Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Sabtu, 04 Desember 2021

IDEALISME INSPIRASI PEMBELAJARAN MENUJU REVOLUSI DIRI


A. PENDAHULUAN 
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide. Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi. Secara kelembagaan institusional. Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa. Metode yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik, syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog, dan lain-lain. Kurikulum yang digunakan dalam aliran idealisme adalah pengembangan kemampuan berpikir, dan penyiapan keterampilan bekerja melalui pendidikan praktis. Evaluasi yang digunakan dalam aliran idealisme adalah dengan evaluasi esay. Dimana evaluasi esay ini sangat efektif dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengerjakan soal. Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia[1]. 
Pendidikan idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Sementara itu, manusia adalah mahkluk individu dan mahkluk social, dalam hubungannya dengan manusia sebagai mahkluk social, terkadang suatu maksud bahwa manusia tidak bisa terlepas dari individu lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup Bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. 
Dalam kehidupan seperti inilah terjadi interaksi, khususnya mengenai interaksi edukatif atau di kenal adanya istilah interaksi belajar mengajar. Dengan kata lain, interaksi edukatif adalah interaksi belajar mengajar. Dalam konsep pembelajaran, pengajaran dapat dipahami sebagai suatu system, keseluruhan terdiri dari komponen-komponen yang berinteralasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karenanya, ada beberapa komponen yang dipenuhi dalam pembelajaran, di antaranya adalah: tujuan Pendidikan dan pengajaran, peserta didik, tenaga kependidikan, perencanaan pengajaran, strategi pembelajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Menurut pradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model-model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri[2]. 
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Sedangkan proses kegiatannya adalah Langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. 
Sementara itu, inspirasi adalah hal penting yang senantiasa dicari. Tanpa inspirasi, idealisme pembelajaran akan mengalami kesulitan berjalan. Ada beragam cara yang dilakukan untuk menemukan inspirasi, mulai dari menyepi, merenung, membaca, berdiskusi, mengamati fenomena social, maupun berbagai cara lainnya. Bagi pendidik, inspirasi ini bisa dibangun dengan beberapa landasan, antara lain: komitmen, cinta, dan menajamkan visi, sebagaimana dikatakan oleh Dr. Aidh Abdullah al-Qarni menyatakan “barang siapa menginginkan kesuksesan, ia harus berusaha keras dan bersabar meniti setiap tangga menuju kesuksesan yang licin dan sarat dengan hambatan”. Dengan demikian, seorang pendidik akan senantiasa menjadi inspirasi yang memberikan banyak manfaat dan juga perubahan dalam hidup siswanya[3]. 
Adapun perpaduan antara karakter diri pendidik yang inspiratif dan kemampuan pendidik mendesain pembelajaran memang mampu menjadikan seorang pendidik sebagai pribadi yang inspiratif akan betul-betul berdampak pada peserta didiknya, dalam memiliki kemampuan dan penalaran yang baik. Oleh karena itu, diperlukan Langkah-langkah strategis dan juga memupuk beberapa potensi kreatif sebagai modal penting yang mampu mengubah inspirasi yang ada menjadi revolusi diri. 

B. PEMBAHASAN 
a. Tokoh-tokoh Idealisme 
Plato (477 -347 Sb.M) Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari. Immanuel Kant (1724 -1804) Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman[4].  
Pascal (1623-1662) Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan kedua menggunakan hati. Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami manusia. Maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat abstrak[5]. 
Esensi Aliran Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas. Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Ada pendapat lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea, yaitu gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan buah mental[6]. 
Aliran idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan. William T.Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme menyatakan Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata. Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. 
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan. Pendidik dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai, personifikasi dari kenyataan anak didik. Sebagai seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Pendidik haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Pendidik haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh peserta didik. Pendidik menjadi teman dari para peserta didiknya[7]. 

