Belajar Blog, Ilmu dan Pengalaman

Sabtu, 27 Oktober 2018

IMPLIKASI SPIRITUALISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A.Implikasi Spiritualisasi Pendidikan Agama Islam Terhadap Struktur Komposisi Kurikulum PAI
Perubahan pola pendidikan agama Islam dari pola behavioral konvesional menuju pola konstruktivisme humanism teosentris yang mewujudkan spiritualisasi pendidikan agama Islam, pada gilirannya akan melahirkan implikasi besar terhadap struktur komposisi kurikulum pendidikan agama Islam.
Dalam tradisi behavariorisme memandang belajar sebagai perubahan perilaku yang mencerminkan kondisi dari belum tahu ke kondisi sudah tahu, maka materi yang diajarkan harus disusun secara hirarkhis dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Sedangankan dalam tradisi konstruktivisme humanism teosentris, aspek-aspek pendidikan agama Islam disajikan dengan pendekatan integrative interkonektif dan berusaha untuk mengaitkan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan konteks dan pengalaman-pengalaman hidup peserta didik yang beraneka ragam atau konteks masalah-masalah serta situasi-situasi riil kehidupannya.
Jika dalam kurikulum konvensional, pendidikan agama Islam di sekolah pada dasarnya berusaha untuk membina sikap dan perilaku keberagamaan siswa dengan titik tekan pada pemahaman tentang agama itu sendiri, maka dalam kurikulum dengan pendekatan konstruktivisme humanistic, diutamakan juga aspek pemahaman dan ptraktik keberagamaan, tetapi lebih mengutamakan aspek being (beragama atau menjalani hidup atas dasar ajaran dan nilai-nilai agama).
Dengan kata lain, pendidikan agama Islam dengan pendekatan konstruktivisme lebih diorientasikan pada tataran moral action, yakni agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran kompeten, tetapi sampai memiliki kemauan, dan kebiasaan dalam mewujudkan dan mengamalkan ajaran nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implikasi spiritualisasi pendidikan agama Islam terhadap struktur komposisi kurikulum PAI adalah bahwa secara material komposisi kurikulum tidak berubah, materinya tetap, namun yang berubah adalah pendekatan dan porsi panyajiannya yang dikaitkan dengan konteks konkret keseharian siswa.
Baca Juga
B.Implikasi Spiritualisasi Pendidikan Agama Islam terhadap Pendidik dan Terdidik.
Spiritualisasi pendidikan agama Islam yang menganut paradigma konstruktivisme humanisme teosentris juga berimplikasi terhadap pendidik dan terdidik. Menurut sistem konstruktivisme humanisme teosentris pendidikan harus berorientasi pada pengenalan diri sendiri dan pembebasan dari budaya pembisuan sehingga dapat mengembangkan dirinya.
Konsekuensi model pendidikan ini, guru bukan sekedar pendidik yang menuangkan ilmu, namun teman dialog siswa yang sedang mencari jati dirinya. Jadi, dengan sistem konstruktivisme humanisme teosentris, guru agama Islam tidak hanya berperan sebagai ustadz saja, tetapi berperan juga sebagai mu’allim, murabby, mursyid, mudarris dan mu’addib sekaligus.
Tidak hanya kepada guru, spiritualisasi pendidikan agama Islam juga berimplikasi pada terdidik. Dengan konstruktivisme humanisme teosentris, siswa dapat belajar dari keslahan, siswa dapat mengasah lima unsur kepribadian manusia yang disebut OCEAN (Opennes, to experience, conscientiousnes, extrertion, agreeableniess, neurotism). Dengan begitu, pada gilirannya siswa diharapkan dapat mengalami perubahan sikap, tingkah laku maupun pola pikir sehingga semakin dewasa dan inklusif dalam menerima keberadaannya sebagai bagian dari masyarakat yang majemuk ini, sehingga terwujud suasana keberagamaan inklusif pluralistik.

Sumber, Edi Susanto, Spiritualisasi Pendidikan Agama Islam Menuju Keberagamaan Inklusif Pluralistik, Surabaya: Pena Salsabila, 2016
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label