindari. Antara lain adanya kecendrungan untuk mempercayakan seratus persen pendidikan anak terhadap pihak sekolah (guru) yang tidak disertai dengan perlakuan yang sepadan. Acapkali, apabila tingkat prestasi anak tidak memenuth harapannya sekolah atau guru yang dijadikan penyebab utama atau pihak yang bertanggung jawab. Hubungan seperti ini, laksana hubungan seorang pembei dan penjual barang komoditas. Disinalah pentingnya penyadaran kedua belah pihak sehingga muncul konsepsi tentang sekolah dan performan yang dimaui semua pihak.
Persoalan lain yang harus diperhatikan sehubungan dengan strategi pengembangan peran serta stakeholder menyangkut masalah pola hubungan dan system peran serta yang akan di terapkan oleh pihak sekolah dan pihak terkait. Kita menyadari bahwa tingkat kritis masyarakat saat mi sudah jauh berkembang. Dalam hal mi pola hubungan yang manut terhadap pihak atas semata telah mengalami perubahan pula. Komonikasi monolog tidak tepat bahkan dapat menghambat potensi kritis yang ada dalam masyarakat. Dialog merupakan suatu jalan yang memungkirikan terjadinya titik temu dalam menyikapi dan menghargai keragaman termasuk didalamnya penyatuan konsepsi tentang performan sekolah selain itu system hubungan antara arus bawah dan atas hams dipertemukan.
Baca Juga
INTERAKSI INDIVIDU DENGAN LINGKUNGAN
B. Rumusan masalah
Sehubungan dengan judul dan latar belakang diatas adalah:
1. Bagaimana konsepsi peran stakeholder yang ideal dalam manajemen pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan adalah untuk mendiskripsikan tentang:
1. Konsep peran stakeholder yang ideal dalam manajemen pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Stakeholder dan performan sekolah
1. Pengerlian dan pihak-pihak stakeholder.
Secara harfiah, stakeholder dapat diartikan sebagai pemegang tongkat. Sedangkan secara etimologis, stakeholder dapat dimaknai sebagai pihak-pihak yang berkepentingan dan berpengaruh baik dari dalam atau luar organisasi terhadap keberadaan dan keberlangsungan suatu organisasi. Hal mi di perkuat oleh pendapat Gareth R. jones (1995) bahwa Stakeholder are people who have interest, claim, or stake in the organ izat on1 inwhat it-does ,and in how -
Well-it Perfoins.
Umunmya para stkaholder terdorong untuk berpartisipasi dalam suatu organoisasi, jika mereka menerima inducement (hadiah, seperti uang, kekuasaan, dan kedudukan dalam organisasi) yang melebihi nilai kontribusinya (keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang dikehendaki). Demikian juga pthak-pihak yang berkepentingan pada setiap jenis organisasi relatif berbeda, apakah itu organisasi Pemerintahan atau Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi bisnis atau industri. Sering kali dijumpai dalam suatu perencanaan terhadap pemecahan isu-isu utama dalam pembangunan terhadap pihak-pihak berkepentingan yang sangat berbeda, bahkan sangat bertentangan antara satu dengan yang lainnya, sehingga dalam suasana yang demikian itu sangat diperlukan prioritas penentuan keberartian dan setiap stakeholder.
Berdasarkan unsur kepentingan organisasi maka stake holder dapat dibedakan menjadi dua yaitu; stakeholder dari dalam dan luar.
a. Stakeholder dari dalam organisasi sekolah.
Stakeholder dari dalam organisasi sekolah merupakan pihak yang paling memiliki otoritas, kapasitas, dan intensitas yang cukup besar terhadap berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar guna mencapai visi dan melaksanakan misi sekolah. Pihak mi memiliki tanggung jawab besar dalam rangka mempertanggungjawabkan akuntabilitas organisasi. Program-program sekolah yang telah disepakati berdasarkan proses manajemen yang mantap harus dijabarkan dan dilaksanakan dalam bentuk aktivitas.
Berdasarkan unsur kepentingan hanya mewakili satu kelompok dalam stakeholder yaitu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah yang telah ditetapkan. Hal mi disebabkan karena kelompok ini memiliki tanggung jawab profesional.
b. Stakeholder dari luar organisasi sekolah
Pihak stakeholder dari luar organisasi mi secara structural tidak memiliki tanggung jawab langsung terutama dalam rangka pencapaian dan pelaksanaan program-program sekolah :Tetapi kelompok mi cukup memiliki peran yang menentukan dalam rangka pemmusan visi dan misi sekolah, kepentingan dan aspirasi kelompok mi harus benar-benar mendapatkan porsi yang wajar. Di samping sebagai pihak yahg menaruh perhatian dan kepercayaan yang cukup besar terhadap seklah terutama dalam hal pendidikan siswa. Kelompok mi termasuk pihak-pihak yang nantinya terlibat sebagai pengguna output sekolah.
c. Sumber kekuatan stakeholders
Pada hakekatnya ada beberapa sumber kekuatan stakeholder.perencanaan yang profesional seharusnya mampu mengidentifikasi kekuatan stakeholder. Hal ini penting sekali karena dengan identifikasi sumber kekuatan stakeholder secara tepat akan memudahkan perencanaan untuk mengembangkan perencanaan yang sitematik,terarah, tepat,dan proporsional,dan komprehensip yang pada akhirnya juga upaya mi akan mampu memberikan kemudahan bagi pam pelaksana dan pemantau kegiatan organisasi.