b. Pengertian Pembelajaran. 
Pengertian pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada pertumbuhan aktivitas subjek didik laki-laki dan perempuan. Konsep tersebut sebagai suatu system, sehingga dalam system pembelajaran ini terdapat komponen-komponen anak didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur, serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Dengan kata lain, pembelajaran sebagai suatu system yang bertujuan, harus direncanakan oleh pendidik berdasarkan kurikulum yang berlaku[8]. 
Sementara itu, proses pembelajaran berlangsung melalui lima alat indra, yaitu; Penglihatan (Visual), Pendengaran (Auditory), Pembauan (Olfactory), Rasa atau pengecap (Taste), dan Sentuhan (Tactile). Secara umum, pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Menurut ahli psikolongi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji mengapa, bilamana, dan bagaimana proses pembelajaran berlangsung sebagai suatu organisme yang mempunyai kapasitas untuk belajar[9]. 

c. Desain Pembelajaran. 
Desain pembelajaran didefiniskan sebagai prosedur yang terorganisasi dimana tercakup Langkah-langkah dalam menganalisa, mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengadakan evaluasi. Twerlker, Urbach dan buck mendefinisikan desain pembelajaran (instructional design) sebagai cara yang sistematik untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi belajar dengan maksud mencapai tujuan tertentu. Lebih lanjut AT&T menyatakan pula bahwa sesain pembelajaran atau desian instruksional sebagai suatu konsep dalam Menyusun peristiwa dan kegiatan yang diperlukan untuk memberikan petunjuk kea rah pencapaian tujuan belajar tertentu[10]. Lebih lanjut, bahwa desain pembelajaran dapat di maknai sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai system, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. 
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran skala makro dan mikro. Sebagai system, desain pembelajaran merupakan pengembangan system pembelajaran dan system pelaksanaannya serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Sebagai proses, desain pembelajaran adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran[11]. 
Dengan demikian, dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara pendidik dan peserta didik. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, pendidik, atau dalam latar berbasis komunitas. 
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa desain pembelajaran lebih memerhatikan pada pemahaman, improvisasi, dan penerapan metode-metode instruksional. 

d. Manfaat Desain Pembelajaran. 
Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar. Sebagai bahan penyusunan data agar terjadi kesimbangan kerja. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya[12]. 
Sementara itu, komponen utama desain pembelajaran adalah; pembelajar, tujuan pembelajaran, analisis pembelajaran, strategi pembelajaran, bahan ajar, dan penilaian belajar. Salah satu usaha penting yang dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar adalah mendesain pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan berusaha untuk membangun konsepsi baru bahwa belajar bukanlah sebagaimana yang selama ini dibayangkan. 
Menurut Hernowo, menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana rebut. Hal ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan dan kegembiran yang dangkal, kegembiraan di sini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penugasan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada si pembelajar. 

e. Model Pembelajaran. 
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuliskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Model peembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik sangat beragam. Model-model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dalam kegiatan belajar mengajar tersebut antara lain: problem possing, CTL, PAKEM, Quatum Teaching, Resiprocal Teaching, Tutor sebaya dalam kelompok kecil, Problem Solving, Cooperative Learning, dan model pembelajaran Realistic Mathematics Education[13]. Sedangkan menurut Joyce (2000) mengemukakan ada empat rumpun model pembelajaran yakni; rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada kemampuan memecahkan berbagai persoalan sosial kemasyarakat, model pemorosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih berorientasi pada penugasaan disiplin ilmu, model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada pengembangan kepribadian peserta belajar, dan model behaviorism yakni model yang berorientasi pada perubahan prilaku. 
Menurut pendapat Dave Meier, ada beberapa komponen pembangun suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pertama, bangkitnya minat, Kedua, adanya keterlibatan penuh si pembelajar dalam mempelajari sesuatu. Ketiga, ihwal terciptanya makna. Keempat, ihwal pemahaman atas materi yang dipelajari. Kelima, tentang nilai yang membahagiakan. Kelima komponen ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara operatif, ada beberapa langkah yang ditawarkan Rose dan Nichols untuk menciptakan iklim pembelajaraan yang menyenangkan dan berhasil. Pertama, menciptakan lingkungan tanpa stress (relaks). Kedua, menjamin bahwa subjek pelajaran adalah relevan. Ketiga, menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif. Keempat, melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan. Kelima, menantang otak para siswa untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami subjek pelajaran. Keenam, mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode waspada dan relaks. 
Keenam Langkah di atas dimasukkan dalam program Cara Belajar Cepat (CBC) dengan enam Langkah dasar dengan singkatan “MASTER” Pertama, Motivating your mind (memotivasi pikiran). Kedua, Acquiring the Information (memperoleh informasi). Ketiga, Searching Out the Meaning (menyelidiki makna). Keempat, Triggering the Memory (memicu memori). Kelima, Exhibiting What You Know (memamerkan apa yang anda ketahui) dan Keenam, Reflecting How You’ve Learned (merefleksikan bagaimana anda belajar)[14]. 

