Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Selasa, 01 Maret 2016

Makalah Peserta Didik

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Setiap Individu adalah unik, artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berfikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.

Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.

Sebagai peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibanya serta melaksanakanya. Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik.

Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat di dalam diri peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga akan sulit mengenali potensi yang dimilikinya.

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka kami akan mengangkat sebuah makalah yang berjudul “Tinjauan Tentang Peserta Didik”.

Rumusan Masalah

Apa pengertian peserta didik?
Bagaimana karakteristik peserta didik?
Apa saja jenis-jenis perkembangan peserta didik?
Bagaimana sistem pengelolaan peserta didik?

Tujuan

Untuk mengetahui pengertian peserta didik.
Untuk mengetahui karakteristik peserta didik.
Untuk mengetahui jenis-jenis perkembangan peserta didik.
Untuk mengetahui sistem pengelolaan peserta didik.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Peserta Didik

Dalam Undang-undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 ayat 4) peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Dalam kegiatan pendidikan peserta didik mempunyai posisi sentral, sebab semua unsur yang di adakan untuk berlangsungnya proses pendidikan pada dasarnya di arahkan pada sasaran pokok, yakni berkembangnya potensi peserta didik secara optimal menuju terbentuknya manusia berkepribadian utama.

Mengingat pentingnya posisi peserta didik dalam proses pendidikan, maka pihak-pihak terkait penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidik, sangat penting memahami hakikat peserta didik. Sebab dengan mempelajari hakikat peserta didik akan memperoleh beberapa keuntungan di antaranya adalah :

1) Akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik.

2) Akan membantu pendidik untuk merespon sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta didik.

3) Akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal.

Karakteristik Peserta Didik

Anak didik memiliki ciri khas yang berbeda dengan manusia dewasa. Setidaknya ada dua belas karakteristik anak yang di jelaskan dalam tulisan ini antara lain adalah:

1) Anak bukan miniatur orang dewasa. Anak adalah anak dengan dunianya sendiri, dunia anak. Pandangan kuno berpendapat bahwa

anak adalah orang dewasa dalam bentuk kecil. Karena tergolong manusia dewasa, pendidikan yang diberikan pada anak pada waktu itu seperti yang biasa diberikan pada orang dewasa, sehingga anak dan guru menghadapi banyak kesulitan dalam kegiatan pembelajaran.

2) Perkembangan dan pertumbuhan anak dipengaruhi banyak faktor. Dalam bahasan tentang peserta didik ada dua istilah penting yang perlu di pahami, yakni perkembangan dan pertumbuhan. Istilah perkembangan lebih menunjuk pada aspek kualitatif sedangkan pertumbuhan lebih menunjuk pada aspek kuantitatif. Meskipun isitilah perkembangan dan pertumbuhan mempunyai makna yang berbeda, perlu dipahami bahwa keduanya merupakan proses yang saling berhubungan.

3) Anak berkembang mengikuti suatu pola umum yang sama. Misalnya anak harus belajar merangkak terlebih dahulu sebelum belajar berdiri, dan harus belajar berdiri sebelum berjalan.

4) Perkembangan bersifat kontinyu.

5) Perkembangan anak mengikuti fase-fase tertentu. Menurut para ahli batasan tentang fase-fase perkembangan anak adalah:

a. Oswald Kroh berpedoman pada adanya masa tros (kegoncangan jiwa).

b. Kohnstamn, membagi fase perkembangan anak menjadi lima fase, yaitu:

- Periode vital

- Periode estetis

- Periode intelektual

- Periode sosial

- Periode manusia matang

c. Ali Fikri, membagi periode perkembangan anak sebagai berikut:

- Masa kanak-kanak

- Masa berbicara

- Masa akal baligh

- Masa syabihah

- Masa rujulah/pemuda pertama

- Masa pemuda kedua

- Masa kuhulah

- Masa umur menurun

- Masa kakek/nenek pertama

- Masa kakek/nenek kedua

- Masa pikun

- Masa meninggal

6) Tempo perkembangan anak tidak sama. Tempo perkembangan adalah cepat lambatnya perkembangan seseorang untuk suatu aspek perkembangan tertentu. Ada anak yang cepat dan anak yang lambat tempo perkembangannya.

7) Anak memiliki irama perkembangan. Irama perkembangan adalah gerak perkembangan yang dialami masing-masing anak, baik perkembangan jasmani maupun rohani.

8) Anak memiliki tugas perkembangan. Tugas yang harus dijalani oleh masing-masing individu dalam tiap periode perkembangannya.

9) Anak memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Dalam proses kehidupan, setiap anak memiliki beragam kebutuhan.

10) Setiap anak memiliki perbedaan individual. Tidak akan pernah ditemukan dua anak yang persis sama, walaupun keduanya kembar.