2. Performan sekolah
a. Pengertian performan sekolah
Secara sederhana performance sekolah dapat diartikan penampilan sekolah,baik secara fisik ataupun nonfisik. Pengertian ini,nampak sederhana namun demikian kita perlu berhati-hati menterjemahkan penampilan sekolah yang menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah. Penampilan sekolah tidak hanya merujuk pada penampilan fisik sekolah, seperti gedung yang megah, perpustakaan yang dilengkapi dengan fasilitas serta sarana prasarana lain yang memenuhi standart.Penampilan sekolah merujuk pada aktivitas-aktivitas sekolah sebagai suatu sistem pendidikan di sekolah, mulai dari proses, output dan outcomesnya.
Pidarta ( 1990 ) mengatakan bahwa performance dalam perencanaan dapat dikenakan kepada semua unsur pendidikan. Jadi performan tidak berarti perilaku tertentu saja, melainkan juga bentuk-bentuk,sifat-sifat,dan proses-proses tertentu.Penampilan - penampilan tersebut pada akhirnya tetap mengacu pada masalah mutu pendidikan disekolah tersebut,baik mutu fisik,proses, out put, dan out comesnya sesuai dengan ukuran-ukuran tertentu.bagi kita menafsirkan mutu performance pendidikann perlu perhatian khusus,sebab mutu mi tidak bisa direpresentasikan path masalah prestase belajar saja,khususnya prestasi yang berkaitan dengan prestasi akademik.jika mutu pendidikan hanya mengacu pada prestasi akademik maka hal tersebut tentu saja kurang memenuhi harapan kita,karena prestasi akademik hanya menyentuh salah satu aspek prilaku siswa.Selama mi kita menyadari bahwa prestasi akademik diindentikkan dengan nilai yang dicapai siswa, baik nilai ulangan ,rapor,ataupun NEM. Sedangkan tes yang digunakan untuk mendapatkan nilai tersebut pada umumnya mengukur aspek kognitif saja. Kondisi tes seperti mi tentu saja belum mampu memberikan gambaran valid tentang kemampuan siswa secara utuh.
Pada pembahasan mi mum yang dimaksudkan mengacu pada masalah kualitas,baik yang berkaitan dengan kondisi fisik dan sarana pendidikan, proses pembelajaran. Dan mutu lulusannya sesuai dengan harapan path stakeholdemya dan tujuan pendidikan secara umum Berdasarkan aspek-aspek tersebut performan sekolah dapat diartikan sebagai perwujudan semua komponen sekolah dan hasil-hasilnya serta dampaknya terhadap masyarakat sesuai dengan tolok ukur tertentu.tolok ukur mi jika dikaitkan dengan sasaran dan tujuan sekolah dapat disamakan dengan Bidang hasil pokok. Satori (2000) mengatakan bahwa Bidang basil pokok merupakan produk lembaga yang menjadi orientasi kinerja lembaga,dan sekaligus merupakan alasan mengapa lembaga tersebut diperlukaan serta adanya nilai keunggulan dan kreatrifitas jika dibandingkan dengan lembaga lain.Sedangkan dari segi wujud/bentuk dan produknya adalah kwalitas (Mutu).kreatifitas,dan nilai keunggulan.
b. Aspek-aspek performance sekolah
Berdasarkan pembahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa aspek performan sekolah sangat kompleks.Performance mengacu pada bentuk-bentuk ,sifat-sifat, proses,dan hasil-hasil yang dicapai dalam keseluruhan proses,pendidikan disekolah.semua aspek tersebut hams sesuai dengan tujuan atau criteria tertentu sebagai acuan kualitas. Dengan demikian aspek-aspek performance sekolah mi dapat dirinci menjadi:
1. Aspek-aspek yang berkaitan dengan masukan pendidikan
Masukan pendidikan sangat mempengaruhi performance dan mutu pendidikan disekolah . Bentuk,wujud,dan kualitasnya sebagai masukan mentah dapat mempengaruhi proses dan kualitas kegiatan pendidikan berikutnya. Karena itu wujud awal suatu masukan pendidikan mi hams dijadikan standar awal pengukuran kinerja suatu sekolah sehingga dapat diketahui performance sekolah secara keseluruhan. Unsur-unsur masukan mi dapat berupa; siswa;guru;sarana;dan prasarana pendidikan.
2. Aspek-aspek yang berkaitan dengan proses pendidikan
Proses pendidikan merujuk path aktivitas pembelajaran di sekolah , yaitu system interaksi antar komponen-komponen pendukung yang ada,seperti siswa,guru,kurikulum,tujuan pembelajaran, manajemen,dan prosedur didaktik sesuai dengan standar atau aturan yang disepakati secara umum. Aspek-aspek tersebut akan berinteraksi dengan baik jika didukung lingkungan belajar yang kondusif,misalnya suasana yang demokratis,ramah,dan menyenangkan. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia menyebutkan bahwa faktor guru ,buku pelajaran proses pendidikan ,alat pelajaran, manajemen sekolah,besarnya kelas sekolandan faktor keluarga merupakan faktor-faktor yang ditemukan sangat ampuh didalam memberikan efek terhadap prestasi belajar murid ( Surjadi, 1989 ).Sedangkan secara individual ataupun kelompok proses belajar yang bermutu baruslah merupakan proses belajar yang bermakna terhadap siswa. Proses belMar mi akan terjadi jika apa yang diajarkan berkaitan erat dengan pengalaman kognitif,afektif,dan psikomotorik yang telah ada dalam diii anak, sehingga menghasilakn pengalaman yang lebih luas,mendalam,mantap,dan bernilai (Noehi, 1992)
3. Aspek-aspek yang berkaitan dengan keluaran pendidikan,
Out Put pendidikan sangat menentukan performan sekolah yang baik.Masyarakat beranggapan bahwa sekolah yang baik jika mutu lulusannya baik yang ditandai dengan pencapaian prestasi akademik tinggi,seperti nilai repor para siswa ,NEM di atas rata-rata sekolah lain ,serta jumlah siswa dapat diterima disekolah yang lebih tinggi . Out put pendidikan sangat berkaitan dengan mutu siswa secara utuh,tentu saja mutu siswa mi tidak bisa diukur dengan salah satu keberhasilan aspek perilaku siswa seperti prestasi akademik, tetapi berkaitan dengan perkembangan siswa secara keseluruhan ,baik kognisi,afeksi, dan psikomotoriknya. Bagian —bagian mi hams menjadi komitmen sekolah untuk mengembangkannya secara utuh. Sesuai dengan obyek penilaian hasil belajar yaitu adanya perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif. Hal mi dimungkinkan karena alat ukur atau tes prestase akademik belum mampu menyentuh aspek-aspek lain. Yaitu afeksi dan psikomotorik
Kemampuan kognitif merujuk pada pengembangan kemampuan berfikir logis dan kemampuan berfikir kreatifKemampuan berfikir logis antara lain ditandai dengan:
-Kemampuan berfikir profesional; -Kemampuan berfikir 'probalistik, Kemampuan berfikirk orelasional. Kemampuan berfikir kreatil ditandai dengan - Kemampuan berffkir lancar (fluence); - Ketrampilan berfikir luwes (Flexible) - Ketrampilan berfikir orisina1; - Ketrampilan berfikir secara terinci (elabolatif) Kemampuan afektif meliputi kemampuan seseorang mengembangkan prasaan dan emosinya secara fungsional dan bertanggung jawab kearah tercapainya keseimbangan antara rasio, indera,persepsi,imajinasi,dan Karsa.
Pengembangan kemampuan afektif dimaksudkan untuk mempertinggi keteguhan seseorang terhadap penunaian tugas dan tanggung jawabnya. Bagi siswa kometmen itu dapat diukur melalui penyelesaian tugas-tugas mereka dalam kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada pencapaian prestasi yang maxsimal sesuai dengan kemampuan psikologis dan social yang mereka miliki.Sikap yang mendatangkan kegiatan belajar dan bekerja sebagai bagian dari kehidupan adalah dasar untuk meraih prestasi gemilang. Orang Jepang misalnya dapat menunjukkan prestasi keunggulannya diantara berbagai bangsa dalam bidang ekonomi,Iptek,dan sebagainya karena memiki komitmen yang amat tinggi terhadap dunia profesinya.
Deminsi psikomotorik ditandai dengan keterampilan dan daya tahan fisik dalam menyelesaikan dalam tugas-tugas akademik yang merupakan wujud dari gabungan antara sejumlah proses psikomotorik yang terjadi pada din seseorang dan bekerjanya secara maksimal unsur-unsur fisik yang relevan untuk menunaikan tugas itu.
d. Aspek-aspek yang berkaitan dengan dampak pendidikan terhadap masyarakat kita.
Bagi sekolah-sekolah tertentu,seperti sekolah kejuruan Out Comes pendidikan dapat dijadikan parameter performan sekolah yang baik.Ketentuan mi tentu saja tidak menutup kemungkinan untuk menilai sekolah umum.Jika kita kaji lebih jauh,kualitas pendidikan suatu sekolah pada akhimya sangat ditentukan oleh penerimaan masyarakat terhadap pam Out putnya.Sikap para lulusan yang sesuai dengan norma sekitamya merupakan parameter keberhasilan sekolah . Begitu juga daya serap lapangan pekeijaaah terhadap output sekolah, serta adanya sikap pam lulusan untuk dapat mengembangkan dirinya dapat hidup.Wawasan keunggulan merupakan nilai tambah yang telah menjadi acuan keberhasilan suatu organisasi atau perorangan.Secara individual, sikap seperti mi disebut oleh Purwanto sebagai wawasan keunggulan (2000). Wawasan keunggulan dapat diartika sebagai kemampuan seseorang untuk mewujudkan atau aktualisasi secara maxsimum dan berkelanjutan segenap potensi yang ia miliki untuk meraih prestasi dalam kenerja kehidupannya. Dari sujud pendidikan aktualisasi potensi tersebut menyangkut kemampuan kogmetif, afektif, dan psikomotorik untuk meraih prestasi terbaik dari setiap aktifitas belajar yang dialami diberbagai jenjang,jenis, dan jalur pendidikan.

B. Optimalisasi Peran Stakeholder
1. Proses analisis stakeholder
Sebelum melibatkan pam stakeholder dalam proses peningkatan Performen sekolah, terlebih dahulu perlu dipikirkan tentang pihak-pihak yang ber kepentingan im terhadap sekolah, sebab tidak semua pihak dapat dilibatkan dalam proses dalam manajemen sekolah. Para pembuat kebijakan disekolah hams tahu tentang keberdaan pihak-pihak tersebut serta peranan serta pengaruhnya terhadap sekolah. Pada dasarkan proses analisis stakeholder ini dapat dildentifikasikan dalam dua kegiatan yaitu : Identifikasi dan Pemetaan stakeholder
a. Identifikasi Stakeholder
Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh perencana dalam melakukan analisis stakeholder adalah mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan mi, bukan saja terhadap organisasi secara umum melainkanjuga dalam menghadapi isu-isu tertentu. Proses identifikasi terhadap kepentingan seringkali menjadi sulit karena sering tidak diwujudkan secara eksplisit dalam bentuk prilaku ataupun pemyataan. Jika para perencana dapat mampu membaca dan menganalisis prilaku, maka santlah dimungkinkan dapat terungkap kepentingan stakeholder yang terselubung. Selain itu para stakeholder seringkali juga memiliki sikap positif bagi organisasi terhadap isu-isu tertentu dan ada kalanya juga bisa bersifat negatif dan tidak bersahabat.
Dengan demikian perlu suatu kejeliaan perencana bahwa tidak semua stakeholder memiliki kepedulian terhadaap isu-isu yang berkembang di sekolak.Agar dalain merumuskan suatu langkah-langkah kegiatan lebih efektif,nampaknya perlu diadakan identifikasi pihak-pihak berkepentingan.
b. Pemetaan Stakeholder
Salah satu aspek pentmg dalam analisis stakeholder im adalah penilaian terhadap tingkat kepentingan stakeholder pada tahap mi perencana perlu menentukan kreteria penilaian mengenai : cam stakeholder dalam mengemukakan kepentingan terhadap organisasi, kemampuan atau kekuatan untuk menekan organisasi agar memperhatikan dan memenuhi harapannya, dampak kepentingan stakeholder terhadap strategi organisasi di masa yang akan datang.
Untuk mengetahui peranan atau pengaruh stakeholder terhadap organisasi, para perencana perlu mengadakan pemetaan terhadap posisinya. Wahab (2000) menyebutkan ada tiga dimensi yang dapat digunakan untuk pemetaan tersebut, yaitu kekuatan yang dimiliki, keterdugaan dan tingkat kepentingannya.
Dari sisi kekuatan dan keterdugaan dapat dipilih dalam dua katagori yaitu kelompok yang memiliki kekuatan tinggi dan sedang serta keberadaan kelompok yang memiliki keterdugaan tinggi dan kelompok yang memiliki keterdugaan rendah. Keempat kelompok mi sama-sama memiliki krakter yang berbeda jika dikaitkan dengan system pengolahan organisasi atau sekolah. Bagi kelompok yang memiliki kekuatan rendah dan sifat keterdugaan rendah biasanya akan sedikit memiliki masalah, t&api bagi kelompok yang memiliki kekuatan menekan tinggi dan sifat keterdugaan rendah akan menjadi suatu kelompok yang menjadi ancaman tinggi dan memiliki peluang besar bagi organisasi. Begitu juga dengan kelompok yang, memiliki kekuatan tinggi dan memiliki sifat keterdugaan tinggi akan merupakan suatu kelompok yang memiliki kemampuan menekan organisasi kuat, tetapi dapat diduga dan dikelola.bagi kelompok yang memiliki kekuatan menekan rendah dan sifat keterdugaan rendah akan merupakan suatu kelompok yang kadang-kadang sulit diduga, namun demikian masih dapat dikelola dan dikendalikan.
Jika analisis mi dikaitkan dengan aspek kepentingan dan kekuatan, dapat dipilah menjadi empat katagori pula, yaitu (1) kelompok yang memiliki kekuatan rendah dan kepentingan rendah ; keimpok im akan memiliki ciri-ciri kelompok usaha minimal atau bisa jadi acuh tak acuh terhadap kepentingan sekolah, (2) kelompok yang memiliki kekuatan tinggi dan kepentingan rendah, kelompok mi merupakan kelompok perlu dipuaskan karena kelompok mi merupakan asat bagi pengembangan sekolah jika mereka diberi penghargaan, (3) kelompok yang memiliki kekuatan rendah dan kepentingan tinggi, kelompok mi hampir sama dengan kelompok kedua dengan cam memperhatikan saran dan pendapatnya, dan (4) kelompok yang memiliki kepentingan tinggi dan kekuatan tinggi, kelompok mi merupakan pemain-pemain kunci dalam kesuksesan organisasi ataupun sekolah.