f. Strategi Pembelajaran. 
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam konteks pengajaran dengan strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum Tindakan pendidik-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran. Sifat umum pol aitu berarti bahwa macam-macam den sekuensi (urutan) Tindakan yang dimaksud Nampak digunakan/diperagakan pendidik-peserta didik pada berbagai ragam events pengajaran. Dengan kata lain, konsep strategi dalam konteks ini dimaksudkan untuk menunjuk pada karakteristik abstrak serangkaian Tindakan pendidik-peserta didik dalam events pengajaran[15]. 
Menurut Dick dan Carey mengatakan, strategi pembelajaran adalah semua komponen materi/paket pengajaran dan prosedur yang digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan termasuk seluruh komponen materi atau paket pengajaran dan pola pengajaran itu sendiri. Dengan memahami pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa strategi pembelajaran adalah siasat pendidik dalam mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara peserta didik dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. 
Menurut Slameto,bahwa strategi pembelajaran mencakup jawaban dan pertanyaan: 
a.Siapa melakukan apa dan menggunakan alat apa dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini menyangkut peranan sumber, penggunaan bahan, dan alat-alat bantu pembelajaran. 
b.Bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran yang telah didenfinisikan (hasil analisis) sehingga tugas tersebut dapat memberikan hasil yang optimal. Kegiatan ini menyangkut metode dan Teknik pembelajaran. 
c.Kapan dan di mana kegiatan pembelajaran dilaksanakan serta berapa lama kegitan tersebut dilaksanakan[16]. 

