Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Sabtu, 27 Oktober 2018

SPIRITUALISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENGERTIAN DAN LATAR BELAKANG GAGASAN
A.Pengertian Spiritualisasi Pendidikan Agama Islam
Spiritualisasi berasal dari kata “spiritual” yang berarti “kejiwaan, rohani, batin, mental, moral”. Lorens Bagus menyatakan bahwa istilah spiritual memliki beberapa pengertian, yaitu:
1.Immaterial, tidak jasmani, terdiri dari roh
2.Mengacu ke kemampuan-kemampuan lebih tinggi
3.Mengacu ke nilai-nilai manusiawi yang non material
4.Mengacu ke perasaan dan emosi-emosi religious dan estetik.
Terkait dengan konsep pendidikan Islam, kita mendapati, “polemik” istilah antara kata tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Untuk itu, istilah-istilah tersebut penting dijelaskan.
Al-Tarbiyah merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara. Fakhr al-Din al-Razy memaknai rabbayaniy sebagai bentuk pendidikan dalam arti luas, yakni tidak hanya menyangkut pendidikan yang bersifat ucapan (dominan kognitif), tetapi menunjuk pada makna pendidikan tingkah laku (dominan afektif). Sementara Sayyid Qutb menafsirkan kata tarbiyah dengan upaya pemeliharaan jasmaniah peserta didik dan membantu menumbuhkan kematangan sikap mental sebagai pancaran akhlak karimah pada peserta didik.
Al- Ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan. Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa konsep ta’lim merupakan proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian tanggung jawab dan pemahaman amanah sehingga terjadi proses pensucian (tazkiyah) atau pembersihan manusia dari segala kotoran dan menjadikannya berada dalam kondisi yang memungkinkannya untuk menerima hikmah dan mempelajari segala yang bermanfaat baginya dan yang tidak dia ketahui.
At-Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba bermakna mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan budi pekerti terdidik. Sehubungan dengan itu, Syed Ahmad Naquib al-Attas menyatakan bahwa penggunaan konsep Ta’dib lebih cocok digunakan dalam diskursus pendidikan Islam, karena pengertian ta’lim hanya tertuju pada proses transfer ilmu dengan tanpa adanya pengenalan-pengenalan lebih mendasar pada perubahan tingkat laku.
Pada sisi lain, sering juga kita dapati pembahasan yang menjumbuhkan dengan tidak sengaja pengertian pendidikan Islam dengan pendidikan agama Islam. Ketika berbicara tentang pendidikan Islam, isinya terbatas pada pendidikan agama Islam atau sebaliknya, padahal, secara subtansial kedua istilah tersebut berbeda.
Pendidikan Islam adalah nama sistem pendidikan yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang diidealkan. Sedangkan pendidikan agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam. Atas dasar itulah, istilah “pendidikan Islam” dapat dipahami dalam beberapa perspektif, yaitu:
1.Pendidikan menurut Islam, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumbernya yakni Al-Qur’an dan Hadits.
2.Pendidikan keislaman, yakni upaya mendidikan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan dan sikap hidup seseorang.
3.Pendidikan dalam Islam atau proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam.
B.Latar Belakang Spiritualisasi Pendidikan Agama Islam.
Spiritualisasi pendidikan agama Islam dicanangkan dilatari oleh beberapa kenyataan atau fakta sebagai berikut:
1.Dunia pendidikan formal mengalami kegoncangan karena dampak dari pertikaian ideologi dan perspektif pendidikan.
2.Adanya sinyalemen terjadinya kegagalan sistem pendidikan di Indonesia.
3.Lebih jauh, pendidikan di Indonesia hingga saat ini menganut pandangan absolutisme yang menyatakan bahwa silabus merupakan daftar materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk alih pengetahuan melalui pengajar, dan evaluasinya bersifat reproduksi pengetahuan yang dipelajari.
4.Imbas pendangan absolutisme tersebut pada gilirannya menjalar ke pengajaran pendidikan agama.
5.Harus diakui, pendidikan agama Islam yang dikembangkan sejak dini dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi selama ini masih bersifat verbalistis yang menekankan pada aspek indoktrinasi dan penaman nilai ala kadarnya dari pada penumbuhan daya kritis dan pengembangan intelektualisme siswa.
6.Hingga saat ini, pelaksanaan pendidikan agama yang berlangsung di sekolah masih dianggap kurang berhasil dalam mengarap sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik serta membangun moral dan etika bangsa.
7.Pada sisi lain, menurut pengamatan sementara ahli, bahwa dalam bidang social capital bangsa Indonesia ini sudah mencapai titik low trust society atau masyarakat yang tingkat amanahnya rendah, bahkan hampir mencapai titik zero trust society alias masyarakat yang sulit dipercaya.
Atas dasar itu, penting dilakukan reorientasi, bahkan rekonstruksi terhadap kesalahan-kesalahan pendidikan, lebih-lebih kesalahan dalam pendidikan agama Islam selama ini, yaitu antara lain melalui upaya spiritualisasi pendidikan agama Islam.

Sumber, Edi Susanto, Spiritualisasi Pendidikan Agama Islam Menuju Keberagamaan Inklusif Pluralistik, Surabaya: Pena Salsabila, 2016
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label