2. Pendekatan peran serta stakehorder
Hasil-hasil penelitian, baik diluar negeri ataupun didalam negeri telah banyak memberikan sumbangan berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan di suatu sekolah berdasarkan penelitian tersebut, salali satu variabel yang memiliki pengaruh signifkan antara lain perbedaan struktur masyarakat dan kekuatan masyarakat disekitar sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Fuller,1989 dan Surjadi,1989 telah menyimpulkan tentang efek mutu pendidikan, bahwa dinegara-negara maju, prestasi akademis lebih banyak di terangkan oleh faktor-faktor luar sekolah (aspirasi keluarga, interaksi anaknak dengan orang tua) dibandirigkan dengan faktor sekolah itu sendiri, sedangkan di negara-negara sedang atau belum berkembang prestasi belajar akademis lebih banyak diterangkan oleh faktor-faktor
sekolah dan pada faktor luar sekolah (Surjadi,2000). Pengaruh faktor-faktor luar sekolah, semakin memiliki daya beth cukup tmggi terhadap efek mutu pendidikan karena adanya perbedaan lingkungan belajar. Dalam penelitiannya surjadi menerangkan (2000) bahwa mutu pendidikan yang lebih tinggi didaerah perkotaan ditandai dengan lebih besamya efek faktor luar sekolah dibandingkan dengan faktor sekolah ; sedangkan efek mutu pendidikan didaerah pedesaan dipengaruhi oleh efek faktor sekolah.
Hasil penelitian mi menunjukkan bahwa faktor lingkungan sekolah khususnya lingkungan social dan kondisi masyarakatnya akan dapat menentukan kualitas perfonnan sekolah dan mum sekolah secara umum. Faktor-faktor mi merupakan suatu peluang bagi sekolah dalam rangka peningkatan performannya, sehingga perlu dipikirkan suatupendekatan guna melibaikan unsur-unsur lingkungan temtama stakeholdernya dalam proses pengelolaan pendidikan.
Persoalan utama yang hams dipecahkan oleh pam pembuat kebijakan pendidikan adalah bagaimana melibatkan stakeholder tersebut dalam proses pengelolaan pendidikan di suatu sekolah?
Masalah mi perlu di pecahkan lebih awal mengingat prerkembangan demokratisasi yang terjadi pada akhir-akhir mi sehingga partisipasi mereka berdasarkan berbagaipertimbangan katagorinya dapat dioptimalkan. Tentu saja pendekatan yang hams di pilih adalah suatu pendekaatan yang benar-benar menguntungkan semua pihak dan mampu memotivasi stakeholder untuk berpartisipasi secara aktif. Karena itu, pola hubungan antara sekolah dengan para stakeholder bukanlah hubungan antara subjek dan objek, dimana yang satu menjadi perencana dan satunya menjadi sasaran saja pola hubungan subjek dan objek bisa dikatakan pula hubungan tradisional dalam pendekatan perencanan, danpula mi tidak bisa dipertahankan pada paradigma barn perencanaan pendidikan saat mi sebab peran serta masyarakat bisa tidak optimal serta dapat menghambat proses kritis yang terjadi di masyarakat. (Fahrudin, 1997).
Proses keterlibatan masyarakat yang kim butuhkan saat mi yaitu keterlibatan masyarakat secara optimal dalam setiap proses manajemen sekolah semua pihak sama-sama memiliki tangggung jawab yang sama besar terhadap peningkatan sekolah dan performannya. Para stakeholder diharapkan tidak saja terlibat dalam sumbangan-sumbangan BP3 dan sumabangan lain yang mereka sendiri tidak tahu untuk tujuan apa sumbangansumbangan tersebut dilakukan.
Salah satu pendekatan nampaknya cocok untuk paradigma im yaitu pendekatan perencanaan pendidikan partisipatori. Perencanaan partisipatori berarti perencanaan pendidikan yang melibatkan beberapa orang yang berkepentingan dalam merencanakan suatu pengembangan organisasi. Menurut Pidarta (1990) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam rangka penerapan pendekatan partisipatori, antara lain:
1) Rencanakan hubungan lembaga pendidikan tersebut dengan masyarakat dan monitor hubungan tersebut harus dilakukan oleh suatu tim.
2) Tentukan frekwensinya dan efektifitas komonikasi.
3) Personalia suatu sekolah perlu dimutivasi untuk berpartisipasi.
4) Memotivasi pam orang tua/mayarakat untuk berpartisipasi terutama dalam proses pengambilan keputusan.
5) Libatkan para orang tua dalam perencanaan pendidikan putra-putri mereka.
6) Libatkan orang tua/masyarakat dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan performan putra-putrinya.
7) Beri dorongan kepada orang tua/masyarakat agar ikut meAdidik putra-putrinya.
8) Lembaga pendidikan harus melaporkanb kemajuan pam siswa kepada orang tua secara periodic, teratur, dan bermakna.

3. Peranan Stakeholder dalam manajemen sekolah
Manajemmen sekolah sebenamya merupakan proses yang cukup rumit. Dalam praktiknya, proses tersebut harus memperhatikan kepentingan berbagai pihak. Sekolah sebagai salah satu komponen pendidikan dalam system pendidikan Nasional hams memperhatikan kepentingan nasional disampmg kepentingan stakeholder di tingkat sekolah. Banyak sekolah-sekolah yang telah melaksanakan manajemennya tanpa memperhatikan unsur-unsur kepentingan pihak-pihak terkait didalamnya atau sebagai anggota suatu system yang lebih luas . Kondisi mi diperkuat dengan masih relatif sedikitnya bukti-bukti adanya pihak-pihak yang secara sepihak mempunyai kekuatan yang dapat menentukan visi, misi, tujuan dan / atau strategi suatu organisasi sekolah.
Sadar akan kondisi mi, ketika seorang mengajar di sekolah berencana membuat suatu keputusan diunitnya, maka path saat itu Pula, perlu mempertimbangkan pihak-pihak berkepentingan yang berada diluar organisasinya, sehingga tujuan organisasi ( sekolah) itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan kondisi nil inilah, maka stakeholder perlu mendapat kedudukan strategis dalam menentukan dan mencapai performance sekolah. Banyak stakeholder secara positif dapat memperkukuh posisi organisasi,tetapi secara negatif Para stakeholder dapat menunjukkan keragaman kepentingan, bahkan kepentingan itu sering kali bertentangan. Dalam kondisi ini,perlu kiranya ada upaya untuk mengadaptasi dan mengakomodasi kepentingan menjadi kebutuhan. Agar dapat mengakomodasi kondisi yang kurang menguntungkan mi, maka perencana pendidikan diharapkan mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan yang bermakna,sehingga implementasi perencanaan itu, tidak hanya memuaskan Para stakeholder,tetapi juga mampu mencapai tujuan sekolah yang telah menjadi kesepakatan berbagai pihak. Selain itu, piha-pihak berkepentingan itu harus benar-benar terlibat secara aktif path proses manajemen,baik pada proses pengambilan keputusan,penyelenggaraan program, perolehan manfaat,dan evaluasi ataupun pengendalian. Secara sederhana proses manajemen pendidikan dalam rangka pemberdayaan stakeholder, digambarkan oleh Fahrudin (1997) sebagai berikut:
Dalam koridor seperti iiii keterlibatan stakeholder tidak hanya sebagai pelengkap atau kontributor yang memberikan
bantuan dana semata untuk keberhasilan dalam suatu program, tetapi benar-benar sebagai mitra dalam keseluruhan proses pemberdayaan sekolah dan stakeholdemya dalam rangka meningkatkan performannya
Pada proses perencanaan stakeholder harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam hal-hal perumusan visi dan misi sekolah, menentukan posisi sekolah dalam penyusunanprogram strategisnya. Dalam peruusan berbagai indicator sebagai parameter performan sekolah baik dari segi perangkat (komponen sekolah) dan kinerja ataupun kualitasnya.
Sedangkan pada proses pelaksanaan pam stake holder harus mampu memberikan masukan-masukan berupa hasil-hasil analisis dad interaksi antara komponen sekolah. Mengatasi masalah-masalah yang muncul dan masalah-masalah lain yang berhubungan dengan unsur pengendalian system.
Sedangkan dalam proses evaluasi dan perolehan manfaat para stakeholder mi hams mampu memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek komponen sekolah yang belum mampu memenuhi standar, kelemahan-kelemahan kinerja sekolah, dan kualitas lulusannya, seperti : Peningkatan prestasi akademik, sikap, dan keterampilan, hambatan dan penerimaan lulusan sekolah pada sekolah yang lebih tinggi. Penerimaan siswa pada lapangan kerja, serta perkembangan kemampuan siswa dalam rangka aktualitas did dalam kehidupan.