g. Jenis Strategi Pembelajaran. 
Aqib sebagaimana di kutip Yatim Riyanto mengelompokkan jenis strategi pembelajaran berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu: Atas dasar pertimbangan proses pengelolaan pesan. Strategi deduktif dan strategi induktif. Atas dasar pertimbangan pihak pengelola pesan. Strategi ekspositorik dan strategi heuristis. Atas dasar pertimbangan pengaturan guru. Strategi seorang guru dan strategi pengajaran beregu (team teaching). Atas dasar pertimbangan jumlah siswa. Strategi kalsikal, strategi kelompok kecil dan strategi individu. Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa. Strategi tatap muka dan strategi pengajaran melalui media[17]. 
Inspirasi Pembelajaran Menuju Revolusi Diri. 
Untuk melakukan Langkah-langkah perubahan dan pengembangan inspirasi pembelajaran menuju revolusi diri bagi pendidik antara lain: Memahami Bakat. Menurut AN. Ubaedy bakat seperti layaknya gold mine (tambang emas) dari segi lokasi sepertinya tidak mudah dijangkau oleh masyarakat umum. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menemukan dan menjangkau lokasi tersebut. Demikian juga dengan bakat, ia sering berada di lokasi yang tersembunyi dalam diri manusia. Oleh karena, lokasinya tersembunyi itu, maka ia sulit ditemukan, kecuali dengan usaha secara serius untuk mencari, menggali, dan menemukannya. 
Adapun Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menemukan bakat adalah. Pertama, berusaha keras untuk menggali dan menemukan bakat terpendam yang ada dalam diri. Kedua, melakukan analisis terhadap potensi yang ada untuk dikembangkan. Ketiga, melakukan motivasi positif dalam diri. Keempat, mengetahui cara belajar yang cocok untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. Memupuk Kreativitas. Kreativitas ini merupakan upaya membangun berbagai terobosan yang memungkinkan penguatan bagi pengembangan bakat yang telah tergali. 
Menurut Fritzpatrick, kreativitas sangat penting dalam kehidupan. Ia memberi penjelasan bahwa denga kreativitas, kita akan terdorong untuk mencoba bermacam cara dalam melakukan sesuatu. Untuk membangun sebuah kreativitas antara lain: pengetahuan yang luas, adanya sejumlah kualitas yang memungkinkan munculnya respon, adanya kemampuan membagi konsentrasi, dan adanya keinginan kuat untuk mencapai keseimbangan saat menghadapi persoalan. Bergaul dengan orang sukses, Praktik dan Menggapai Tangga Kesuksesan[18]. 

C. KESIMPULAN 
Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. 
Dalam konsep pembelajaran, pengajaran dapat dipahami sebagai suatu system, keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinteralasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Perpaduan antara karakter diri pendidik yang inspiratif dan kemampuan pendidik mendesain pembelajaran memang mampu menjadikan seorang pendidik sebagai pribadi yang inspiratif akan betul-betul berdampak pada peserta didiknya, dalam memiliki kemampuan dan penalaran yang baik. Inspirasi adalah hal penting yang senantiasa dicari. Tanpa inspirasi, idealisme pembelajaran akan mengalami kesulitan berjalan. 
Ada beragam cara yang dilakukan untuk menemukan inspirasi, mulai dari menyepi, merenung, membaca, berdiskusi, mengamati fenomena social, maupun berbagai cara lainnya. Bagi pendidik, inspirasi ini bisa dibangun dengan beberapa landasan, antara lain: komitmen, cinta, dan menajamkan visi, Untuk melakukan Langkah-langkah perubahan dan pengembangan inspirasi pembelajaran menuju revolusi diri bagi pendidikan antara lain: Memahami Bakat. Memupuk Kreativitas. Bergaul dengan orang sukses, Praktik dan Menggapai Tangga Kesuksesan 

 D. DAFTAR PUSTAKA 
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. 
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. 
Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015. 
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013. 
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003. Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002 
Siswanto, Perencanaan dan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Ar-Raziq, 2016. 
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2012 
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Prenadamedia Group, 2009. 
Achmad Muhlis, Pembelajaran Bahasa Arab, Surabaya: Pena Salsabila, 2013. 
Buna’I, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Pena Salsabila, 2015. 
[1] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002 
[2] Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. Hlm. 14 
[3] Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. Hlm, 171 
[4] Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015. Hlm, 7 
[5] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013. Hlm, 120 
[6] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003. Hlm, 364 
[7] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002 
[8] Siswanto, Perencanaan dan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Ar-Raziq, 2016. Hlm, 2 
[9] Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2012 
[10] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Prenadamedia Group, 2009. Hlm. 20 
[11] Ibid. hlm, 11 
[12] Ibid. hlm, 12 
[13] Achmad Muhlis, Pembelajaran Bahasa Arab, Surabaya: Pena Salsabila, 2013. Hlm, 13 
[14] Ibid, hlm, 180-186 
[15] Buna’I, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Pena Salsabila, 2015. Hlm, 2 [16] Ibid. hlm, 132 
[17] Ibid. hlm, 136-137 
[18] Ibid, hlm, 228

Share:

Popular Posts

Label