11) Anak sebagai keseluruhan (the whole child). Manusia adalah makhluk monopluralis, walaupun terdiri dari banyak aspek tetapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

12) Setiap anak merupakan makhluk yang aktif dan kreatif. Karena itu dalam proses pendidikan anak tidak boleh dipandang sebagai objek pendidikan yang hanya siap menerima. Akan tetapi anak didik harus dipandang sebagai subjek yang aktif dan kreatif dalam pendidikan, yang tidak hanya siap menerima tapi juga bisa memberikan masukan dan berbagai alternatif dalam kegiatan pendidikan.[1]

Jenis-jenis Perkembangan Peserta Didik.

1. Perkembangan Motorik

Perkembangan dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi. Perkembangan terjadi dalam bentuk perubahan kualitataif, kuantitatif atau kedua-duanya secara serempak.

Perkembangan motorik berupa gerakan-gerakan tubuh yang dimotori dengan kerja sama antar otot, otak dan saraf. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motori adalah:

a. Kesiapan belajar

b. Kesempatan belajar

c. Kesempatan berpraktik

d. Model yang baik

e. Bimbingan

f. Motivasi

2. Perkembangan Kognitif

Dalam dunia pembelajaran, kognitif dikenal sebagaisalah satu ranah kemampuan individu. Dalam taksanomi Benyamin Blomam, kognitif berdasarkan tingkatan/tahapan dari yang terendah menuju tertinggi, adalah sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Dengan demikian, kognitif berarti kemampuan individu untuk mengembangkan kemampuan rasional/akal.

Dalam kajian-kajian psikologi kognitif, ada dua tokoh sentral yang melahirkan teori kognitif, yaitu: Jean Piaget dan Lev Vygotsky.

Jean Piaget berpandangan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Lebih lanjut menurutnya, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi). Kecenderungan organisasi dpat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegrasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Sedangkan adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.

Sementara itu, tokoh kedua yang juga sangat terkenal dlam teori psikologi kognitif, adalah Lev Vygotsky, menurut Vygotsky anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Jadi, dalam pandangan Vygotsky, seorang mengalami perkembangan kognitif dan bahasa melalui internalisasi, ekternalisasi nilai-nilai sosial, atau sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berkembang di lingkungan sekitar.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, adalah:

a. Fisik

b. Kematangan

c. Pengaruh sosial

d. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi.

3. Perkembangan Moral (Afektif)

Moral berasal dari kata latin mores yang berarti tata cara, kebiasaan, atau adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial yang dikembangkan oleh konsep sosial. Yang dimaksud konsep sosial adalah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Beberapa pendapat para ahli tentang definisi moral diantaranya adalah:

- James Rachels bahwa moralitas adalah usaha untuk membimbing tindakan seseorang dengan akal.

- Frans Magnis Suseno sebagaimana di kutip C. Adiningsih menyatakan bahwa moral mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan atau pembentukan moral adalah:

a. Harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.

b. Pengambaran model-model atau figur-figur yang menjadikan anak ingin meniru.

c. Tingkat penalaran seseorang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

d. Faktor interaksi sosial dalam memberikan kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.[2]

D. Sistem Pengelolaan Peserta Didik

Di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa itu akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.[3]

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya.[4]

Adapun persamaan dan perbedaan dimaksud adalah:

1. Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan

2. Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan

3. Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar

4. Persamaan dan perbedaan dalam bakat.

5. Persamaan dan perbedaan dalam sikap.

6. Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan.

7. Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan atau pengalaman.

8. Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah.

9. Persamaan dan perbedaan dalam minat.

10. Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita.

11. Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan.

12. Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian.

13. Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan.

14. Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan.

Jadi, berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas.

Menurut Mulyani Sumantri, dalam mengembangkan keterampilan mengelola siswa yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara-cara sebagai berikut:[5]

Menunjukkan sikap tanggap 2. Membagi perhatian 3. Memusatkan perhatian kelompok. 4. Memberi petunjuk yang jelas. 5. Menegur 6. Memberikan penguatan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.
Anak didik memiliki ciri khas yang berbeda dengan manusia dewasa. Setidaknya ada dua belas karakteristik yang terdapat pada peserta didik.
Perkembangan dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi. Perkembangan terjadi dalam bentuk perubahan kualitataif, kuantitatif atau kedua-duanya secara serempak.
Di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa itu akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Saran

Mengingat pentingnya posisi peserta didik dalam proses pendidikan, maka pihak-pihak terkait penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidik, sangat penting memahami hakikat peserta didik.
Sebagai peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibanya serta melaksanakanya.

DAFTAR RUJUKAN

Kosim, Mohammad. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya; Pena Salsabila, 2013.

Sholichin, Muchlis, H. M. Psikologi Belajar Aplikasi Teori Belajar dalam Pembelajaran, Surabaya; Pena Salsabila, 2013.

Buna’i. Perencanaan Pembelajaran PAI, Surabaya; Pena Salsabila, 2013.

Djamarah Syaiful Bahri & Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta; Rineka Cipta, 2006.

[1] H. Mohammad Kosim, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), hlm. 75-86

[2] H. M. Muchlis Sholichin, Psikologi Belajar, (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), hlm. 35-68

[3] Buna’i, Perencanaan Pembelajaran PAI, (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), hlm. 89

[4] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 207

[5] Ibid, hlm. 96
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Blog Archive