BAB III
SIMPULAN
A. SIMPULAN
Stakeholder pendidikan merupakan suatu kelompok orang yang hams diperhatikan dalam proses manajemen sekolah,khususnya dalam upaya peningkatan perfoeman sekolah.Sesuai dengan pengertiannya kelompok im terdiri dari beberapa orang atau kelompok yang memiliki kepentingan tertentu terhadap keberhasilan sekolah Sekolah yang baik dan maju jika dalam proses perencanaan melibatkan stakeholdernya.Tentu saja pendekatan yang dikembangkan dalam rangka melibatkan pihak-pihak mi tidaklah pendekatan monologis yang hanya mementingkan satu pihak saja.Tetapi diperlukan suatu pendekatan baru yang menuntut keterlibatan secara aktif semua pihak, baik fisik ataupun mental. Pendekatan seperti mi dikenal dengan pendekatan perencanaan partisipatori. Hal mi disebabkan karena performan sekolah yang akan dibangun merupakan suatu yang kompleks dengan berbagai unsure dan komponenya.
Aspek performan sekolah sangat komplek karena mengacu pada proses dan basil- basil yang dicapai keseluruhan dalam proses pendidikan disekolah. Semua aspek hams sesuai dengan tujuan atua kreteria tertentu sebagai acuan kualiatas aspek-aspek mi meliputi aspek yang. (1) berkaitan dengan masukan pendidikan (input). (2) berkaitan dengan proses pendidikan (proses). (3) berkaitan dengan keluaran pendidikan (output). (4) berkaitan dengan dampak pendidikan terhadap masyarakat
Dalam rangka mengoptimalkan peran serta stakeholder di sekolah memerlukan langkah-langkah. (1) Identifikasi stakeholder. (2) Pemetaan stakeholder dan. (3) Proses peranserta stakeholder dalam manajemen sekolah, baik perencanaan, pelaksanaan, ataupun pengendalian.

DAFTAR PUSTAKA
Fahrudin, Fuat, 1997. Strategi Pembangunan Partisipasi Masyarakat dalam rangka Peningkatan Mutu SD. Jakarta: Diijen Diknasmen Depdiknas.
Fattah, Nano, 2000. Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung : PT. Remaja Rasda Karya.
Jones, gereth R, 1995. Organizational Theory:Texs and Cases. Reading Massachusets :Anddison Wesly Publishing Company.
Makmun, Abin Syamsudin, 2000. Analisis Visi dan Misi Pembangunan Pendidikan Nasional, Jakarta Biro Perencanaan Depdiknas.
Makmun, Abin Syamsudin, 2000. Analisis posisi pembangunan Pendidikan nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Noahi, Nasution, dkk, 1997. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.
Pidarta, Made, 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipatori, Jakarta: Rineka Cipta.
Puswanto, Joko, 2000. Pengembangan Institusi dalam rangka pelaksanaan program strategis, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Rohani, Ahmad,dkk, 1991. Pengelolaun Pengajaran, Jakarta: Rinika Cipta.
Saputaro, Triono dan M. Muhadjir, 2000. Pengendalian Strategis dan Operasional dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Satori, Djam'an, 2000. Sasaran Pembangunan Pendidikan Nasional, Jakarta : Biro Perencanaan Depdiknas.
Sumamo, 2000. Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional Jakarta : Biro Perencanaan Depdiknas.
Supriadi, Dedi, 1996. KreatWtas,Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, Alfabeta.
Surjadi, Ace dan H.A.R. Tilaar, 19994. Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya.
Tumanggung, Amin, 2000. Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Wahab Rachmad, 2000. Analisis Stakeholder Pembangunin Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Share:

Jumat, 25 Januari 2019

INTERAKSI INDIVIDU DENGAN LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok vs kelompok dll. Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.
Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk contoh Interaksi sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B dan B meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung.
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.
Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menyadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.
Empati adalah interaksi sosial yang disasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif . Asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi (kerjasama) (Intinya interaksi social yang baik-baik, kerjasama, rukun, harmonis, serasa dll). Contoh kerja sama antara depertemen pendidikan nasional dengan PT Telkom dalam program Jardiknas.
Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak baik, penuh persaingan, perang dingin, bertengkar dll). Contoh Bapak memukul anaknya karena tidak mendengarkan nasihatnya. Menyuruh pergi seorang pengemis dengan cara membentak.
Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :Bagaimana interaksi individu dengan lingkungannya?
Baca Juga
PENERAPAN TEORI SIBERNETIK DALAM PEMBELAJARAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi individu dengan lingkungan
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, kita berhubungan dengan antar individu dan kelompok di lingkungan sosial yang berbeda-beda. Individu memiliki karakter yang berlainan satu dengan yang lainnya. Perbedaan antar karakter individu sebagai identitas diri individu masing-masing. Perilaku yang ditunjukkan oleh individu, membuat individu yang lain mengambil sikap atau tindakan sebagai reaksi individu yang bersangkutan. Interaksi individu akan membentuk kondisi lingkungan dalam pergaulannya.
Reaksi yang diambil oleh individu, bisa sebagai reaksi positif atau negative terhadap perilaku individu yang lain. Reaksi positif, bisa disebabkan masing-masing individu saling menghargai, mengikuti norma yang berlaku, tidak menunjukkan egois yang berlebihan, persamaan pemikiran, kesamaan kepentingan, tujuan atau merasakan adanya perasaan senasib. Reaksi negatif yang terjadi, bisa karena ada salah satu individu tidak mengindahkan norma-norma yang ada, merasa tidak ada kesamaan kepentingan, egois yang berlebihan, tidak sejalan pemikiran, tujuan yang berbeda dan merasa diri lebih hebat dari yang lain.
Interaksi individu bisa dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat. Masing-masing lingkungan sosial mempunyai penekanan norma-norma.
• Lingkungan keluarga.
Sebagai lingkungan sosial awal dalam membentuk karakter individu. Anak sebagai individu menghormati orang tua, menyayangi sesama anggota keluarga. Begitu juga dengan orang tua, menyayangi sesama anggota keluarganya. Jika tidak ada saling menyayangi akan timbul kekacauan dalam keluarga. Keluarga juga sebagai tempat individu untuk berlindung.
• Sekolah.
Individu dalam sekolah menjalankan peranan masing-masing. Individu sebagai murid dalam lingkungan sekolah, berinteraksi dengan individu yang sebaya. Memiliki tujuan yang sama untuk belajar, memiliki kesamaan kepentingan dan ada aturan. Membuat individu hampir tidak ada perselisihan.
• Tempat kerja.
Individu satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan latar belakang, Namun dengan perbedaan yang ada, mereka harus bekerjasama untuk kemajuan diri dan perusahaannya. Individu dalam lingkungan kerja melakukan hubungan komunikasi yang baik, untuk kemajuan perusahaan. Jika tidak ada komunikasi yang baik, akan membuat lingkungan kerja yang kurang nyaman.
• Masyarakat.
Lingkungan paling luas bagi individu untuk berinteraksi dengan individu lain. Masing-masing individu memiliki perbedaan latar belakang, kepentingan dan tujuan. Hal yang kelihatan dengan mata, bisa sebagai kebohongan karena ada kepentingan dan tujuan yang berlainan. Individu menjaga jarak sebagai perlindungan diri. Tapi masing-masing individu saling menghargai karena adanya norma sosial.
Individu dalam berinteraksi mempunyai perbedaan maupun persamaan. Jika masing-masing individu dapat menggambarkan atau melukiskan keadaan dan perasaan diri orang lain ke dalam diri sendiri, maka akan tercipta suasana lingkungan sosial yang nyaman.
Pada teori konvergensi disebutkan bahwa lingkungan memiliki peranan penting dalam perkembangan jiwa manusia. Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yaitu :
a. Lingkungan fisik ; berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan tanah serta musim
b. Lingkungan sosial ; berupa lingkungan tempat individu berinteraksi. Lingkungan sosial dibedakan dalam dua bentuk :
a) Lingkungan sosial primer : yaitu lingkungan yang anggotanya saling kenal
b) Lingkungan sosial sekunder : lingkungan yang hubungan anatar anggotanya bersifat longgar.
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata memiliki hubungan timbal balik lingkungan mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi lingkungan. Sikap individu terhadap lingkungan dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu :
a) Individu menolak lingkungan jika tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu
b) Individu menerima lingkungan jika sesuai dengan dengan yang ada dalam diri individu
c) Individu bersikap netral atau berstaus quo.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :
1. Lingkungan Membuat Individu Sebagai Makhluk Social
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.
2. Lingkungan Membuat Wajah Budaya Bagi Individu
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :
a. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika berkunjung ke rumah.
b. Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.
c. Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun berubah menjadi anak yang rajin.
d. Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya. Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga dikamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan manipulation yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab ii penyusun dapat menarik kesimpulan bahwa:
Individu dalam berinteraksi sangat bergantung sekali pada keadaan di mana individu tersebut berada.
Individu akan menolak keadaan lingkungan apabila lingkungan tersebut bertentangan dengan dengan keadaan dirinya.
Interaksi individu akan membentuk kondisi lingkungan dalam pergaulannya.
Individu akan menerima lingkungan apabila sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya
Share:

PENERAPAN TEORI SIBERNETIK DALAM PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teori adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab akibat diantara variable yang saling bergantung.Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil latihanatau pengalaman.Perubahan yang dimaksud harus relative permanen untuk waktu yang cukup lama.Oleh karena itu sangat dibutuhkan teori-teori belajar.Snelbecterdalambuku Ratna Wilis(1991) berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting melainkan bagian vital psikologi dan pendidikan untuk dapat maju,berkembang dan memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang.Untuk itu pemahaman tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang bersifat teoritis dan telah diuji kebenarannya melalui eksperimensangat dibutuhkan.Kebutuhan hal tersebut melahirkan teori belajar yang diantaranya adalah teori belajar sibernetik.
Teori ini sangat penting kami angkat mengingat dunia pendidikan saat ini sudah memasuki Milenium ke-3 yang mana perkembangan pendidikan harus sejalan dengan kemajuan tekhnologi informasi,sehingga pendidik dituntut untuk lebih proaktif serta seefektif mungkin dalam menyusun pembelajaran dan merangsang anak didik agar muncul minat untuk belajar melalui teori belajar sibernetik yang intisari teori tersebut menekankan pada sebuah informasi yang diterima.
Baca Juga
Historiografinya dan istilah dalam filsafat Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,rumusan masalah yang dapat dibahas dalam makalah ini adalah:
a.Apakah pengertian teori belajar sibernetik?
b. Siapa sajakh tokoh teori belajar sibernetik tersebut?
c. Bagaimanakah penerapan teori belajar sibernetik tersebut?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian teori sibernetik.
b. Untuk mengetahui tokoh penemu teori sibernetik.
c. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teori belajar sibernetik dalam pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
Penyusunan makalah ini bermanfaat secara:
a. Teoritis;untuk mengkaji Ilmu Psikologi Pendidikan khususnya dalam menerapkan teori sibernetik dalam pembelajaran.
b. Praktis;agar mahasiswa memahami tentang pengertian serta tokoh dalam teori belajar sibernetik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Sibernetik
Teori Sibernetik adalah teori belajar yang mementingkan aspek pengeolahan informasi. Teori ini lebih berorientasi pada proses belajar dari pada hasil belajar. Bagamana informasi tersebut dipelajari akan menentukan proses belajar siswa. Teori ini tidak ada proses belajarpun yang ideal diterapkan di segala situasi. Sayu informasi akan dipelajari siswa dalam satu proses belajar. Namun siswa lain akan mempelajarinya dalam beberapa proses belajar tergantung kemampuan imajinasi yang dimiliki individu siswa.
Selanjutnya menurut Teori Sibernetik (budiningsih;2005) belajar adalah pengolahan informasi. Seolah- olah Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori Kognitif. Dengan demikian proses belajar memang penting dalam teori sibernetik namun, yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang proses yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses bagamana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem infomasi yang dipelajari. Tokoh pengeikut Teori ini seperti: Gage, dan Berliner, Biehler, Snoman, Baine, dan Tennyson.
Hal lain yang berkaitan dengan teori Sibernetik adalah komponen pemrosesan infomasi di pilah berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah:
1. Sensory Receptor merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Informasi itu ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu yang sangat singkat.
2. Working Memory diasumsikan mampu menangkap informasi yang di beri perhatian oleh individu.
3. Long Term Memory berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu.
Sejalan dengan Teori pemrosesan informasi, Ausubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu. Relgeluth dan Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata di dalam srtuktur koginif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci. Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian (enconding) diikuti dengan penyimpanan informasi (storage) dan diakhiri dengan mengungkapkan informasi- informasi yang di simpan dalam (retrieval)
B. Tokoh Pememu Teori Sibernetik
a. Landa
Landa merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik.Menurut landa,ada dua macam proses berfikir.Pertama,disebut proses berfikir “algoritmik”,yaitu proses berfikir liner,konvergen,lurus menuju ke satu target tertentu.Kedua,adalah cara berfikir “heuristic”,yakni cara berfikir divergen,menuju ke beberapa target sekaligus.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jikab yang hendak dipelajari itu(istilah yang lebih teknis yaitu sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya.Satu hal lebih tapat apabila disajikan dalam bentuk ”terbuka” dan member keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berfikir.
b. Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott,proses berfikir anak ada dua macam:1.Pendekatan serialis dengan pendekatan algoritmik 2.Berfikir menyeluruh(who list) tidak sama dengan heuristic.Cara berfikir menyeluruh adalah berfikir cenderung melompat ke depan,langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
Pendekatan yang berorientasi pada pengolahan informasi menekankan beberapa hal seperti ingatn jangka pendek(short term memory) dan ingatan jangka panjang(long term memory) dan sebagainya yang berhubungan dengan apa yang terjadi di otak kita.

C. Penerapan (Aplikasi) Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran
Aplikasi Teori Sibernetik terhadap pembelajaran hendaknya menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang kegiatan- kegiatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong untuk kerja, memberikan balikan informative, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar. Sehingga dalam penyusunan pembelajaran nantinya akan membentuk program yang akan diberikan kepada siswa di antaranya adalah:
• Menentukan tujuan instruksional
• Menentukan materi pelajaran
• Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi tersebut
• Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi (algoritmik dan heuristic)
• Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasi
• Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar kritik.
Dalam penerapan Teori Sibernetik di dalam pembelajaran mempunyai beberapa keistimewaan di antaranya adalah:
• Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
• Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
• Kapabilitas belajar dapat di sajikan lebih lengkap
• Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
• Control belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing- masing individu
• Balikan informative memberikan rambu- rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah di capai di bandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Di samping ada keistimewaannya teori ini juga ada kelemahannya karena lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari dan kurang memperhatikan bagamana proses belajar.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
a. Teori belajar sibernetik adalah salah satu teori belajar yang menekankan pada pengolahan informasi dengan memberikan keleluasaan dalam proses belajar siswa sesuai dengan kemampuan berfikirnya.
b. Tokoh penemu teori sibernetik yaitu Landa serta Pask dan Scott.
c. Penerapan teori sibernetik adalah dengan memberikan informasi yang jelas dan terarah tentang masalah yang akan dipelajari,disertai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran,merangsang ingatan pada prasyarat belajar,memberikan motivasi dan bimbingan serta menilai unjuk kerja anakn didik sehingga mampu meningkatkan aktifitas belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih,Asri.Belajar Dan Pembelajaran.Yogyakarta:FIP UNY.2002
B.Uno,Hamzah.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.Bandung:Bumi Aksara.2008
Djamarah,Drs.Saiful Bahri.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta.2002


Share:

Rabu, 23 Januari 2019

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS SEKOLAH

ABSTRAK
Dalam berbagai literatur, kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudut pandang, yakni: (1) pendekatan sifat, atau karakteristik bawaan lahir, atau traits approach; (2) pendekatan gaya atau tindakan dalam memimpin, atau style approach; dan (3) pendekatan kontingensi atau contingency approach. Pada perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-cara menjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan kesadaran tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesional dan bermoral.
Secara konseptual pemberdayaan menawarkan keuntungan bagi individu dan organisasi. Keuntungan dimaksud mencakup beberapa dimensi. Pertama, peluang untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian bagi peningkatan mutu layanan. Kedua, memasarkan keterampilan baru dan beragam pengalaman yang ada. Ketiga, meningkatkan motivasi. Keempat, meningkatkan etos kerja yang memiliki dampak positif bagi produktifitas. Kelima, mereduksi stress bekerja dikalangan staf.
Kata kunci, Peran Kepemimpinan dan Pemberdayaan Komunitas Sekolah
Baca Juga
PERANAN GURU SEBAGAI INSAN MULTIDIMENS
A. PENDAHULUAN
Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan bahwa penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan pemimpin yang bersangkutan. Kenyataan atau gagasan, serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua pihak maklum adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, ganti kebijakan”, bahkan sampai hal-hal teknis seperti ganti tata ruang kantor, ganti kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah, kepemimpinan itu merupakan fenomena yang kompleks sehingga selalu menarik untuk dikaji.
Dalam berbagai literatur, kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudut pandang, yakni: (1) pendekatan sifat, atau karakteristik bawaan lahir, atau traits approach; (2) pendekatan gaya atau tindakan dalam memimpin, atau style approach; dan (3) pendekatan kontingensi atau contingency approach. Pada perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-cara menjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan kesadaran tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesional dan bermoral.
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan, manusia hidup berkelompok. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relative pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan penting dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka.

B. PEMBAHASAN
Kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin”, apabila ditambah awalan me menjadi memimpin, yang berarti menunjukkan jalan dan membimbing. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Demikian pula kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum, serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.
Definisi lain dari kepemimpinan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga seseorang tersebut mampu menggerakakn orang-orang untuk melakukan perbuatan atau tindakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip oleh Mohammad Thoha, kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka denga sukarela menyumbangkan kemampuannya secara maksimal demi pencapaian tujuan kelompok yang telah ditetapkan.
Sementara itu, kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah untuk memberikan pengaruh kepada orang lain melalui interaksi individu dan kelompok sebagai wujud kerjasama dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara terminologi kepemimpinan menurut pendapat para ahli adalah:
1. Soetopo mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampauan atau kesiapan yang dimilki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun dan menggerakan untuk pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu, dengan melibatkan unsur-unsur kepemimpinan antara lain, a. Orang yang dapat mempengaruhi orang lain, b. orang dapat dipengaruhi, c. maksud-maksud tujuan tertentu, d. serangkaian tindakan tertentu untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Joseph C. Rast, berpendapat kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.
3. Muhaimin, mendefinisikan kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.

C. FUNGSI KEPEMIMPINAN
Fungsi kepemimpinan mengandung dua dimensi utama yaitu kemampuan pemimpin dalam mengarahkan (derection) dan tingkat dukungan (supprot) dari anggota organisasi. Dalam sisi lain tugas dan fungsi kepemimpinan sangat kompleks dan sistemik yaitu, sebagai pengambil keputusan (decison making), pengendali konfilk (confict controler), dan pembangun tim (team building). Secara operasionalnya fungsi kepemimpinan dibedakan menjadi lima pokok, yaitu:
1. fungsi instruktif. Yaitu sebagai komunikator menentukan apa, bagaimana, kapan dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
2. fungsi konsultatif. Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, pertama, usaha menetapkan keputusan, kedua, konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan, dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan.
3. fungsi partisipatif. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
4. fungsi delegasi. Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat dan menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan, dalam arti lain (kepercayaan).
5. fungsi pengendalian. Fungsi ini bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi ini dapat diwujudkan menlalaui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Sementara itu, fungsi utama dari pemimpin adalah; a. Bertugas memberikan struktur yang jelas disaat situasi rumit yang dihadapi kelompoknya, b. bertugas mengawasi dan menyalurkan perilaku kelom pok yang dipimpinnya, dan c. bertugas sebagai juru bicara kelompok yang dipimpinnya.

D. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. teori pendekatan sifat
Sifat merupakan salah satu karakteristik yang spesifik yang dimiliki oleh individu, seperti sifat kepercayaan diri, keberanian, dll. Menurut teori sifat, hanya individu yang memiliki sifat-sifat tertentulah yang bisa menjadi seorang pemimpin. Adapun menurut Stogdill faktor kepribadian dalam kepemimpinan harus lebih kuat pada pemimpin dibanding pada para pengikut. Kepribadian itu menyangkut kewaspadaan, kepercayaan diri, dan integritas yang tinggi.
2. teori pendekatan prilaku (behaviour leadership).
Pendekatan prilaku dalam kepemimpinan merupakan jawaban dari keterbatasan pendekatan sifat, sebagai teori kepemimpinan klasik yang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan (leader are born, not built).
3. teori pendekatan situasional (situasional leadership)
Teori kepemimpinan situasional ini tidak pelak peletakan dasarnya berasal teori sifat dan teori prilaku, dari keduanya itu mensyaratkan bahwa, cara yang efektif memimpin adalah tergantung situasi. Menurut Hersey dan Blanchard sebagaimana dikutip oleh Atiqullah kepemimpinan situasional mengidentifikasi empat situasi pengikit yaitu; directing, perilaku pemimpin dangan pengarahan yang tinggi/dukungan rendah. Coaching, pengarahan tinggi/dukungan tinggi, supporting, berupa perilaku pemimpin yang tinggi dukungan/rendah pengarahan, delegating, perilaku pemimpin dengan dukungan rendah/pengarahan rendah.
4. teori kepemimpinan karismatik (charismatic leadership) dengan ciri-ciri sebagai berikut; a. Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas, b. mengkomunikasikan visi itu dengan efektif, c. mendemonstrasikan konsistensi dan fokus, d. mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya.
5. teori kepemimpinan tranformasional (tranformational leadership).
Teori ini sifatnya transaksional yaitu membimbing atau memotivasi pengikutnya atau bawahannya kearah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan ketentuan-ketentuan peran dan tugas. Teori ini memberikan pertimbangan yang bersifat individual, stimulasi intelektual dan memiliki karismatik. Kepemimpinan teransformational dibangun dari kepemimpinan transaksional.

E. PEMBERDAYAAN SEKOLAH
Pemberdayaan sekolah pada umumnya terkait langsung dengan sumber daya sekolah itu sendiri. Secara kualitatif, sumber daya sekolah dapat diklafisikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu; sumber daya manusia, sumber daya materiil, dan sumber daya falisitatif, berupa struktur sekolah organisasi sekolah yang mudah ditata, yang masing-masingnya dapat memfasilitasi tugas pokok dan unit struktur itu.
Untuk mencapai produk pemberdayaan yang optimal, komunitas sekolah harus mampu bekerja dengan menggunakan format berpikir yang cerdas, karenanya, istilah perencanaan, implementasi program, efisiensi dan akuntabilitas menjadi kata kunci dalam diskusi komunitas sekolah untuk tujuan masa kini dan dimasa datang.
Terkait pemberdayaan sekolah pada masa depan Whitaker dan Moses mengatakan bahwa salah satu pemberdayaan sekolah yaitu memperdayakan komunitas sekolah yang sangat fundamental bagi proses sekolah, antara lain adalah:
1. pemberdayaan mengkreasi rasa memimpin diri (self-leading). Bagi pembangkitan motivasi, bertindak, dan produktivitas.
2. pemberdayaan menggiring, yaitu keputusan dibuat untuk bersama-sama membangun serta menginplementasikan dalam mencapai hasil dan komitmen yang besar.
3. pemberdayaan mencegah sedemikian rupa munculnya sikap mindless bureaucracy.
4. pemberdayaan menginpirasi pertumbuhan komunitas sekolah dan usaha-usaha untuk selalu memperbahrui profesionalitas diri. .
5. pemberdayaan bagi komunitas sekolah menstimulasi kolaborasi diantara sesama.
Secara konseptual pemberdayaan menawarkan keuntungan bagi individu dan organisasi. Keuntungan dimaksud mencakup beberapa dimensi. Pertama, peluang untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian bagi peningkatan mutu layanan. Kedua, memasarkan keterampilan baru dan beragam pengalaman yang ada. Ketiga, meningkatkan motivasi. Keempat, meningkatkan etos kerja yang memiliki dampak positif bagi produktifitas. Kelima, mereduksi stress bekerja dikalangan staf.

F. PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS SEKOLAH
Adapun peran kepemimpinan dalam pemberdayaan sekolah adalah:
1. sebagai leader, 2. sebagai administrator, 3. Sebagai manajer, 4. Sebagai supervisor. 5. Sebagai decison making (pengambil keputusan), 6. Sebagai confict controler (pengendali konflik), dan 7. Sebagai team building (Pembangun tim).

G. KESIMPULAN
kepemimpinan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga seseorang tersebut mampu menggerakakn orang-orang untuk melakukan perbuatan atau tindakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan
1. fungsi instruktif. 2. fungsi konsultatif. 3. fungsi partisipatif. 4. fungsi delegasi. 5. fungsi pengendalian.
fungsi utama dari pemimpin adalah; a. Bertugas memberikan struktur yang jelas disaat situasi rumit yang dihadapi kelompoknya, b. bertugas mengawasi dan menyalurkan perilaku kelom pok yang dipimpinnya, dan c. bertugas sebagai juru bicara kelompok yang dipimpinnya
1. teori pendekatan sifat. 2. teori pendekatan prilaku (behaviour leadership). 3. teori pendekatan situasional (situasional leadership). 4. teori kepemimpinan karismatik (charismatic leadership). 5. teori kepemimpinan tranformasional (tranformational leadership).
Secara konseptual pemberdayaan menawarkan keuntungan bagi individu dan organisasi. Keuntungan dimaksud mencakup beberapa dimensi. Pertama, peluang untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian bagi peningkatan mutu layanan. Kedua, memasarkan keterampilan baru dan beragam pengalaman yang ada. Ketiga, meningkatkan motivasi. Keempat, meningkatkan etos kerja yang memiliki dampak positif bagi produktifitas. Kelima, mereduksi stress bekerja dikalangan staf.

DAFTAR RUJUKAN
Mohammad Thoha, Manajemen Pendidikan Islam Konseptual dan Operasional, Pustaka Radja: Surabaya, 2016.
Atiqullah, Perilaku Kepemimpinan Kolektif Pondok Pesantren, Pustaka Radja: Surabaya, 2016.
Abdul Muin, Kepemimpinan Pendidikan, Lembaga Pengkajian & Pengembangan Ilmiah, 2010






Share:

Sabtu, 19 Januari 2019

HUBUNGAN AR-RA’YU DALAM HAL ILMU PENGETAHUAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut ajaran islam manusia dibekali Allah dengan berbagai perlengkapan yang sangat berharga antara lain akal, kehendak, kemampuan untuk berbicara. Dengan akalnya manusia dapat membedakan antara yang benar dengan yang salah, yang baik dengan yang buruk, antara kenyataan dengan khayalan. Dengan mempergunakan akalnya manusia akan selalu sadar pada kehendak yang bebas (freewill). Manusia dapat memilih jalan yang dilaluinya, membedakan yang mutlak dan yang nisbi. kemudian ia dimintai pertanggungjawaban mengenai segala perbuatannya.
Sebagai sumber ajaran yang ke-3, kedudukan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat penting sekali dalam sistem ajaran islam. Didalam kepustakaan, sumber ajaran islam yang ke-3 ini disebut dengan istilah ar-ra’yu atau sering juga disebut dengan kata ijtihad. Ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu yang memenuhi syarat untuk mencari, menemukan dan menetapkan nilai dan norma yang tidak jelas atau tidak terdapat patokannya didalam al-qur’an dan al-hadis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ijtihad atau ar-ra’yu
2. Sebutkan syarat-syarat ijtihad atau ar-ra’yu
3. Sebutkan macam-macam ijtihad dan jelaskan
4. Bagaimana hubungan ijtihad dalam hal ilmu pengetahuan
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memahami pengertian ijtihad atau ar-ra’yu
2. Untuk mengetahui syarat-syarat ijtihad atau ar-ra’yu
3. Untuk mengetahui macam-macam ijtihad dan penjelasanya
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ijtihad dalam hal ilmu pengetahuan.
Baca Juga
TELAAH PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijtihad atau Ar-Ra’yu
Ada tiga istilah dalam bahasa arab yang hampir sama artinya dalam bahasa indonesia. Ketiga istilah tersebut yaitu ijtihad, jihad dan mujahadah. Wacana ijtihad biasa dipakai dalam sulfik dan terkadang pula dalam pemikiran. Wacana ijtihad biasa dipakai dalam fiqih yang lebih ditekankan pada kemampuan fisik dalam menegakkan agama Allah. Sedangkan mujahadah bisa dipakai dalam tasawuf yang menekankan kemampuan rohaniyah.
Kata ijtihad dapat berarti al-thaqah (kemampuan, kekuatan) atau berarti al-musyaqah (kesulitan, kesukaran). Dengan demikian karena lapangan ijtihad adalah masalah-masalah yang sukar dan berat. Orang yang mampu melakukan ijtihad adalah orang-orang yang benar-benar pakar. Dengan itu al-syaukani mengatakan bahwa ijtihad yaitu pengerahan kemampuan dalam aktivitas-aktivitas yang berat dan sukar atau secara umum memiliki makna segenap mencurahkan daya intelektual dan bahkan spiritual dalam menghadapi suatu kegiatan atau permasalahan yang sukar.
Ijtihad memiliki arti kesungguhan, yaitu mengerjakan sesuatu dengan segala kesungguhan. Ijtihad dari sudut istilah berarti menggunakan seluruh potensi nalar secara maksimal dan optimal untuk mengistinbat suatu hukum agama yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok ulama yang memenuhi persyaratan tertentu, pada waktu tertentu untuk merumuskan kepastian hukum mengenai suatu perkara yang tidak ada status hukumnya dalam al-qur’an dan as-sunnah dengan tetap berpedoman pada dua sumber utama. Dengan demikian ijtihad bukan berarti penalaran bebas dalam menggali hukum satu peristiwa yang dilakukan oleh mujtahid, melainkan tetap bersandar pada al-qur’an dan as-sunnah .
Jadi, ijtihad adalah mengerahkan segenap kemampuan intelektual dan spiritual untuk mengeluarkan hukum yang ada dalam al-qur’an dan as-sunnah, sehingga hukum tersebut dapat diterapkan dalam lapangan kehidupan manusia sebagai solusi atas persoalan-persoalan umat. Sukar tidaknya masalah yang dihadapi tergantung kepada tinggi rendahnya kualitas intelektual dan spiritual seorang mujtahid. Jadi, bukan masalahnya yang sukar dan berat sebagaimana dikemukakan al-syaukani diatas, tetapi kualitas mujtahidnya zaman sekarang tidak muncul hasil-hasil ijthad baru, karen rendahnya kualitas mujtahid dibandingkan dengan para pendiri imam madzhab. Jadi, bukan tertutupnya pintu ijtihad, tetapi tertutupnya pintu intelektual dan spiritual manusia itu sendiri.
B. Syarat-Syarat Ijtihad atau Ar-Ra’yu
Syarat adalah ketentuan formal yang harus terpenuhi seluruhnya oleh seorang mujatahid. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka tidak sah (gugur) aktifitas ijtihadnya. Ijtihad tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga terjadinya kekacauan atas nama agama. Karena itu, untuk bisa melaksanakan ijtihad seorang mujtahid harus memenuhi sejumlah persyaratan tertentu meliputi:
1. Syarat umum :
a. Islam.
b. Dewasa.
c. Berakal sehat.
d. Kuat daya tangkap dan ingatannya.
2. Syarat khusus yang harus dipenuhi oleh seorang mujtahid agar dia dapat mengistinbath suatu hukum dari suatu peristiwa meliputi:
a. Menguasai al –qur’an dan ilmu-ilmu al-qur’an terutama ayat-ayat hukumnya dan latar belakang sejarah turunnya.
b. Menguasai hadis dan ilmu hadis.
c. Menguasai bahasa arab dan seluruh cabang ilmunya.
d. Menguasai ilmu ushul-fiqh.
e. Memahami tujuan-tujuan pook syari’at islam.
3. Syarat pelengkap yang harus dipenuhi oleh seorang mujtahid ialah:
a. Mengetahui tidak adanya dalil yang qath’i tentang kasus yang dihadapi.
b. Mengetahui masalah-masalah yang masih menjadi khilafiyah (perbedaan pendapat, ed.) dan masalah-masalah yang belum ada kepastian hukumnya.
c. Sholeh dan takwa.
Sedangkan M. Dawan Raharjo yang mengutip pendapat Yusuf al-Qardhawi, tentang syarat-syarat mujtahid yaitu:
1. Memahami al-Qur’an;
2. Memahami sunnah rasul;
3. Menguasai bahasa arab;
4. Mengetahui masalah-masalah hukum yang telah ijma’;
5. Menguasai ilmu usul fiqh, terurama metode qiyas dan ijma’;
6. Memahami maksud dan tujuan syari’at;
7. Mengenal manusia dan kehidupan sekitarnya, dan
8. Memiliki sikap adil dan takwa.
Akan tetapi, ijtihad sebagai upaya kemauan seseorang dalam menemukan suatu hukum perlu didorong dan dilatih agar tradisi keilmuan dapat berkembang terus. Mereka yang baru ahli dalam ilmu kedokteran misalnya, tetapi tidak ahli dalam bahasa arab perlu mencari korelasi antara pendekatan medis dengan pendekatan ayat al-qur’an melalui terjemahan yang paling sederhana ditambah tafsir-tafsir yang sudah diterjemahkan.
C. Macam-Macam Ijtihad atau Ar-Ra’yu
Ijtihad mempunyai beberapa macam bentuk :
1. Ijma’, kesepakatan ulama dalam menetapkan hukum.
2. Qiyas, menggabungkan atau menyamakan dari berbagai hukum yang ada.
3. Istihsӑn, fatwa yang dikeluarkan oleh seorang faqih (ahli fiqih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.
4. Maslahah mursalah, tidakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya.
5. Sududz dzariah, tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
6. Istishab, tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.
7. Urf, tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat istiadat dan kebiasaan masyarakat.
D. Ijtihad Dalam Hal Ilmu Pengetahuan
Menurut Hasan Langgulung ada lima sumber nilai yang di akui dalam islam yaitu al-qur’an dan sunnah nabi, itulah yang asal. Sumber ketiga yaitu qiyas, artinya membandingkan masalah yang disebutkan al-qur’an dan sunnah dengan masalah yang dihadapi oleh umat islam pada masa tertentu, tetapi nash yang tegas tidak ada dalam al-qur’an disini menggunakan qiyas. Kemudian sumber keempat adalah kemaslahatan umum pada suatu ketika yang dipikirkan patut menurut pandangan islam. Sedang sumber yang kelima adalah kesepakatan atau ijma’ ulama dan ahli fikih islam ada suatu ketika yang dianggap sesuai dengan al-qur’an dan sunnah.
Pendidikan islam merujuk pada tiga sumber yakni al-qur’an, hadis, dan ijtihad. Ijtihad adalah usaha yang dilakukan oleh para ulama (mujtahid) untuk menetapkan suatu hukum syariat islam terhadap hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya dalam al-qur’an dan sunnah. Hal ini sejalan dengan pendapat Zakiyah Djarajjat bahwa “landasan pendidikan islam itu terdiri dari al-qur’an dan sunnah nabi yang dapat dikembangkan dengan jtihad”.
Itihad dalam hal ini dapat meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid, tidak boleh bertentangan dengan al-qur’an dan sunnah. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari al-qur’an dan sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam ha-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup disuatu tempat pada kondisi dan situsi tertentu. Teori-teori baru dari hasil pendidikan harus dikaitkan dengan ajaran islam yang sesuai dengan kebutuhan hidup.
Ijtihad dibidang pendidikan semakin dibutuhkan, sebab ajaran yang terdapat dalam al-qur’an dan sunnah hanya sebatas pokok-pokok dan prinsip-prinsip. Bila diperinci, maka perincian itu sekedar contoh dalam menerapkan prinsip itu karena sejak diturunkan sampai nabi Muhammad saw. wafat, ajaran islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang seirama dengan tuntutan perkembangan zaman.
Dalam hal ini pemikiran para filsafat. Pemimpin dan intelektual muslim yang berijtihad dalam bidang pendidikan menjadi referensi (sumber) pengembangan pendidikan islam. Hasil pemikiran itu baik dalam filsafat, ilmu pengetahuan, fikih islam, sosial budaya, pendidikan dan sebagainya menentukan sehingga membentuk suatu pemikiran dan konsepi komprehensif yang saling menunjang khususnya bagi penddidikan islam. Dalam usaha modernisasi pendidikan islam, pemikiran kalangan intelektual pembaharu yang dapat dijadikan referensi-referensi bagi pengemabangan pendidikan islam.
Pergantian dan perbedaan zaman terutama karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang bermuara kepada perubahan kehidupan sosial, telah menuntut ijtihad dalam bentuk penelitain dan pengkajian kembali prinsip-prinsip ajaran islam, apakah ia boleh ditafsirkan dengan yang lebih relevan dengan lingkungn dan kehidupan sosial yang tidak boleh diubah, maka lingkungan dan kehidupan sosial yang perlu diciptakan sehingga sesuai dengan prinsip tersebut. Sebaliknya, jika ditafsir, maka ajaran-ajaran itulah yang menjadi kehidupan muslim. Zaman sekarang sudah berbeda dengan zaman ketika ajaran islam pertama kali diterapkan. Dismping itu diyakini pula bahwa ajaran islam berlaku disegala zaman dan tempat (shalih li kuli zaman wa makan), disegala situasi dan kondisi lingkungan sosial. Kenyataan yang dihadirkan oleh perubahan zaman dan perkembangan IPTEK menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat.
Sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial, manusia tentu saja mempunyai kebutuhan individu dan kebutuhan sosial menurut tingkatnya. Dalam kehidupan bersama mereka mempunyai kebutuhan bersama untuk kelanjutan hidup kelompoknya. Kehidupan itu meliputi berbagai aspek kehidupan individu dengan sosial. Seperti sistem politik, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan, yang tersebut terakhir adalah kebutuhan yang terpenting karena ia menyangkut pembinaan generasi mendatang dalam rangka memenuhi kebutuhan yang tersebut sebenarnya.
Sistem pembinaan disatu pihak dituntut agar senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu dan teknologi yang berkembang pesat. Dipihak lain dituntun agar tetap bertahan dalam hal sesuai dengan ajaran islam. Hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab bagi para mujtahid dibidang pendidikan untuk selalu berijtihad sehingga teori pendidikan islam senantiasa relevan dengan tuntutan zaman dan perubahan.

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pendidikan islam merujuk pada tiga sumber yakni al-qur’an, hadis, dan ijtihad. Ijtihad adalah usaha yang dilakukan oleh para ulama (mujtahid) untuk menetapkan suatu hukum syariat islam terhadap hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya dalam al-qur’an dan sunnah. Ijtihad sangatlah penting bagi kehidupan, karena keadaan zaman yang terus berkembang dan banyak masalah-masalah kontemporer yang tidak ditemukan hukumnya dalam al-qur’an dan as-sunnah sehingga dengan melalui ijtihad atau ar-ra’yu masalah-masalah yang tidak ditemukan hukumnya tersebut mempunyai solusi atau jalan keluar untuk mengatasinya, apalagi dalam ilmu pengetahuan karena yang namanya ijtihad tidak bisa terlepas dengan yang namanya ilmu, al-qur’an dan as-sunnah.
Ijtihad meliputi aspek pendidikan harus mengacu kepada syariat yang ada, berupa al-Qur’an dan hadis. Suatu teori-teori baru dimunculkan dalam ijtihad para ulama karena tidak terdapat dalam al-Qur’an. Teori-teori tersebut meliputi pendidikan. Hal itu dikaitkan dengan ajaran islam yang sesuai dengan kebutuhan hidup.
B. Saran
Sebagai manusia yang hakiki kami selaku penulis tugas makalah ini mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi penulisan dan pembahasan mulai dari awal sampai selesai.Tentunya saran merupakan hal yang sangat kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Mahfud Rois, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga. 2011
Makbuloh Deden, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers. 2011












Share:

Rabu, 16 Januari 2019

ANTARA CINTA DAN INDAHNYA SEBUAH KESABARAN

Di saat engkau menyakitinya.. Maka lihatlah saat dia rela meneteskan air matanya untukmu agar engkau selalu bahagia, Disaat engkau ingin mncapakkannya begitu saja Maka ingatlah dia yang slalu brusaha untuk menjadi pelangi ketika awan kelabu menyelimuti dirimu. Disaat engkau ingin mnduakan pasangan hidupmu Maka ingatlah dia yang slalu setia dsampingmu ketika kamu butuh seseorang yang mampu membuatmu tegar, Cintailah seperti kamu mencintai dirimu sendiri.. Begitu juga sayangilah, orang yang kamu sayangi seperti kamu menyayangi dirimu sendiri, Sesunguhnya dibalik kesusahan ada kemudahan” “dibalik kesedihan ada kebahagiaan” “Maha suci Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan” Ketika kita pergi bersembunyi hanyalah untuk ditemukan. Ketika kita berjalan jauh hanyalah untuk melihat siapa yang masih setia mengikuti. Pilih seorang mampu mengerti pikiranmu disaat engkau terdiam. Yg mampu merasakan kasih sayangmu disaat kemarahanmu. Milikilah cinta yang tak bersyarat, maka tidak akan mudah berkarat. Dalam cinta jangan hanya berusaha merengkuh, sebab bisa timbul sikap angkuh. Mulailah mencintai dengan keluasan memberi, sebab engkau akan temukan kepuasan dalam diri. Jangan mencintai dengan pamrih, sebab hanya akan membuat hatimu perih. Belajarlah dari cinta-Nya. Hidayah itu datang dengan mencoba bukan dengan menunggu.
Baca Juga
SELAMAT PAGI CINTA……
Jadi bukan menunggu hidayah datang baru berjilbab, namun berjilbablah sekarang juga, semoga Allah beri hidayah untuk istiqomah.
Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya rasa ketersinggungan diri. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain, Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan. Tanda-tanda bertobat adalah menyesal terhadap maksiat yang telah dilakukan dan bertekad yang kuat untuk tidak mengulanginya kembali. Ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a. Sudah sepatutnya kita menjaga shalat lima waktu. Barang siapa yang selalu menjaganya, berarti telah menjaga agamanya. Barang siapa yang sering menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Lebih baik MENUNGGU orang yang benar-benar kita harapkan.. Daripada menghabiskan waktu dengan orang yang tidak tepat..

Cinta bukan tentang bagaimana perasaan itu muncul.. Tapi bagaimana perasaan itu agar tetap utuh… Cinta bukan tentang jarak yang memisahkan.. Tapi tentang kepercayaan satu sama lain.. CINTA itu seperti menanam sebuah pohon, Jika kita SABAR pohon itu bisa menjadi pohon yang sangat besar dan kuat.. Istiqamah yang paling pokok ialah istiqamahnya hati. Jika hati seorang hamba istiqamah maka anggota badan yang lain pun akan istiqamah. Diriwayatkan dari shahabat Anas radhiyallaahu ‘anhu secara marfu’, “Tidak akan istiqamah (dengan sempurna) keimanan seorang hamba sampai hatinya istiqamah, dan hati seorang hamba tidak akan istiqamah sampai lisannya bisa istiqamah. Kriteria pria idaman adalah ia bertanggung jawab terhadap istrinya dalam hal nafkah. Sehingga seorang pria harus memiliki jalan hidup yang jelas dan tidak boleh ia hidup tanpa arah yang sampai menyia-nyiakan tanggungannya. Sejak dini atau pun sejak muda, ia sudah memikirkan bagaimana kelak ia bisa menafkahi istri dan anak-anaknya.

Ya ALLAH, sesungguhnya aku memohon kecintaan-Mu dan kecintaan orang-orang yang mencintai-Mu dan amal yang menyampaikanku pada cinta-Mu. Ya ALLAH, jadikanlah kecintaanku kepada-Mu lebih aku cintai daripada diriku, keluargaku, dan air sejuk (Harta). Siapa saja yang mencintai Sang Kekasih, maka ia pasti membenarkan apa pun yang diucapkan. Siapa saja yang merasa damai bersama Sang Kekasih, maka ia pasti ridha terhadap apa pun yang dilakukan. Siapa saja yang benar-benar merindukan-Nya, maka ia pasti berjalan menemui-Nya tanpa kenal rasa lelah. Orang Yang Paling Pintar Adalah Orang Yang Senantiasa Mengingat Kematian. Sehingga Dengan Segala Persiapan Yang Ia Miliki, Ia Siap Menghadapi Kematian, Kapan pun Dan Dimanapun. Orang yang menganggap cinta adalah “cantik” Adalah orang yang tak paham dengan arti cinta, sedang yang menganggap “jelek” adalah orang yang sombong seolah tau akan arti cinta. Seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.

Jika engkau memiliki mutiara dunia, engkau pasti sangat terpukul saat mutiara itu hilang. Bagaimana engkau bisa menghilangkan mutiara akhirat dan kebahagiaanmu dengan menyia-nyiakan jam demi jam dan waktu- waktumu? Bagaimana engkau bisa bersedih bila kehilangan usiamu tanpa ada yang bisa menggantikannya. Perjalanan sang waktu ini sangatlah mengherankan, Tapi lebih mengherankan lagi kelalaian manusia terhadap waktu, Sabar dalam menghadapi musibah memanglah sulit, Tapi hilangnya kesabaran lebih sulit lagi akibat, Semua yang bisa di capai itu dekat, tapi kematian lebih dekat dari semuanya. Sabar ketika berkeinginan, Setiap hari kita selalu dituntun oleh keinginan. Karena tidak sabar, keinginan inilah yang akan menjerumuskan kita. Jadi, sabar adalah meluruskan niat ketika punya keinginan. Sabar itu berproses. Dari proses itu, insya Allah akan berbuah pahala.

Mutiara dunia untuk Menggapai Mutiara Akhirat, 31 Desember 1999


Share:

Popular Posts

Label

Blog Archive